Sabtu, 23 Maret 2013

"KHOTBAH JUMAT AGUNG"

Pada Jumat Agung ini kita mengingat-ingat kembali penderitaan-Nya untuk kita dan untuk kehidupan kita. Penderitaan Yesus dimulai waktu ditangkap di taman Getsemani untuk dihadapkan pada Pontius Pilatus untuk diadili. Pontius Pilatus tidak menemukan kesalahannya, dan orang-orang Yahudi meminta Pilatus untuk menyalibkannya. Kemudian Pilatus menyerahkan Yesus kepada para tentara Romawi. Jubah-Nya diganti dengan jubah ungu, dan diberikan mahkota duri. Dia mulai dicambuk, disiksa luar biasa. Berdasarkan penelitian, ada banyak cambukan di punggung dan di dadanya. Cambuk yang digunakan adalah cambuk yang khusus, diujung-ujungnya ada bola-bola besi, sehingga tiap kali terhujam, maka ketika ditarik kembali akan ada daging yang tercabik. Sungguh kesakitan yang luar biasa. Dia juga diludahi dan dicaci maki. Penderitaan yang dahsyat bagi Yesus. Darah tercurah baik dari kepala, punggung, dan dada-Nya. Bukan cuma itu, penderitaan-Nya berlanjut karena Dia kemudian harus mengangkat kayu salib yang sangat berat ke Bukit Tengkorak (Golgota) melalui jalan yang sekarang dikenal sebagai Via Dolorosa. Dalam perjalanan, Dia jatuh beberapa kali sebelum akhirnya tiba di Bukit Tengkorak. Di sana dimulailah penderitaan yang lebih dahsyat lagi. Dia dibaringkan di atas kayu salib, dan orang Romawai menghujamkan paku yang besar dan tajam ke tangan dan kaki-Nya. Paku ini ditancapkan di rongga-rongga Destot yang ada syaraf-syaraf motorik sehingga menyebabkan kesakitan yang luar biasa. Setelah dipaku, didirikanlah salib Yesus dan kedua tangannya yang terentang dipaku harus terguncang-guncang menahan beban tubuhnya akibat salib itu dihujamkan berkali-berkali ke tanah supaya berdiri tegak. Saya tidak dapat membayangkan seberapa sakitnya Tuhan Yesus saat itu. Mulai tengah hari, langit menjadi begitu gelap dan menjelang pukul tiga sore, maka Tuhan Yesus berseru kepada Bapa di Sorga, "Eli, Eli, lama sabakhtani?", yang artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Saat itu Yesus ditinggalkan oleh Bapa di Sorga, Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus, yang begitu buruk rupanya, karena saat itu Dia sedang menanggung dosa seluruh dunia, dosa Saudara dan saya. Setelah itu, Tuhan Yesus haus dan diberikan anggur asam. Setelah minum, Dia berkata, "Sudah selesai." dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa di Sorga. Dia mati untuk Saudara dan saya. Mari kita renungkan dan berdoa bagaimana Dia mengasihi kita. Kami bersyukur, Tuhan, untuk segala yang sudah Engkau kerjakan dalam kehidupan kami. Tidak hentinya kami ucapkan syukur. Ampuni, Tuhan, kalau kami tidak pernah mengingat penderitaan yang Engkau alami untuk kami semua. Ampuni kami, Tuhan, kami sering melupakan, sering tidak peduli. Ampuni kami Tuhan. Kami mau untuk lebih lagi sungguh-sungguh di hadapan Engkau. Biar pengorbanan-Mu tidak sia-sia di dalam kehidupan kami, Engkau sudah menebus dengan darah yang mahal. Dengan apakah kami boleh membalas? Biar kami membalas dengan hidup kami, roh, jiwa, dan tubuh kami yang kami persembahkan tidak bercacat cela sampai kau datang menjemput kami. Terima kasih, Tuhan, Kau sudah mati menggantikan kami orang-orang yang berdosa, karena upah dari dosa adalah maut,. Tapi kami bersyukur, Engkau menggantikan kami. Terima kasih Bapa, di dalam Nama Tuhan Yesus, Yes 53:3: Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Kita ada di dalam Jumat Agung di mana kita boleh memperingati akan penderitaan Yesus 2000 tahun yang lalu. Kalau kita baca ayat-ayat ini, kita mengerti, the man of sorrow, manusia yang begitu buruk rupanya, seseorang yang penuh dengan kesengsaraan. Dari beberapa ayat