Jumat, 27 April 2012

TUHAN ADALAH GEMBALAKU - Mazmur 23:1-6 (Khotbah Minggu 29 April 2012)

Daud mengalami masa-masa yang berat sejak ia masih berusia muda. Perjalanan hidup yang penuh liku-liku kian membentuk karakter Daud menjadi sosok pemuda yang kuat dan bersahaja, dan satu hal yang terpatri di hati Daud adalah Tuhan tidak pernah meninggalkannya sendiri. Oleh karena itu, dalam mazmurnya Dauh mengungkapkan isi hatinya sebagai perwujudan pujian syukur bagi Tuhan yang adalah Gembala yang baik bagi dia: “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23:2-3) Daud tahu benar pekerjaan seorang gembala karena memang sejak muda hari-harinya dihabiskan di padang menggembalakan kambing domba ayahnya (Isai). Sesungguhnya tugas dan tanggung jawab seorang gembala sangat berat, apalagi di kawasan Timur Tengah, menemukan daerah yang berumput hijau tidaklah mudah karena daerah tersebut adalah padang tandus dan penuh bebatuan. Dengan demikian, seroang gembala harus tekun, sabar dan kuat mengembara menyusur gurun dengan berpindah-pindah tempat untuk mencari rerumputan bagi domba-dombanya; belum lagi ia harus mencari air yang teang agar domba-dombanya dapat minum sebab domba-domba tersebut tidak dapat minum di air yang alirannya deras. Itulah gambaran tentang apa yang sudah diperbuat Tuhan terhadap Daud, juga terhadap kita. Kasih Yesus kepada kita seperti seorang gembala yang begitu peduli dan sangat mengasihi domba-dombanya. Dia tidak pernah lelah untuk membimbing dan menuntun kita meskipun kadang-kadang kita yang memberontak. Sebagai Gembala yang baik, Tuhan Yesus sangat bertanggung jawab atas hidup kita, Dia sanggup memenuhi segala kebutuhan yang kita perlukan. Firman Tuhan berkata, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19). Dia juga menjadi perlindungan bagi kita, sebagaimana Daud dapat berkata “…aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4) Mazmur 23 adalah salah satu Mazmur yang sangat banyak dikhotbahkan dan dikutip oleh para pengajar, penginjil dan orang Kristen. Mengapa? Karena di dalam Mazmur ini, terdapat bukan saja kata-kata yang indah sebagaimana layaknya puisi Orang Ibrani, melainkan mengandung kekayaan teologis yang tidak ternilai tentang janji pemeliharaan Tuhan atas umatNya. Mazmur ini ditulis oleh Daud dan digolongkan ke dalam mazmur nyanyian. Disebut demikian karena Daud menyusun puisi ini sebagai ekspresi murni berupa ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan di dalam dan sepanjang hidupnya. Daud merasa bahwa tanpa Tuhan, dia bukan apa-apa ! Keyakinan yang samalah, yang seharusnya menjadi alasan dan mendorong kita untuk terhubung pada Tuhan, sebagaimana Daud telah melakukannya. Kita akan belajar mengenai menjadi ungkapan isi hati Daud di dalam Mazmur 23 Tuhan adalah gembalaku, tak-kan kekurangan aku Daud memberikan satu penegasan bahwa, dalam hidupnya, Tuhan digambarkan sebagai sosok gembala. Kita mengamati bahwa seorang gembala tidak pernah jauh dari domba-dombanya. Gembala mengenal dombanya dan demikian sebaliknya. Tugas seorang gembala sangatlah penting. Dia tidak saja mencukupi kebutuhan domba dengan memberi mereka makan, juga berjaga-jaga dari ancaman musuh. Gembala selalu bersama-sama dengan domba-dombanya. Itulah sebabnya dari sisi domba, dirinya akan merasa aman selama dia berada disamping gembalanya. Daud menyadari bahwa hubungannya dengan Tuhan bukanlah sebuah hubungan simbiosis mutualisme, sebuah hubungan saling menguntungkan antara dua belah pihak. Hubungan Daud dengan Tuhan jauh melebihi kebutuhan-kebutuhan di dalam diri Daud sendiri dan itulah yang disebut dengan intimacy (keintiman). Daud mau menjelaskan bahwa Tuhan yang digambarkannya sebagai gembala itu adalah Tuhan yang selalu menuntun hidup Daud dan selalu berjalan bersamanya dan memenuhi apapun yang menjadi kebutuhannya. Itulah sebabnya, ketika spiritual connection ini berlangsung, maka kebutuhan akan terpenuhi dengan sendirinya. Tak-kan kekurangan aku, adalah ‘sebab-akibat’ dari pernyataan Daud yang menjadikan Tuhan sebagai gembalanya. Pesan yang disampaikan di dalam kidung pembuka ini sangat jelas bagi kita, bahwa selama kita menjadikan Tuhan sebagai gembala dan selama kita juga mau menjadi domba yang baik bagi gembala itu, maka apapun yang menjadi kebutuhan kita, tersedia, sebagaimana seorang gembala menjamin kebutuhan domba-dombanya, mulai dari kebutuhan fisik, rasa aman, ketentraman dan hal-hal lainnya yang non material. Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menjadikan Tuhan sebagai gembala, sebagaimana Daud lakukan? Sudahkah anda menjadi domba yang baik? Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Perhatikan kata ‘Ia membimbing’ dan kata ‘ Ia menuntun’. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya sebetulnya bukanlah berumput hijau tetapi berumput segar! Coba seandainya itu adalah makanan, maka kesegaran makanan itu akan memulihkan banyak hal di dalam stamina tubuh. Berbeda jika makanan itu basi atau layu. Demikian juga jika yang segar itu adalah sebuah tempat beristirahat. Kenyamanan menjadi salah satu standard kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu tidak pernah membawanya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Mengapa Daud mengatakan demikian? Air tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang melelahkan. Tujuan Daud dalam baris nyanyian ini adalah kalimat terakhir. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya. Perhatikan frasa ‘menuntun di jalan yang benar’. Inilah hal luar biasa yang menjadi pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, ditengah kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu menghampiri Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut. Ada dua alasan penting. Nama Tuhan disebut sebagai tanda mengenali-Nya dan sebagai tanda seruan kepada-Nya. Daud mengenal Allah-nya sehingga berseru kepada-Nya. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita mengambil keputusan yang salah di dalam hidup dan melalui jalan yang menurut kita benar. Akibatnya, sejumlah konsekuensi telah menanti untuk kita tanggung. Hal itu terjadi karena kita meninggalkan Tuhan dan bertindak sendiri. Dalam kelelahan karena menjalani hidup dengan sejumlah persoalannya, kita dapat semakin ‘tenggelam’ sewaktu meninggalkan Tuhan. Energi menjadi terkuras habis dan kita tidak mendapat tempat dimana kita disegarkan kembali. Itulah konsekuensi jika tidak terhubung dengan Tuhan. Sebaliknya, dalam kelelahan dan segala daya yang mungkin terkuras habis, Tuhan memberikan satu tempat yang mere-fresh kita kembali dan mengarahkan ‘jalan’ hidup kita yang mungkin melenceng. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku Apakah lembah kekelaman? Kita harus mengerti jalan pikiran Daud akan hal itu. Berkali-kali di dalam hidupnya, Daud diperhadapkan pada situasi atau kondisi dimana satu-satunya pilihannya adalah berhadapan dengan situasi tersebut. Dimana orang lain bisa menghindar atau memilih lari, Daud justru sebaliknya, tidak punya pilihan selain berada di sana. Lembah kekelaman memiliki arti tentang sebuah tempat yang tidak pasti, menantang bahaya, berada di dalam persoalan, penuh dengan resiko dan musuh bisa saja datang secara tiba-tiba. Sungguh rentan berada di dalam lembah semacam itu. Berkali-kali saja Daud di dalam perjalanan hidupnya ditempatkan di dalam situasi demikian. Tetapi Daud tidak takut. Mengapa? Ada keyakinan yang sangat kuat di dalam dirinya bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Itu sebabnya Daud berkata ‘aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku’. Kata ‘beserta’ artinya ‘ada bersama-sama’. Artinya, Allah senantiasa ada bersama-sama dengan Daud di dalam situasi apapun. Melalui puisi tersebut Daud bahkan membeberkan bahwa Allah yang ada bersama-sama dengan dia tersebut memiliki gada, senjata yang digunakan di dalam pertempuran satu lawan satu, jarak pendek, dan meneguhkan bahwa di dalam situasi yang unpredictable itu, otoritas (dilambangkan dengan tongkat), berada di tangan Allah. Kekuatan Daud terletak pada keyakinannya dan itulah menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana membangun satu strong conviction terhadap Tuhan di dalam segala aspek. Keyakinan itu hendaknya bukan saja di dalam situasi yang baik tetapi juga di dalam situasi buruk. Tetap percaya kepada Allah sekalipun berada di dalam situasi tak terjelaskan ! Maka, kita perlu merujuk kembali pada bagian awal perikop ini, bahwa hanya dengan intimacy-lah sebuah strong conviction bisa terbangun dan terbentuk. Engkau menyediakan hidangan bagiku, dihadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Bermegah di dalam Tuhan, itulah tepatnya maksud Daud di dalam kalimat tersebut di atas. Bahkan, kemegahan itu dibangun dan ditegakkan dihadapan musuh. Bukan untuk mengejek atau mendiskreditkan tetapi untuk menjadi kesaksian yang menguatkan tema orang pilihan Allah. Perikop ini dimulai dengan kesimpulan ‘takkan kekurangan aku’. Maka di dalam ayat ini kembali ada penegasan dari Daud bahwa bahkan dihadapan lawanpun, apa yang menjadi kebutuhannya disediakan oleh Tuhan. Bukan saja itu, Daud memposisikan diri sebagai orang yang dipilih Tuhan sehingga berkata ‘Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak’. Pengurapan di zaman Daud bicara tentang orang yang terpilih, yang kepadanya Allah berkenan memberikan mandat tertentu. Apa maksud Daud dengan piala? Dalam konteks ini, Allah digambarkan sebagai tuan rumah yang menjamu tamu-Nya. Pada waktu itu piala biasa digunakan untuk menampung sesuatu. Biasanya, sesuatu itu berharga dan terlihat di mata orang lain. Dengan mengatakan ‘pialaku penuh melimpah’ maka Daud menjadi sebuah kesaksian hidup dihadapan banyak orang, teman dan musuh-musuhnya, bagaimana ia menjadi satu pribadi yang hidupnya berada di dalam kemurahan Allah sepanjang waktu. Kemurahan itu menyebabkan Daud tidak saja mendapatkan sesuatu yang cukup, tetapi melimpah. Pemenuhan secara berkelimpahan, terutama secara fisik, adalah tema penting di bagian ini. Melalui pemenuhan itu, kehidupan Daud dan juga kita menjadi sebuah kesaksian di hadapan kawan dan lawan. Sebagai orang-orang pilihan, ada sebuah hak istimewa (privilege) yang kita terima dan nikmati dari Allah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku. Daud memberikan satu kesimpulan dari apa yang dikemukakannya di ayat pertama, sebagai akibat dari Tuhan yang menjadi gembalanya. Kebajikan dan kemurahan mengikutinya. Jaminan itu bukan hanya sesaat, atau dalam rentang waktu tertentu. Melainkan seumur hidupnya ! Bagaimana dengan kita? Orang yang seperti ini artinya orang yang pergi kemanapun, selalu diikuti dengan hal-hal baik dan berhadapan dengan kemurahan. Apa yang dikerjakannya menjadi baik dan mendatangkan berkat. Sementara orang lain menemukan kesialan, atau diikuti dengan kegagalan, kita sebaliknya. Pernahkah anda membayangkan, sementara orang lain berusaha dan gagal, anda justru mencoba sedikit tetapi berhasil. Sementara orang lain mendapat hukuman atas kesalahan yang dilakukannya, anda malah diperingan. Sementara orang lain berhadapan dengan pintu yang tertutup, saat anda lewat justru pintu-pintu menjadi terbuka. Bukankah ini luar biasa? Dan aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Ini adalah sebuah kerinduan. Rumah Tuhan pada waktu itu adalah bait suci. Di dalam rumah-Nya, Tuhan berdiam. Siapa yang berada di dalam rumah-Nya, itulah yang bertemu dan bergaul dengan Dia. Kerinduan Daud terungkap di dalam perikop ini bahwa Tuhan menjadi segala-galanya di dalam hidupnya. Banyak orang menggambarkan ayat ini sebagai penutup eskatologis. Tetapi, tidak seperti itu. Rumah Tuhan yang dimaksud Daud adalah bangunan Bait Allah yang tak kunjung terwujud selama masa pemerintahannya. Sungguh indah bukan? Tidak bosan-bosannya saya mengkhotbahkan Mazmur 23 ini. Selalu ada yang baru ! Amen