yang kita baca tadi, ada beberapa makna penting bagi kita terutama sebagai pelaku-pelaku firman Tuhan. Via Dolorosa Setiap kali pergi ke Israel, Yerusalem, setiap orang hampir tidak pernah melewatkan untuk melalui jalan Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan atau Jalan Penderitaan). Ada orang berpikir bahwa Via Dolorosa adalah jalan yang mulus dan enak dilalui, tapi ternyata jalan itu kondisinya mendaki, menurun, begitu sempit dan ramai. Jalan yang ada saat ini kurang lebih sama seperti 2000 tahun yang lalu, di mana Tuhan Yesus waktu itu dengan darah terkucur, memanggul salib menuju Golgota. Di tengah perjalanan itu beberapa kali Dia jatuh. Saya membayangkan dulu begitu banyak orang yang menonton Dia. Orang-orang pasti mengejek Dia dan mempermalukan Dia. Tuhan Yesus pikul salib itu dengan tertatih-tatih dan akhirnya sampai di Bukit Golgota. Hari ini kita diajak untuk mengingat penderitaan Yesus. Banyak orang Kristen tidak ingat jalan penderitaan, justru yang diingat adalah Via De La Rosa atau Jalan Taman Bunga. Kita harus ingat Via Dolorosa, yaitu Jalan Penderitaan. Kita harus ingat bahwa kadang-kadang Tuhan izinkan kita ke lembah yang dalam. Dalam segala masalah-masalah hari-hari ini, ingat, Tuhan Yesus tetap ada bersama-sama dengan kita. Ini perlu Saudara ingat senantiasa, kita sudah terbiasa hanya mengingat berkat-berkat saja. Begitu Tuhan izinkan mengalami masalah, lalu orang-orang banyak justru menuduh kita yang tidak baik. Tapi itulah perjalanan orang-orang percaya, sebagaimana Yesus alami. Kalau Yesus sudah alami penderitaan yang luar biasa, Dia juga tahu dan mengerti penderitaan yang Saudara alami. Dengan bilur-bilur-Nya Dia sudah memberikan kita keselamatan. Mazmur 90:10, sebuah Mazmur yang ditulis oleh Musa, Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Kita seringkali bangga dengan kekayaan, kecantikan, postur, titel kita, dan lain-lain. Tapi ini aneh, kalau kita baca apa yang ditulis Pemazmur ini, justru dia bangga akan kesukaran dan penderitaan. Dalam Perjanjian Lama, ada seorang yang bernama Yakub, yang kemudian berubah menjadi Israel. Yakub adalah orang yang penuh dengan masalah dan penderitaan. Ke mana pun dia pergi, dia selalu bawa tongkat untuk bersandar. Waktu lihat tongkatnya, orang akan heran karena ada begitu banyak goresan-goresan. Tongkat ini adalah tongkat yang biasa dibawa orang-orang Yahudi pada zaman dulu. Setiap kali Yakub mengalami masalah, dia ambil pisau dan menggores di tongkat itu. Makin besar masalahnya, makin besar dan dalam juga goresan di tongkat itu. Tongkat Yakub penuh dengan goresan, menunjukkan perjalanannya penuh masalah dan penderitaan yang begitu dalam. Apakah Saudara yang bersyukur dengan segala hal yang boleh diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan Saudara? Yakub bangga dengan tongkat ini, di mana begitu banyak goresan-goresan. Tongkat ini diberi nama Stigmata. Waktu dia sudah berusia lanjut, matanya sudah kabur dan tidak bisa melihat lagi (Kejadian 48:10). Pada saat akan memberkati anak-anak Yusuf, Manasye dan Efraim, oleh Yusuf, ditempatkan sedemikian rupa supaya tangan kanan Yakub akan memberkati di atas Manasye yang sulung dan tangan kiri Yakub akan memberkati kepala Efraim. Tapi biarpun buta, Yakub adalah orang yang memiliki mata rohani yang kuat. Dia tahu posisi tangannya tidak pas. Dia menyilangkan tangannya, sehingga tangan kanannya justru diletakkan di atas Efraim yang bungsu dan tangan kirinya memberkati Manasye yang sulung. Yusuf protes karena seharusnya Yakub memberkati Manasye dengan tangan kanan sebagai anak sulung. Tapi Yakub berkata, "Aku tahu, anakku, aku tahu apa yang aku harus lakukan," dan Yakub tetap menyilangkan tangannya, tangan kanan di atas Eftraim, dan tangan kiri di atas Manasye. Mata rohaninya tetap kuat. Walau ada tantangan-tantangan, kita tahu, Tuhan justru membentuk kita agar kita memiliki iman yang teguh, pengharapan yang tidak pernah putus. Ada sebuah kata ajaib yang menjadi kekuatan bagi orang-orang percaya, waktu mengalami tantangan, sakit penyakit, tantangan yang luar biasa: mengucap syukur! 