Selasa, 24 April 2012

"Khotbah Ke. R. Tangga Lukas 24:36-48"

I. Pendahuluan 1. Tentang apa yang akan terjadi pada diri Tuhan Yesus, sebenarnya telah dinubuatkan dan tersurat dalam buku Musa. Hal inilah yang tidak disadari dan diketahui oleh murid-murid Yesus, membuat Yesus harus mengulangi dan menjelaskan apa yang telah dikatakannya sebelumnya (ay 27). 2. Dalam ayat 44 disebut tentang kitab taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Ketiga kitab ini dianggap sebagai kitab suci, dan dimengerti sebagai kitab yang memuat dan menghunjuk kepada kematian dan kebangkitan Kristus, sebagai pemenuhan nubuatan Allah. Dengan kata lain, kematian dan kebangkitan Kristus dilihat sebagai suatu kunci untuk mengerti tentang rencana Allah yakni keselamatan umat manusia, yang telah diberitakan oleh kitab suci (ay 46; Kis 2:23) inilah yang diproklamirkan oleh murid-murid Yesus sebagai agen proklamasi itu. II. Penjelasan 1. Kasih Karunia Tuhan • Tuhan Allah adalah Tuhan yang berkarya, karya Tuhan itu tidak sembarangan, Dia selalu merencanakan dan merancang segala sesuatu itu dengan baik dan sempurna. Tentang kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini juga adalah merupakan rancangan karya Tuhan Allah sendiri, dan itu bukan suatu kebetulan. • Seandainya penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus tidak diberitakan oleh Musa, nabi-nabi dan mazmur, maka segala peristiwa itu sebenarnya tidak memiliki makna apapun sebab tidak menjadi bagian dari karya keselamatan Allah • Hal ini kelihatan dalam diri Yesus sendiri, bahwa segala sesuatu tentang Dia telah ada dalam kitab Musa, nabi-nabi dan kitab Mazmur (ay 27, 44). Dalam kitab itu tertera dengan jelas kedatangan, kematian dan kebangkitan serta kenaikanNya. • Seluruh karya Tuhan yang ada dalam Perjanjian Lama adalah bermuara kepada Perjanjian Baru, yang dapat disimpulkan dalam satu kunci yakni kematian dan kebangkitan Kristus. Melalui karya inilah nyata dengan jelas rencana kasih karunia Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. • Kasih karunia Tuhan jugalah yang membukakan hati murid-murid yang diselimuti oleh katakutan dan keragu-raguan tentang kebangkitan Yesus. Yesus sendiri yang mengupayakan sehingga murid-murid percaya akan kebangkitanNya, bukan hasil usaha murid-murid itu sendiri, atau hasil daya analitis teologis mereka (ay 39-43) 2. Keberadaan Murid-murid • Hingga Tuhan Yesus bangkit dari kematian, murid-murid masih tetap dalam keraguan dan ketidak percayaan akan kebangkitannya dari kematian, padahal Yesus sudah memberitahukan itu jauh sebelumnya (Mrk 9:31; 14:58; Yoh 2:19) • Sikap murid-murid yang terkejut dan takut dan menganggap Yesus adalah hantu, merupakan hal yang normal sebagai manusia. Tetapi pada sisi yang lain, hal ini merupakan indikasi yang nyata bahwa murid-murid belum bisa memahami sepenuhnya tentang siapa Yesus itu sesungguhnya. • Pertanyaan retorika dari Yesus yang mengatakan, “mengapa terkejut...mengapa ragu-ragu’ adalah merupakan penelanjangan diri murid-murid, dan memberitahukan sebatas mana keberadaan murid-murid dalam memahami kehadiran dan pengertian mereka tentang ke Mesiasan Yesus itu sendiri. 3. Bukti-bukti kebangkitan Yesus • Yesus benar-benar telah bangkit, hal ini dibuktikan dengan bukti secara badani (ay 39-42). Bukti ini nyata diperlihatkan oleh peranan rabaan dan tatapan mata, suatu bukti yang bukan halusinasi tetapi fakta. Bahkan memperkuat hal itu Tuhan Yesus memakan ikan goreng. Hal ini memperlihatkan bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dan memiliki tubuh yang utuh bukan mahluk halus (hantu) dan Dia dapat berdialog dengan mereka. • Yesus benar-benar telah bangkit, Ia adalah Mesias yang mengalami penderitaan, mati disalibkan, dan bangkit dari kematian. • Murid-murid akhirnya dapat percaya, dan mengaku bahwa apa yang disebut oleh Musa, nabi-nabi juga kitab mazmur benar adanya. 4. Hasil • Melalui kehadiran Yesus di tengah-tengah murid-muridnya membuahkan hasil, dimana murid-murid mulai mengerti dan memahami bahwa apa yang dikatakan oleh nabi Musa, nabi-nabi dan kitab Mazmur benar adanya. • Murid-murid percaya dan mengimani Kristus bukan karena usaha mereka tetapi Yesuslah yang mambuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti kitab suci. • Murid-murid memahami bahwa Yesus adalah Mesias, Yuruselamat dunia. Yesus adalah inti pemberitaan tentang keselamatan dan hidup (bnd Yoh 14:6) • Tumbuhlah semangat dan pengharapan baru bagi murid-murid Yesus. • Murid-murid menjadai saksi yang hidup tentang kebangkitan Yesus. (ay 48) Yesus yang bangkit ini adalah Yesus yang mati tersalib (bnd Yoh 20:27) • Melalui kehadiran Yesus di tengah murid-muridnya, menyatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup (ay 39) 5. Tugas missi (Amanat Agung) Kebangkitan Yesus tidak cukup hanya diberitakan dan dipelajari melalui bukti-bukti sejarah tetapi murid-murid harus memberitakan semuanya itu ke seluruh dunia, dimulai dari Yerusalem sebagai pusat pengajaran Yesus. • Berita tentang kebangkitan Kristus (berita keselamatan) dapat diterima dan dipercayai oleh setiap orang apabila ada pertobatan dan pengampunan dosa (ay 47) • Orang yang mau bertobat dan menyesali dosa-dosanya, berarti mengaku bahwa Yesus adalah Mesias, dan ini membuat perubahan secara otomatis dalam hidup seseorang. Orang demikian akan menikmati kebesaran kasih sayang Yesus dalam hidupnya (kuat, semangat dan penuh sukacita). • Dalam kitab Yesaya 49:6 disebut tentang posisi keberadaan murid sebagai saksi yakni sebagai “ terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari padaKu sampai ke ujung bumi”, inilah yang menjadi basis perintah missi Yesus yang terakhir kepada orang yang percaya (Kis 1:8; Mat 28:18-28). III. Jamita Tuhan sudah bangkit dan telah memperlihatkan dirinya kepada kita, inilah bukti kasih dan kemenangan Yesus yang tidak pernah putus, dan habis-habisnya. Tuhan selalu perduli dengan kita, oleh karena itu kita patut memuji dan memuliakan namaNya. 1. Nama minggu kita adalah Misericordias Domini artinya bumi penuh dengan kasih setia Tuhan (Mzm 33:5b). Kasih setia Tuhan itu tidak berkesudahan, terus menerus mengalir bagi seluruh ciptaanNya. Hal itu kelihatan dan nyata dengan pengorbanan Kristus yang mati di kayu salib demi kasihnya kepada dunia dan seluruh isinya (ingat hari ini adalah hari bumi se-dunia). Bumi adalah penampakan kasih setia Tuhan bagi kita, oleh karena itu mari kita rawat dan pelihara bumi ini karena di situ banyak berkat Tuhan yang dapat kita gali untuk kehidupan kita sekarang dan untuk anak cucu kita pada masa-masa yang akan datang. 2. Missi orang yang percaya adalah memberitahukan kepada semua manusia bahwa Tuhan itu penuh dengan kasih, kasihnya memenuhi bumi ini. Tuhan Yesus juga mati dan bangkit untuk segala ciptaanNya (termasuk bumi dan segala isinya’ Mrk 16:15; Rm 8:22). Dengan missi ini semua mahluk di bumi ini merasakan dan menikmati keselamatan dari Yesus Kristus 3. Peristiwa kebangkitan Kristus, senantiasa memotivasi kita untuk menumbuhkembangkan iman kita, agar semakin bergairah, semangat untuk menjalankan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. 4. Selaku manusia kita membutuhkan karya Kristus yang ‘membuka dan menyingkapkan pikiran” sehingga kita dimampukan untuk mengerti tentang karya penyelamatan Allah (memiliki spritualitas yang tinggi; bnd Ef 1:18) Sehingga kita mampu menjalani hidup ini walaupun apa yang terjadi, suka dan duka...............! blogg gkps

Rabu, 18 April 2012

"JAMITA MINGGU, 22 April 2012 Minggu Misecordias Domini"

Rom 8: 14-18 (Ep.: Lukas 24: 36-48)

I. Patujolo
Sude do halak di portibion songon jolma biasa mangharingkothon siteanon sian natuatuana, jala natuatua ni sasahalak pe tarsomal do mambahen padan testamen (surat wasiat) taringot tu parartaonna asa molo dung marujung ngoluna haduan boi ma dapotan bagian sude angka ianakkonna. Ido umbahen diharingkothon halak Batak marianakhon asa adong do panean haduan. Pola do sada-sada keluarga mangadopsi sahalak dakdanak gabe ianakhonna molo so adong ianakhonna sandiri asa adong muse manorushon angka siteonon i. Sahalak natuatua boi manghaposi ianakhonna gabe panean ala naung porsea do ibana halak na boi haposan do ianakhonna i. Autsura ndang haposan iankhonna i ndang olo natuatua mambahen gabe panean. Songon i do nang na pinatorang ni turpkta sadarion, ima na ni angkat ni Debata hita gabe ianakhonNa asa gabe panean di harajaonNa.
II. Hatorangan ni Turpuk
2.1. Tondi ni Debata
Tondi na ni lehon ni Debata tu manisia ndang sarupa songon tondi na sian portibion. Molo tondi na sian Debata ima tondi na pabotohon angka ulaon na denggan di parngoluon ni manisia, marhite tondi on ma boi ta alo angka hagiot ni daging na sai maralo tu lomo ni roha ni Debata. Tondi ni Debata ndang boi dituhor manang dilului alai Debata sandiri do na mangalehon tondi i tu hadirionta asa tondi i na mangajari tondi pardagingonta mangoloi Debata. Tondion ma na mangajari manisia mananda Debata, marhite panjounta di Ibana na mandok: Abba, lapatanna gabe adong ma terbina hubungan na jonok dohot Debata ala nungnga tatanda marhite pangajarion ni tondi i. Tondi naung ni lehon ni Debata tu manisia gabe maringanan ma di ngolunta alai ndang na gabe lomonta di tondi i. Ndang gabe guru di manisia anggo tondi i justru sabalikna, tondi na mian di ngolu ni manisia i do na gabe guru di hita. Kegiatan roh bukan menghilangkan pekerjaan manusia tetapi mencetuskan pekerjaan manusia. Roh kudus inilah yang menjamin kita bahwa kita telah melakukan kehendak Bapa, alai dengan catatan molo olo hita ditogihon tondi (membiarkan diri dipimpin) songon na ni dok ni ayat 14. Naingkon olo do hita manisia membiarkan diri dipimpin tondi, memberikan roh Allah di depan manusia, asa boi hita gabe haposan ni Debata songon ianakhonNa.
2.2. Anak ni Debata
Molo anak ni Debata di hata gorik didokma i huios, lapatanna anak yang dipimpin. Artina molo nga gabe anak ni Debata manisia berarti ingkon gabe anak na olo sitogihonon ni Debata do hita. Jabatan ni manisia sebagai anak mamuhai hubungan yang intim dengan Allah. Unikna muse jabatan ni manisia sebagai anak ni Debata ndang alani dalan manang usaha ni manisia justru Debata sandiri do na ro mangalehon tondiNa tu manisia gabe boi manisia ianakhonNa, lapatanna adong anugerah sian Debata na mamboan hita sahat tu kedudukan i. Anak ni Debata ndang na gabe anak secara biologis hita alai lobi sian status biologis, gabe anak hita songon Kristus na gabe anak ni Debata. Berarti molo anak ni Debata do hita nungnga ingkon mian be Debata di ngolunta, berarti ingkon nga sarupa be parulaonta nang pingkiranta songon parulaon dohot pingkiran ni Debata. Ndang marimbar be anak sian bapana (Luk. 20:34, 36; Joh. 5:17-27). Asa gabe boi manisia manjouhon Abba tu Debata. Molo abba di tradisi ni halak Jahudi ima panjouon ni sahalak dakdanak na poso na jonok dohot amana. Panjouonon holan dijouhon ianakhonna tu amana molo sahalak ama na burju do amana i, alai molo so burju amana i ndang dijou abba. Dibuat Debata do hita gabe ianakhonNa ndang na laho mangalului keuntungan di Ibana sambing, justru naeng mamboan manisia i do tu hangoluan.
2.3. Panean di Debata
Songon sahalak anak hita manisia, berarti gabe adong ma hak di hita gabe panean di Debata. Panean na dimaksud di turpukon ndang songon panean di portibi na dijalo di tingki dung mate natuatuana. Ala ndang he mate Debata jala ndang mate Kristus paduahalihon. Na dimaksud gabe panean di Debata di son, ima na dilehon Debata tu manisia hamuliaon na adong di Ibana asa dapotan hangoluan na salelenglelengna manisia i. Panean lapatanna adong pangkirimon tu ari sogot na nilehon ni Debata tu hita, alai molo ta oloi panogihonon ni tondi ni Debata di ngolunta jala molo tahaporseai ulaon ni Jesus di ngolunta. Ai angka halak na tinogihon ni tondi do dohot halak na porsea do na digoari sipanean ni Debata (Rom 4:13-18; Gal. 3:29: 4:7). Na adong di Debata i do na dilehon tu manisia naung gabe ianakhonNa i. Adong keistimewaan ni manisia di son; ima nungnga diangkat Debata hita gabe ianakhonNa marhite tondi, dibahen muse manisia i gabe panean. Diayat 17 didok manisia na tinogihon ni tondi ni Debata gabe panean di Debata dongan panean ni Kristus lapatanna: ahli waris bersama dengan kristus, yang mewarisi bersama dengan Kristus, lapatanna nungnga gabe sarupa hita dibahen Debata dohot ianakhonNa na sasada i, ima Jesus Kristus, gabe sederajat hita di adopan ni Debata taringot tu panean di Ibana. Tung mansai arga do manisia i di adopanNa asa diangkat hita gabe sarupa dohot Jesus, ima ala naung ditobus Jesus hita sian dosa gabe boi hita sada dohot Ibana, on ma dalanna gabe dongan panean ni Kristus hita ala naung sada hita di bagasan panobusanNa.
2.4. Sitaonon na manjangkon hasangapon
Di ayat parpudion boi do berengonta sada peneguhan sian si Paulus tu huria Rom na di hatiha i na di bagasan haporsuhon. Ai pola do adong penyiksaan tu saluhut halak Kristen na adong di Rom di hatiha i. Jala dipaksa angka pangomgomi do saluhut halak Kristen gabe hatoban ima na ingkon marsomba do nasida tu angka raja na manggomgomi di Rom, molo so dioloi parentaon na ingkon hona uhum ma nasida. Alai didok si Pauilus do asa tong satia saluhut angka Kristen na di Rom tung pe hansit dihilala nasida, ai gabe panean di Debata ma nasida sogot. Ai sasintongna nungnga diparade Debata hamonangan ni manisia na porsea, na olo mangalo portibion alai naeng diida Debata boha do jolma i tetap satia tu Debata di hamaolon ni portibion.
III. Aplikasi
1. Sahalak dakdanak na asing ndatung mungkin sah gabe ianakhon ni sahalak keluarga molo so disyahhon langsung keluarga na mangangkat nasida, songon i do nang status ni jolma na gabe ianakhon ni Debata, ndang sah molo so disahhon Debata sandiri.
2. Dalan laho manjalo tondi ni Debata di parngoluon ni halak Kristen ima marhite pandidion na badia, jadi angka halak naung tardidi nungnga gabe anak ni Debata be i (Ul. Ap. 10:47, 19:2, 1 Kor 6:11, 2 Kor 1:22, 1 Ptr 1:2)
3. Marasing do tondi ni Debata dohot tondi na ni luluan ni manisia sian portibion, isarana songon tondi ni begu ganjang na gok masa saonarion (tarsongononma gombaran ni tondi na so sian Debata). Godang do saonarion na mamiaro tondi begu ganjang alai ingkon gabe hatoban ma ibana tu tondi i, jala ingkon olo ma na mamiaro i mangulahon angka pinangido ni tondi i nangpe maralo tu hata ni Debata. Molo tondi ni Debata berarti Debata na mian di bagasan hita (Rom 8:9, 11; 1 Kor 3:16, 6:19, 2 Kor. 6:16, Joh 14:17, 2 Tim. 1:7). Tondi ni Debata ndang mangkorhon tondi hatoban. Molo hatoban adong sada biar di hatoban tu tuanna, alai molo tondi ni Debata ima tondi ha-anakon do. Tondion ma na palumehon tu hita bahwa hita nungnga gabe anak ni Debata.
4. Angka hamaolon na ta adopi di parngoluonta ima sada dalan na dipangke Debata manguji hasatiaonta tu Debata. Nangpe tataon na hansit di portibion, molo satia do hita pasti do dipamonang Debata hita.
IV. Pangarimpunan
Nungnga hape dilehon Debata tu ngolunta TondiNa asa diajari hita di ngolunta mangalo hagiot ni daging jala mangihuthon lomo ni roha ni Debata. Jala marhite tondi i nungnga hape hita diangkat gabe ianakhonNa, na marlapatan boi hita membina hubungan na jonok dohot Debata. Asa taihuthon ma parange ni Debata di parngoluonta songon anak hita na patut mangihuthon amana asa tarbahen hita gabe panean di Debata, songon panean ni Kristus. Tungpe ta adopi hamaolon di portibion na ingkon ma ta hajugulhon mangulahon lomo ni roha ni Debata, ai ndang sadia sitaonon di hasianganon martimbangkon hasangapon sipapataron tu hita sogot ima na gabe panean na manjalo padan sian Jahowa. Amen
Pdt. Herwin Harianja

"Khotbah Minggu 22 April 2012 Roma 8:14-18"

Thema: “Hidup dalam Janji Allah”