1 Tesalonika 5:18, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Pada waktu Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang dahsyat, Dia hanya diam. Saudara, apa pun yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup Saudara, apa yang harus kita lakukan? Mengucap syukur! Hamba-hamba Tuhan yang dipakai luar biasa, banyak yang pada mulanya mengalami penderitaan-penderitaan. • Seorang pendiri Vineyard Church di Kanada, John Wimber, pada mulanya bertobat karena dia menyaksikan sendiri bagaimana gembala sidangnya dapat mengucap syukur dalam penderitaan. Anak perempuan gembala sidangnya yang masih berumur belasan tahun mati diberondong senjata api membabi buta, mati sia-sia. Tapi gembala sidangnya itu, ketika berdoa di depan jenazah anaknya, di hadapan Tuhan, justru berkata, "Tuhan, aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi aku tetap tahu aku tetap punya Allah yang sungguh sangat baik." Dia masih bisa mengatakan itu padahal kejadian itu sangat menyedihkan dia. Dia tetap bisa mengangkat tangan dan berkata Allah tetap sungguh baik. John Wimber bertobat menyaksikan itu dan menjadi hamba Tuhan yang dipakai luar biasa. Justru saat kita mengalami kesusahan, kita harus tetap bisa mengatakan Tuhan Engkau Allah yang baik. Saudara mungkin rugi, dibohongi, mengalami kebangkrutan. Apa pun yang terjadi dalam hidup Saudara, mari kita tetap berkata Tuhan baik. • Seorang hamba Tuhan Jerry Sitter, pada suatu ketika mengalami kehilangan yang begitu dahsyat. Sekaligus tiga anggota keluarganya: anak, istri, dan mamanya meninggal seketika ditabrak oleh orang pemabuk. Tapi dia tetap bisa berkata, Tuhan adalah Allah yang baik. Ini adalah contoh kesaksian orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. INDAH RENCANA MU TUHAN: Indah rencana Mu Tuhan di dalam Hidupku.Walau ku tak tau dank u tak mengerti semua jalanMu. Dulu ku tak tau Tuhan, berat kurasakan, hati menderita namun tak berdaya menghadapi semua. Reff. Tapi ku mengerti skarang, kau tolong hidupku, kini ku melihat dank u merasakan, indah rencana-Mu. Saudara, bukankah orang-orang percaya harus lebih dari itu? Bukankah kita harus lebih dari itu? Karena di dalam kita ada Yesus Kristus yang sudah menderita lebih dari itu dan mati untuk kita? Jangan gantikan Via Dolorosa dengan Via De La Rosa! Hidup ini kadang naik dan turun, tapi ingat, ada di tengah lembah kekelaman sekalipun, gada dan tongkat Yesus Kristus ada bersama kita. Amen RHL. Tobing

Selasa, 12 Maret 2013

Khotbah Keb. R. Tangga 21 Maret 2013 Yakobus 5:7-11 "Bersabar dalam Penderitaan"

Pengantar: Sampai kapan kita harus bersabar menghapi penderitaan dan pencobaan? Jawabnya, Sampai hari kedatangan Tuhan (ay.7). Kedatangan Tuhan mengandung pengharapan. Pengharapan di mana seluruh pergumulan dan penderitaan akan selesai dan mereka akan merima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah bagi mereka yang tahan uji (Yak. 1:12). Masalahnya, menunggu hari kedatangan Tuhan adalah sebuah proses yang panjang (2 Petrus 3), bahkan waktu tersebut tidak terprediksi karena hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam (1 Tes. 5:2, 2 Pet. 3:10). Oleh karena itu Yakobus perlu memberikan pembacanya teladan kesabaran dari kehidupan sehari-hari. Dalam penderitaan, kita sering mempunyai sikap-sikap yang salah, seperti: menjadi marah, lemah imannya, bersungut-sungut, berhenti ikut Tuhan / menjauhi Tuhan, lari ke dalam dosa, Khotbah: Karena setiap orang kristen pasti mengalami penderitaan, maka adalah sesuatu yang penting bagi kita untuk belajar tentang sikap yang benar dalam mengalami penderitaan. Sikap yang benar dalam menghadapi penderitaan. 