Pendahuluan
Di dunia perfilman ada disebut FFI (Festival Film Indonesia) yang merupakan ajang/ivent penghargan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. Dalam ajang ini, bagi pemenang dianugrahkan Piala Citra (Di Amerika dikenal Piala Academy Award) . Demikian juga dalam ajang Miss Indonesia atau Miss World (Dunia), bagi pemenang tidak saja diberikan berbagai bonus, tetapi juga dianugrahi gelar wanita tercantik se Indonesia atau se duania ditandai pemberian mahkota yang gemerlap menambah keagungan dan kecantikan seorang miss. Kita menyaksikan mereka yang terpilih memperlihatkan luapan kegembiraan yang luar biasa, bahkan ada yang meneteskan air mata karena terharu dan bersyukur. Jika mereka yang dianugrahi penghargaan dunia ini yang tidak kekal, bersifat sementara, demikian bersyukur, tentu lebih-lebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan, sebagai orang percaya. Mengapa? Karena kepada semua orang yang percaya kepada Yesus Krisstus dianugrahkan anugrah yang paling berharga yakni Piala Keselamatan (Mahkota Kehidupan [1]). Yang luar biasa, yang membuat kita terharu dan bersyukur adalah karena sebenarnya Piala Hukuman Kekal yang seharusnya diberikan sebagai hadiah atas dosa-dosa kita, tetapi oleh karena Kasih Karunia Allah di dalam Yesus Kristus kepada kita dianugrahkan Piala Kehidupan kekal (Piala Keselamatan). Piala ini seharusnya tidak hanya disyukuri tetapi dipertahankan dengan tekad sekali menjadi milik kita tetap menjadi milik kita dengan menggenggamnya erat-erat. Bagaimana caranya?
Pendalaman Nas
Perikop kita, Roma 8:14-18 di bawah judul “Hidup oleh Roh” . Paling tidak ada dua hal yang dapat kita mengerti dari judul ini. Pertama, setiap orang yang ada dalam Kristus Yesus, sebagaimana penegasan Paulus dalam Roma 8:1, tidak ada lagi penghukuman baginya, ia akan hidup di dalam Roh . Kedua, hidup oleh Roh berarti sebagaimana yang dikemukakan Paulus dalam Galatia 2:20 “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”.
Dalam ayat 14-16, Paulus kembali menegaskan bahwa setiap orang tanpa terkecuali yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Indikator bahwa seseorang adalah anak Allah jikalau hidupnya dipimpin Roh Kudus, bukan roh perbudakan. Roh Perbudakan memimpin orang hidup dalam ketakutan, kecemasan dan ketidak pastian, sebaliknya Roh Kudus memimpin orang menjadi berkemampuan untuk berdoa dan dilayakkan menyapa Allah sebagai Bapa (Ya Abba, ya Bapa)[2]. Doa kita kepada Bapa di Sorga merupakan kesaksian hati, kesaksian roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan pada saat kita berdoa, Roh Allah menolong kita dalam doa, sama seperti apa yang dikatakan dalam Roma 8:26-27. Dengan demikian Dia ikut bersaksi kepada roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Jadi jika kita menerimaNya, kita yakin dapat melakukan apa yang diharapkan karena kita didiami Roh Allah[3], dan kita tahu bahwa didiami bukan hanya karena kita "berseru, 'ya Abba, ya Bapa!'", tetapi juga karena kesaksian Roh Allah yang ada di dalam diri kita sendiri. Tidak hanya itu, Roh Kudus juga memimpin kita untuk berani bersaksi, berani menyatakan dirinya sebagai anak-anak Allah bagi dunia ini. Dalam hal ini kita dapat belajar melalui kehidupan para hambanya dalam Alkitab, antara lain: (1) Stefanus. Ia berani mati, bahkan sampai mati dilampari batu ketika ia dengan berani menyatakan kesaksiannya mengenai Yesus Kristus sebagai Mesias[4]; (2) Paulus dengan tegas mengatakan “celaka aku jika tidak memberitakan Injil”[5]; (3) Nabi Jeremia mengatakan: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.[6]
Dalam ayat 17-18, Pulus juga mengemukakan dua hal penting untuk dipahami sebagai anak-anak. Pertama, kita dinyatakan sebagai ahli waris. Dalam pengangkatan kita sebagai anak Allah (adopsi) di dalam percaya kepada Yesus Kristus Sang Anak Allah yang sejati, kita sesungguhnya terhisab ke dalam keluarga yang baru, keluarga Allah bersama dengan Yesus Kristus untuk mewarisi segala kekayaan dan kemuliaan Allah di dalam Kerajaan Sorga.
Kedua, menderita bersama Kristus. Paulus juga mengingatkan bahwa kehidupan yang berkemenangan di dalam Roh bukan suatu jalan yang mudah dilewati. Yesus menderita, dan kita yang mengikuti-Nya juga akan menderita. Penderitaan ini dianggap menderita bersama dengan Dia (bd. 2Kor 1:5; Fili 3:10; Kol 1:24; 2Tim 2:11-12), dan merupakan akibat atau konsekwensi dari hubungan kita dengan Allah sebagai anak, kemanunggalan kita dengan Kristus, kesaksian kita bagi Dia, dan penolakan kita untuk menjadi serupa dengan dunia ini (bd. Rom 12:1-2). Namun hal ini seharusnya tidak membuat anak-anak Allah menjadi sedih atau kecewa, bahkan sebaliknya membuat kita semakin bergairah hidup sebagai anak-anak Allah karena penderitaan yang dialami tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima (ayat 18). Itulah yang mendorong Paulus untuk tetap setia dan sungguh-sunggung maju tak gentar dalam menjalani hidupnya sebagai pengikut Kristus.
Pointer Aplikasi
(1) Sebagai orang percaya kita semua dapat dikatakan sebagai anak-anak Allah, karena dalam percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit kita sudah menerima anugrah yang mahal itu[7], yakni anugrah pengampunan sehingga kita menjadi layak di hadapanNya dan memanggil Allah ya Abba, ya Bapa. Status ini seharusnya membuat kita sangat basyukur dan bangga, lebih dari apapun. Tetapi benarkah demikian? Mari kita menguji diri kita masing-masing tentang benar tidaknya hal tersebut. Yang jelas indikator bahwa seseorang yang disebut anak-anak Allah berdasarkan Firman Tuhan yang menjadi renungan kita adalah:
1. hidupnya dipinpin oleh Roh Kudus, yakni berpikir, berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
2. mau dan berani menderita karana status sebagai anak Allah, sebagai orang yang sudah menerima anugrah keselamatan;
3. mempunyai pandangan hidup bahwa kemuliaan Allah dalam hal ini Piala Mahkota Kehidupan menjadi kerinduan lebih dari apa pun, sehingga memiliki pemahaman dan iman sebagaimana Paulus dalam ayat 18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.
(2) Setiap orang percaya tentu merindukan hidup dipimpin Roh Kudus. Jika benar demikian, tips dibawah ini diharapkan memenuhi harapan kita:
1. membaca Firman Allah (Yohanes 14:26; 15:7,26; 16:13; 2 Timotius 3:16-17).
2. berdoa dengan sungguh-sungguh (Roma 8:26; Kis.Rasul 13:2-3);
3. mendengarkan khotbah dan ajaran yang saleh (2 Timotius 4:1-2; Ibrani 13:7,17);
4. menjalankan penyataan-penyataan Roh (lih. 1 Korintus 12:7-10; 14:6); dan memperhatikan nasihat orang-tua dan para pemimpin Kristen yang dapat diandalkan (Efesus 6:1; Kolose 3:20).
psbrahmana.blogspot.com

Jumat, 13 April 2012

"1 Yohanes 1:1-7 (Khotbah Minggu, 15 April 2012)"

Gereja Adalah Persekutuan Dalam Hidup Yang Kekal

Pendahuluan
Dalam setiap persidangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri, harus memenuhi unsur: Hakim, Panitera, Jaksa Penuntut, Pembela (Pengacara), Terdakwa dan Saksi. Saksi dalam persidangan biasanya adalah orang yang mendengar atau melihat langsung suatu perkara atau kejadian. Namun adakalanya, seorang saksi diminta keterangannya sebagai narasumber karena keahliannya dalam suatu bidang, inilah yang disebut sebagai saksi ahli. Keterangan para saksi ini perlu didengar, bahkan merupakan suatu hal yang sangat penting karena menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi hakim untuk memutuskan perkara.

Demikian juga dengan Yohanes, dia menuliskan kesaksian-nya kepada setiap orang tentang Yesus yang bangkit dari kematian. Agar melalui kesaksiannya ini, Jemaat yang semula pro dan kontra tentang kebangkitan Yesus menjadi memiliki pertimbangan untuk percaya bahwa Tuhan Yesus adalah benar-benar Mesias yang telah bangkit dari kematian.

Penjelasan
(Ayat 1-4) Saksi Kristus
Dalam kesaksiannya Yohanes menuliskan; “…kami dengar,…kami lihat,…kami saksikan,…kami raba… tentang Firman Hidup…” (ay. 1). Hal ini berarti dia merupakan saksi yang dapat dipercaya sebab dia mendengar langsung, melihat langsung, bahkan meraba secara langsung Firman Hidup itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sehingga orang tidak perlu lagi meragukan kesaksiannya.

Friman Hidup akan membimbing, mengarahkan dan menuntun manusia dalam perjalanan waktu yang ia miliki. Apa yang selama ini telah rusak oleh dosa, sekarang di dalam Firman Hidup telah diperbaiki maka manusia akan menghasilkan persekutuan yang baik antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Allah. Firman Hidup juga telah mengubah kematian kekal menjadi kehidupan kekal.

(Ayat 5) Terang dan Kegelapan
Yohanes mau menegur, mengutuk para pendusta yang mengatakan bahwa ia mengenal Allah namun tidak melakukan perintah-perintah Allah. Mereka mengklaim bahwa mereka mempunyai pengetahuan yang khusus tentang Allah tetapi tingkah-lakunya sama sekali jauh dari tuntutan etika Kristen. Dengan tegas Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah terang, sehingga anak-anak terang tidak dapat hidup dalam dua dunia, yaitu terang sekaligus gelap. Sebab di dalam terang tidak ada kegelapan, tidak ada yang tersembunyi.

Terang berfungsi menuntun, membimbing perjalanan hidup manusia. Terang juga menunjukkan segala perbuatan manusia yang salah dan mengarahkannya ke dalam kebenaran. Dalam tulisan lain, Rasul Paulus menerangkan arti terang dan kegelapan itu sebagai berikut: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Ef. 5:8-9).