1) Sabar (ay 7,8,10). a) Sabar berarti tidak membalas dendam / tidak marah. Ingat bahwa penderitaan mereka disebabkan oleh penindasan orang-orang kaya (Yak 5:4,6). Jadi, bisa saja mereka menja¬di marah dan ingin membalas dendam. Tetapi Yakobus mengata¬kan mereka harus sabar. b) Sabar dalam penderitaan, juga berarti bahwa kita tidak bersungut-sungut dalam menghadapi penderitaan, kita syukuri apa yg kita miliki. c) Sabar juga berarti tidak iri hati melihat nasib orang lain yang tidak mengalami penderitaan seperti kita. d) Sabar juga berarti bahwa kita tunduk / berserah sepenuhnya pada kehendak Allah, dan tidak memberontak / marah kepada Allah, pada waktu kita mengalami penderitaan. 2) Meneguhkan hati (ay 8). kuatkanlah hatimu. berdirilah teguh, teguhkanlah hatimu .Dalam Kel 17:12, kata-kata ‘tidak bergerak’ (yang menunjuk pada tangan Musa yang ditopang oleh Harun dan Hur), diterje¬mahkan ke bahasa Yunani. menggunakan kata Yunani yang sama dengan yang diterjemahkan ‘meneguhkan’ dalam Yak 5:8 ini. Jadi, dalam menghadapi penderitaan, iman maupun perasaan terhadap Tuhan tidak boleh naik turun / berubah-ubah. 3) Jangan bersungut-sungut satu terhadap yang lain (ay 9). (= janganlah mengeluh satu kepada yang lain / menentang satu sama lain). Ini bisa berarti bahwa kita tidak boleh: a) Saling menyalahkan. Kalau satu keluarga mengalami penderitaan, maka seringkali mereka saling menyalahkan satu sama lain, sehingga justru memperberat penderitaan, dan memperkecil kekuatan mereka dalam menghadapi penderitaan. b) Bersungut-sungut kepada orang kristen yang lain dan menga¬takan bahwa Allah tidak adil / kasih. Ingat bahwa kita memang boleh untuk sharing tentang penderitaan yang kita alami, tetapi tidak boleh dengan nada menyalahkan Allah / mengecam Allah! c) Bersungut-sungut tentang orang kristen yang lain. d) Bersungut-sungut kepada Tuhan dan meminta Tuhan membalaskan dendamnya. Kita boleh saja menceritakan kepada Tuhan tentang segala penderitaan kita dan bahkan tentang orang-orang yang mem¬buat kita menderita, tetapi jangan dengan hati yang menginginkan balas dendam! e) Bersungut-sungut karena orang kristen yang lain lebih baik nasibnya. 4) Bertekun (ay 11). Banyak orang seperti ‘tanah berbatu’ (Mat 13:5,6,20,21). Pada waktu mengalami penderitaan, mereka murtad. Yakobus menyuruh bertekun, artinya tidak putus asa, tetapi sebaliknya terus ikut Tuhan sekalipun mengalami penderitaan. Bertahan dalam pencobaan pada dirinya sendiri adalah berkat dari pada Tuhan. Jadi orang Kristen yang bergumul dalam penderitaan tidak boleh hanya memiliki pengharapan akan sesuatu yang akan diterima diakhir tetapi juga melihat bahwa penderitaan itu sendiri menghasilkan ketekunan dan kedewasaan. Tetapi sebaliknya orang Kristen tidak boleh juga mengabaikan apa yang Allah janjikan bagi mereka yang teguh berdiri hingga akhir. Sebab hanya mereka yang telah bertahan sampai akhir bisa disebut “berbahagia.” Sehingga para nabi yang telah meninggal, termasuk Ayub, dan orang- orang Kristen yang setia di masa lalu harus disebut sebagai “orang yang berbahagia/ diberkati.” Secara sederhana Yakobus ingin mengatakan “mereka yang bertekun sampai akhir tidak akan kehilangan upah mereka,” dan Allah telah membuktikan-nya kepada para nabiNya dan Ayub. Sebagai contoh orang yang sabar dalam