Kegelapan menunjukkan kepada kehidupan yang terisah dari Yesus. Orang yang berjalan dalam kegelapan adalah orang yang tidak tahu dan tidak mengerti kemana ia harus pergi (Yoh. 12:35). Orang yang hidup dalam kegelapan adalah orang yang hidup dalam kekacau-balauan, ia tidak punya aturan, makna hidup dan tanpa moral.

(Ayat 6-7) Hidup Dalam Persekutuan
Ada orang yang menganggap dirinya sudah berkembang secara intelektual dan spiritual tetapi dalam hidupnya sehari-hari tidak menunjukkan perkembangan intelektual dan spiritualnya. Orang-orang seperti inilah yang dikecam Yohanes dalam kesaksiannya ini, orang seperti itu adalah pendusta. Allah adalah terang maka orang-orang yang bersekutu dengan Dia haruslah berjalan di dalam terang.

Dengan pemikiran yang keliru tersebut maka tentang ‘kebenaran’ juga menjadi keliru. Sebab bagaimana mungkin seseorang yang berjalan dalam kegelapan mengatakan telah melakukan kebenaran. Kebenaran bukan hanya bagaimana berpikir benar (kekristenan dalam diskusi) tetapi bagaimana seorang Kristen berpikir benar dan melakukan yang benar kepada Allah dan kepada sesama. Orang yang berpikir dan melakukan yang benar; maka yang terjadi dalam hidupnya sehari-hari adalah proses pembersihan dalam dirinya dari segala macam dosa. Yohanes mengingatkan; pengorbanan Kristus sebagai suatu yang tidak saja menebus dosa-dosa manusia di masa lampau tetapi juga memperlengkapi manusia di dalam kekudusan hari demi hari, bahkan sampai hari kesudahan.

Refleksi
Bersaksi adalah amanat Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya (band. Mat. 28:19-20), hal ini berarti bahwa setiap orang Kristen HARUS menjadi saksi-saksi Kristus dimana pun berada. Cara menjadi saksi Kristus bukan hanya dalam bentuk verbal (kata-kata) semata, namun menyampaikan Firman juga harus dilakukan dalam bentuk nyata, yaitu perbuatan atau aksi.

Dalam sebuah seminar yang mendiskusikan tentang “Yesus Kristus” panitia mengundang tiga orang pembicara (narasumber). Dalam diskusi yang hangat tersebut panitia memberikan waktu satum jam untuk setiap pembicara untuk menyampaikan paparannya. Setelah para pembicara menyampaikan paparannya, langsung dilanjutkan dengan tanya-jawab. Dari ketiga pembicara itu ada seorang yang sangat baik menyampaikan paparannya mengenal Yesus Kristus, bahkan dalam diskusi, ia mampu menjawab semua pertanyaan peserta dengan baik dan memuaskan. Ia memndapat ‘applaus’ dan ucapa selamat dari para peserta yang terkagum-kagum oleh kepandaian dan keahliannya. Namun ketika salah seorang peserta bertanya kepadanya, “Bapak berasal dari jemaat mana?” Pembicara itu menjawab, “Saya tidak menjadi anggota jemaat gereja mana pun!” mendengar jawaban itu, seketika para peserta terkejut dan terperanjat.

Ada banyak orang yang tahu tentang Firman Tuhan tetapi hidupnya tidak melakukan Firman itu. Dalam hal ini; anank-anak terang harus hidup dalam persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Ada banyak orang yang menjadikan Firman Tuhan itu sebagai pelajaran intelektual semata, padahal seharusnya pengetahuan tentang Firman itu diberlakukan juga dalam hidup sehari-hari.

Pada zaman Tuhan Yesus; ahli-ahli Taurat sungguh memahami arti dan makna hukum Taurat namun tidak ditunjukkan dalam hidup kesehariannya. Berbeda dengan orang Samaria yang baik hati itu. Ia tidak hanya mengerti namun ia juga melakukannya (Luk. 10:25-37). Saksi Kristus bararti melakukan kasih kepada sesama manusia. Amin.

Di Cophy dari Marparbue

Kamis, 05 April 2012

"Tujuh Perkataan Tuhan Yesus di Kayu Salib"

DISAMPAIKAN PADA DETIK-DETIK KEMATIAN TUHAN YESUS

Pengantar:
Dikeheningan pagi itu, di kota Yerusalem, terdengarlah suara teriakan, tangisan dan lecutan suara cambuk silih berganti. Diantara debu-debu jalanan tampaklah para prajurit Romawi yang sedang mengiringi seorang laki-laki, yang berjalan tertatih-tatih, sambil memikul salib besar yang dipanggulkan di atas bahu-Nya. Orang itu adalah Yesus, yang telah di putuskan untuk dihukum mati oleh Pilatus, atas desakan para pemimpin Yahudi dan pengikut-Nya.
Tidak ingatkah mereka akan pengajaran-Nya yang penuh Kasih…? Akan mujijat-mujijat-Nya untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang yang sudah mati…?
Semua orang seakan lupa akan semua kebaikan-Nya, dan berhasil dihasut oleh pemimpin-pemimpin lalim untuk menghujat Dia, seorang yang penuh Kasih. Berkali-kali Dia harus jatuh bangun karena dicambuk oleh prajurit Romawi…pukulan…tamparan…bahkan ludah dari orang-orang yang dulu pernah diberi-Nya makan roti dan ikan.
Keringat dan darah bercucuran…kulit yang terkoyak…kepala yang sakit menahan nyeri..oh….tak terbayangkan betapa penderitaan-Nya begitu dalam, wajah-Nya sudah tidak seperti manusia lagi, Dia ditolak oleh pengikut-Nya sendiri. Air susu dibalas air tuba…oh…sekali lagi Dia jatuh…..salib-Nya terpaksa harus di pikul orang lain karena Dia tak sanggup lagi, setelah darah-Nya terkuras dan berceceran disepanjang jalan menuju Bukit Golgata.

Narasi -1
Ya…Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat…!
Inilah ucapan pertama yang keluar dari mulut Yesus setelah Dia disalibkan bersama dua orang penjahat,seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.
Ucapan Yesus ini nyata menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada umat manusia. Ia tidak pernah membalas kekejaman dan kejahatan manusia dengan umpat dan cela, sebaliknya Ia justru mendoakan mereka, orang-orang yang telah menghina, menyiksa dan menyalibkan-Nya. Yesus tahu, bahwa meskipun mereka selalu melihat dan mendengar segala sesuatu yang Ia lakukan mereka tetap tidak percaya bahwa Ia adalah Mesias yang diutus oleh Allah, itulah sebabnya Yesus berdoa bagi mereka: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
Saudara-sauda yang dikasihi Tuhan, bukankah Doa Tuhan Yesus iniberlaku bagi Dia. Renungkanlah, betapa sering kita mendukakan hati-Nya melalui pikiran, perkataan maupun perbuatan kita. Namun di dalam Kasih-Nya yang besar, tangan-Nya selalu terbuka untuk mengampuni kita. Ia tak pernah membalaskan dosa dan kejahatan kita, dengan murka dan hukuman. Sebaliknya Ia tetap mengulurkan tangan-Nya untuk menerima kita.
Mari kita bernyanyi KJ No

Narasi ke- 2
Tidak hanya ketika berada di Yerusalem atau di tengah jalan saja, di kayu salib itu, Yesus juga menerima begitu banyak hujatan, olok-olok, hinaan dari para pemimpin Yahudi yang berkata: Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias orang yang dipilih Allah.
Hai Engkau yang mau merubuhkan bait suci dan mau membangunya dalam tiga hari, selamatkanlah dirimu, jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu.
Bukan hanya mereka, para prajurit juga ikut mengolok-olok Dia sambil mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: Jika Engkau adalah Raja orang Jahudi, selamatkanlah diriMu. Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia katanya: Bukankah Engkau adalah Kristus…? Selamatkanlah diriMu dan kami. Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut…? Juga kepada Allah…? Kita memang selayaknya di hokum, sebab kita menerima balasan setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah”. Lalu ia berkata: “Ya Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja”Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini, engkau aka nada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” Sungguh merupakan pernyataan yang luar biasa keluar dari mulut seorang penjahat besar. Orang itu belum pernah melihat Yesus, namun dia pernah sesaat melihat bagaimana Yesus yang mau mengampuni orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita lihat betapa Tuhan Yesus menghargai orang yang percaya kepada-Nya, walaupun hanya di saat terakhir dalam hidupnya, tanpa peduli masa lalu penjahat itu, Yesus mau mengampuni dan menerimanya di Firdaus. Mari saudaraku bertobatlah dan terimalah Anugrah Keselamatan dari Tuhan Yesus, yang mau mengampuni dan melupakan dosa pelanggaran kita, dan mau menerima kita kembali.
Mari kita Bernyanyi KJ. No.

Narasi ke- 3
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya Maria isteri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu…inilah anakmu….! Kemudian katanya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu, dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Di kaki salib tempat Yesus tergantung, berdiri ibu-Nya dengan hati yang hancur luluh. Tidak terbesit di benaknya bahwa janji Tuhan melalui Malaikat Gabriel untuk melahirkan Immanuel, ternyata berakhir di kayu salib.
Yesus tahu bahwa ibu-Nya pasti sangat berduka, lemah tak berdaya….apalagi selama ini Yesus adalah tulang punggung keluarga. Selama tiga tahun, Ia selalu bersama-sama dengan mereka, baik dalam suka maupun duka. Sejenak Ia merenungkan, betapa banyaknya kenangan indah yang pernah Ia alami bersama mereka. Ia juga melihat kesedihan yang sangat mendalan di hati ibu-Nya itu. Ia tahu betapa besar-Nya kasih sayang Ibu kepada-Nya, yang pasti rela melakukan apa saja untuk diri-Nya. Dengan suara yang lemah, sambil mengarahkan tatapan-Nya kepada Yohannes, Dia berkata kepada sang bunda: “Ibu,,,,,inilah anakmu”. Yesus ingin menguatkan dan menghibur ibu yang sangat dikasihi_nya, bahwa meskipun sebentar lagi Dia akan pergi, namun masih ada anaknya yang lain, yang akan menggantikan-Nya, untuk menjaga, membantu dan menghiburnya. Lalu Yesus berkata kepada Yohannes: “Inilah ibumu”. Dengan begitu Yesus menuntut suatu tanggung jawab dari murid-Nya untuk merawat ibu-Nya. Sebuah teladan yang sangat baik, agar kita wajib mengasihi orang tuanya yang telah merawat kita dan telah berkorban dalam membesarkan anak-anaknya.
Mari kita bernyanyi KJ No.

Narasi ke- 4
Lama sebelumnya, ketika Ia sedang berada di kota Sikhar Samaria, pernah Ia berkata kepada seorang perempuan: “barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, sebab air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”Sekarang Sang Sumber Air Hayat berkata: “Aku Haus”… Secara manusiawi, Yesus tentu merasakan haus karena kelelahan, panas dan banyak cairan yang keluar dari tubuh-Nya. Yesus adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia, tapi manusia yang tidak berdosa. Tak ada yang dapat dilakukan orang yang mengasihi-Nya, untuk menghilangkan dahaga-Nya, tapi ada orang yang mengunjukkan anggur asam, yang membuat Yesus semakin haus. Dia haus akan Keadilan, haus akan Kasih, haus akan Kebenaran mengalahkan kejahatan dan ketidak-adilan. Saat ini ada sesuatu yang bias kita lakukan untuk melegakan rasa haus-Nya, sesuai dengan Firman-Nya: “Apapun yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-5
Seorang ahli yang bernama DR. CFG. Ritcher menyampaikan analisa tentang penderitaan yang dialami orang yang disalibkan: Akibat dari tubuh yang tak wajar dan tak dapat digerakkan…dan yang menggantung, tangan-tangan yang terentang dan ditembusi paku, maka satu gerakan apapun pasti akan menambah rasa sakit disekujur tubuh, terutama punggung yang tercabik-cabik dan tangan serta kaki yang tertembus tajam.
Terik panas matahari yang membakar tubuh, membuat cairan tubuh kering dan darah mengental. Jantung mulai kesusahan memompa darah, sehingga jantung bekerja keras, dan paru-paru juga harus bekerja keras untuk memompa oksigen ke darah…Aliran darah menjadi lebih lambat, sehingga kepala mengalami pusing yang tak tertahankan. Itulah yang dirasakan Yesus saat itu. Sungguh mengenaskan dan menyakitkan. Ia merasa kesendirian, kesepian, tidak ada yang ikut merasakan betapa pedih dan sangat pedih. Tidak ada lagi yang tinggal menemani-Nya. Ia pun berseru dengan sekuat tenaga: “Eli…Eli…Lama Sabakhtani…! “Allahku,,,,Allahku,,,,mengapa Engkau meninggalkan Aku…..?”Diatas kayu salib, seluruh dosa sedang ditanggung-Nya, melalui siksa yang diterima-Nya. Sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dip[ukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dan diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita mejadi sembuh.
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-6
“Sudah Selesai”
Ini bukanlah keluh kesah seorang yang letih lesu dan berbeban berat, seperti suara orang yang putus asa. Sebaliknya, ini adalah ungkapan rasa puas bahwa missi telah selesai dilaksanakan. Yesus telah menyelesaikan tugas yang di Embannya: Menyampaikan berita Keselamatan, menyerukan pertobatan, memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, menyembuhkan orang yang sakit, memberikan teladan hidup yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan, menunjukkan kasih yang sempurna, dan menanggung dosa seluruh dunia. Semua rencana Allah sudah digenapi, tidak perlu lagi manusia melalukan cara-cara lain untuk mencari keselamatan. Keselamatan diperoleh hanya melalui Iman Percaya pada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya sebagai ganti kita.
Betapa indah dan sempurnanya karya penebusan yang telah dilakukan-Nya di atas kayu salib. Dosa telah ditaklukkan. Kuasa maut telah dihancurkan oleh darah Yesus. Kita menang, umat-Nya dibebaskan. Halleluya…!
Mari kita Bernyanyi KJ No.
Narasi ke-7
Perkataan pertama yang diucapkan Yesus dalam kitab suci adalah pengakuan-Nya tentang bapa-Nya. Yesus beruur 1 tahun ketika Ia berkata kepada orang tuanya yang menemukan Dia sedang berada di Bait suci: “Tidakkah kau tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku….? Perkataan-Nya yang terakhir adalah tentang Bapa-Nya juga. Dia kembali menegaskan bahwa memang Dia adalah berasal dari Bapa, dan akan kembali kepada Bapa.
Dia tahu bahwa Sang Bapa adalah Bapa yang baik, yang menerima-Nya kembali, seperti pengajaranNya tentang anak yang hilang, betapapun berdosanya ia, namun takkala melangkah pulang, bapanya menerimanya dengan penuh sukacita. Demikianlah Yesus akan berserah kepada Bapa, dan dengan penuh penyerahan diri, Dia berucap: “ Ya Bapa ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawaKu….Lalu Diapun tertunduk. Mati.
Mari kita Saat teduh……Lonceng berbunyi……7 X

"Susunan Acara Jumat Agung/Detik2 Kematian Yesus"

Susunan Acara Kebaktian Peringatan Jumat Agung Tahun 2012.
01. Bernyanyi KJ. 169:1-3 MEMANDANG SALIB RAJAKU
1. Memandang salib Rajaku yang mati untuk dunia,
kurasa hancur congkakku dan harta hilang harganya.

2. Tak boleh aku bermegah selain di dalam salibMu;
kubuang nikmat dunia demi darahMu yang kudus.

3. Berpadu kasih dan sedih mengalir dari lukaMu;
mahkota duri yang pedih menjadi keagunganMu.
02. Votum/Introitus/Doa
03. Bernyanyi KJ. 183 : 1-2 MENJULANG NYATA ATAS BUKIT KALA
1. Menjulang nyata atas bukit kala t’rang benderang salibMu, Tuhanku.
Dari sinarnya yang menyala-nyala memancarkan kasih agung dan restu.
Seluruh umat insan menengadah ke arah cahya kasih yang mesra.
Bagai pelaut yang karam merindukan di ufuk timur pagi merekah.
2. SalibMu, Kristus, tanda pengasihan mengangkat hati yang remuk redam,
membuat dosa yang terperikan di lubuk cinta Tuhan terbenam.
Di dalam Tuhan kami balik lahir, insan bernoda kini berseri,
Teruras darah suci yang mengalir di salib pada bukit Kalvari.
04. Epistel : Mazmur 44: 18 – 27
05. Bernyanyi KJ 453: 2-3 Yesus Kawan yang Sejati
2. Jika oleh pencobaan kacau-balau hidupmu,
jangan kau berputus asa; pada Tuhan berseru!
Yesus Kawan yang setia, tidak ada taraNya.
Ia tahu kelemahanmu; naikkan doa padaNya!
3. Adakah hatimu sarat, jiwa-ragamu lelah?
Yesuslah Penolong kita; naikkan doa padaNya!
Biar kawan lain menghilang, Yesus Kawan yang baka.
Ia mau menghibur kita atas doa padaNya.
06. Pengakuan Dosa/Janji Pengampunan
07. Bernyanyi KJ 144 b: 1 Suara Yesus Ku Dengar
Suara Yesus kudengar, “Hai Mari yang penat,
Serahkanlah kepadaKu bebanmu yang berat.”
Kepada Yesus, Tuhanku, ‘ku datang berserah;
jiwaku yang letih lesu dibuatNya lega.
08. Petunjuk Hidup Baru Gal 3: 13
09. Bernyanyi KJ 170: 4 Kepala yang Berdarah
4. Gembala yang setia terima dombaMu!
Kau Sumber bahagia Penuntun hidupku.
SabdaMu t’lah membuka karunia tak terp’ri
Dan nikmat dari sorga padaku Kauberi.
10. Pengakuan Iman
11. Berita Jemaat
12. Bernyanyi KJ. 1-3 368 PADA KAKI SALIBMU
1. Pada kaki salibMu, Yesus, ‘ku berlindung;
Air hayat Golgota pancaran yang agung.
SalibMu, salibMu yang kumuliakan
Hingga dalam sorga k’lak ada perhentian.
2. Pada kaki salibMu kasihMu kut’rima;
Sinar Bintang Fajar t’rang yang memb’ri cahaya.
SalibMu, salibMu yang kumuliakan
Hingga dalam sorga k’lak ada perhenti
3. Pada kaki salibMu kuingat kurbanMu,
dalam jalan hidupku kukenang selalu.
SalibMu, salibMu yang kumuliakan
Hingga dalam sorga k’lak ada perhenti
13. Evangelium : 1 Kor 15: 1-3 : Pdt. R.H.L. Tobing, S.Th.MA
14. Koor :
15. Perjamuan Kudus
16. Bernyanyi KJ. 367: 1-2 PADAMU, TUHAN DAN ALLAHKU
1. PadaMu, Tuhan dan Allahku, kupersembahkan hidupku:
dariMu jiwa dan ragaku, hanya dalamMu ‘ku teduh.
Hatiku yang Engkau pulihkan padaMu juga kuberikan.
2. Di dalam Yesus Kaunyatakan, ya Bapa, isi hatiMu:
curahan kasih, kesukaan Engkau limpahkan bagiku.
Andaikan orang menyadari, niscaya, Tuhan, Kau dicari.
17. Liturgi Perjamuan Kudus
18. Bernyanyi KJ 375 Sambil Kantong Persembahan Perjamuan dijalankan
(Dinyanyikan 3 x )
Saya mau ikut Yesus, saya mau ikut Yesus sampai
s’lama-lamanya. Meskipun saya susah, menderita
dalam dunia, saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya.
19. Doa Puji2an atas Perjamuan Kudus
20. Bernyanyi KJ 168 c :2-3 Hai Dunia Lihat Tuhan
2. O lihatlah betapa penuh keringat darah seluruh tubuhNya.
HatiNya yang mulia, dirundung dukacita,
Terungakap dalam berkesah.
3. Siapa menyebabkan hukuman dan siksaaan terhadap diriMu?
Kau bukanlah pedosa; Kau suci tak bernoda.
Mengapa salib Kautempuh?
21. Persembahan. Ayat Persembahan Maz 51: 19
22. Doa Persembahan.
23. Bernyanyi KJ 289: 8 Tuhan Pencipta Semesta
8. Pemb’rian kami s’lamanya dari tanganMu asalnya;
yang Kauterima itulah yang Kauberi.
24. Doa Bapa Kami/ Berkat.


Acara Jam 14.00 Detik-detik Kematian Yesus

01. Bernyanyi KJ. 382: 1-3 YA YESUS TERKASIH
1. Ya Yesus terkasih, Engkau Tuhanku, kubuang
dosaku demi namaMu. Kau Jurus’lamatku, Pengasih
benar. Kasihku padaMu semakin besar.
2. Engkau lebih dulu mengasihiku; Kauhapus dosaku
dengan darahMu. Menanggung sengsara kau tidak gentar;
kasihku padaMu semakin besar.
3. Selama ‘ku hidup kupuji terus kasihMu yang tulus
kekal dan kudus; dan bila ‘ku mati. ‘ku yakin benar:
Kasihku padaMu semakin besar.
02. Pengantar/ Tujuh Perkataan Tuhan Yesus/ Perkataan ke- 1
03. Bernyanyi KJ. 33 SUARAMU KUDENGAR
1. SuaraMu kudengar memanggil diriku,
supaya ‘ku di Golgota di basuh darahMu!
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
2. Kendati ‘ku lemah, tenaga Kauberi;
Kauhapus aib dosaku, hidupku pun bersih
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
04. Perkataan ke- 2
05. Bernyanyi KJ. 33: 3-4 SUARAMU KUDENGAR
3. Kaupanggil diriku, supaya kukenal iman,
harapan yang teguh dan kasihMu kekal.
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
4. Kaubuat meresap karyaMu dalamku;
kuasa dosa pun lenyap, diganti rahmatMu.
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
06. Perkataan ke- 3
07. Bernyanyi KJ. 33: 5-6 SUARAMU KUDENGAR
5. Ya Yesus, Kau beri jaminanMu tetap:
kepada orang beriman janjiMu akan genap!
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
6. Terpuji penebus, terupuji darahNya,
Terpuji Kristus, Tuhanku, dalamNya ‘ku benar!
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
Dalam darahMu kudus sucikan diriku.
08. Perkataan Ke-4
09. Bernyanyi KJ. 157 : 1 INSAN, TANGISI DOSAMU
1. Insan, tangisi dosamu! Ingatlah, Kristus menempuh jalan
penuh sengsara dan bagai hamba terendah Ia kosongkan diriNya
menjadi Perantara. Yang mati dihidupkanNya, yang sakit disembuhkanNya,
yang hilang Ia cari, berkurban diri akhirnya, memikul dosa dunia diatas kayu salib.
10. Perkataan ke -5
11. Bernyanyi KJ. 157: 2 INSAN, TANGISI DOSAMU
2. Syukur, pujian dan sembah kepada Dia angkatlah yang mati bagi kita. Ikutlah Dia yang menang, pikullah salib dan beban dengan bersukacita! KasihNya perkenankanlah dan dalam kuasa namaNya kalahkanlah yang jahat.
Ingat darahNya yang kudus, yang bagi Allah, Bapamu, berharga tinggi amat!
12. Perkataan ke-6
13. Bernyanyi KJ. 183: 2 MENJULANG NYATA ATAS BUKIT KALA
2. SalibMu, Kristus, tanda pengasihan mengangkat hati yang remuk redam,
membuat dosa yang terperikan di lubuk cinta Tuhan terbenam.
Di dalam Tuhan kami balik lahir, insan bernoda kini berseri,
Teruras darah suci yang mengalir di salib pada bukit Kalvari.
14. Perkataan ke 7
(Selesai Pembacaan Narasi ke-7 Lonceng Gereka berbunyi 7 X)
15. Bernyanyi KJ. 160: 4 SANG ANAKDOMBA YANG KUDUS
4. Sepanjang umur hidupku kuingat Dikau, Tuhan;
ya Yesus, di rangkulanMu hatiku Kausembuhkan.
Dalam gelap Engkau Terang, di malam duka Kau Teman
Yang menabahkan hati. Inilah yang menghiburku,
Bahwa ‘ku jadi milikMu baik hidup maupun mati.
16. Doa Penutup dan Berkat

Dosa telah membuat hati manusia kotor tercemar. Agar hati menjadi bersih kembali , harus dibasuh, dicuci dan akhirnya dibersihkan dengan darah Yesus yang tumpah ke atas bumi. Kekuatan dosa manusia telah mencengkeram hati manusia, dan hanya dapat dilawan dengan kekuatan Ilahi, yakni Darah Yesus. Oleh bilur-bilur-Nya, kamu disembuhkan.
Tuhan Memberkati. RHLT