penderitaan Ayub dan memiliki banyak catatan kepahitan kepada Allah (Ayub 7:11–16; 10:18; 23:2; 30:20–23) Karena itu, kita juga haruslah bersabar ketika hadapi penderitaan dan pergumulan hidup. Banyak hal menjadi penyebab setiap derita yang kita alami, misalnya: dihianati orang; difitnah; perlakuan tidak adil; kekerasan dalam rumah tangga; perselingkuhan; dll. Apapun alasan penderitaan itu, kita harus bersabar. Upaya untuk bersabar, tidak berarti bahwa kita hanya diam saja menerima semua hal itu. Kita perlu berupaya dan berjuang, seperti petani sabar menunggu hasil panen sambil memupuk dan bekerja, walaupun dia belum tau hasilnya. Demikian juga dengan kita. Kita perlu mengupayan dengan sabar untuk keluar dari pergumulan hidup sambil berpengharapan dan mengupayakan cara untuk menyelesaikan persoalan dan derita itu. Amen RHLT

Khotbah Keb. R. Tangga 14 Maret 2013 Mazmur 63:1-8 “Kasih Setia Tuhan lebih baik dari hidup”

Mazmur 63 ini mungkin menjadi renungan kita bersama dan melihat persekutuan kita dengan Tuhan. Masihkah ada jiwa yang haus mencari Tuhan dan merindukan bersekutu dengan Tuhan ataukah persekutuan yang kita jalani hanyalah rutinitas. Bagaimana dengan persembahan dan puji-pujian itu kita sampaikan? Mungkin sejenak kita bisa mengingat kembali keadaan di gereja kita masing-masing. Pemazmur disini ingin menegaskan kepada kita bahwa jiwanya yang haus dan rindu akan hadirat Tuhan adalah karena kasih setia Tuhan yang besar dalam hidupnya. Walaupun Daud di padang gurun kehausan dan kelaparan dalam pengejaran Saul yang mencoba untuk membunuhnya, namun kasih setia Allah yang melegakan jiwanya. Kerinduannya ingin menyampaikan korban persembahan dan ingin memuji-muji Tuhan adalah mengingat kasih Allah yang besar bagi umatNya. Patutlah kita memuji Tuhan dan menyampaikan persembahan kepada Tuhan yang telah mengangkat kita dari kuasa dosa dan maut. Sehingga patutlah kita merenungkan persekutuan kita saat ini dengan Tuhan, sudah layakkah kita mengatakan aku mau beribadah kepada Tuhan karena aku mau melegakan jiwaku yang haus akan Firman Tuhan dan mengenyangkan tubuhku dengan persembahan kepada Tuhan karena kasih setia Tuhan yang besar? Atau saya mau mengenyangkan jiwa dengan kebencian melihat sesama dan saling menunjukkan apa yang kita punya. Apakah kita pernah menyadari perbuatan Tuhan yang besar? Apakah ada kerinduanmu menghadap hadirat Allah? “Berbahagiah orang yang harus dan lapar akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Matius 5:6). Kedekatan dengan Tuhan sungguh diperlihatkan melalui mazmur ini dan menyaksikan “KasihMu lebih daripada hidup”. Tidak bisa kita samakan dengan apapun kasih Tuhan dalam hidup kita. Pengampunan dosa yang diberikan oleh Allah kepada kita membawa kepada kasihNya yang besar. Dosa akan membawa kita pada kenikmatan yang mematikan, namun kasih Allah akan membawa hidup kita pada kenikmatan yang menghidupkan. Daud menyaksikan kepada kita bahwa bagaimanapun kesusahan hidup yang dia alami, namun kasih Allah tidak pernah meninggalkannya malah sebaliknya kasih Allahlah yang selalu memberinya kekuatan dan pertolongan sampai dia haus dan rindu untuk menaikkan puji dan syukur kehadirat Allah. Maka mari kita pergumulkan kembali hidup kita, sudah sejauh mana kedekatan kita kepada Allah yang sanggup melegakan jiwa kita yang haus. Hidup tidak akan berarti tanpa Tuhan, tetapi hidup sungguh sangat berarti bersama Tuhan. Renungan: Ciri-ciri orang yang bergaul intim dengan Tuhan adalah: 1.Selalu kangen dengan Tuhan 2.Hadirat-Nya berdiam bersama-sama kita 3.Selalu senang menyembah Tuhan Kangen itu bicara soal hati. Kalau sedang kangen, tapi tidak bisa ketemu, akan sangat sakit rasanya. Kita ke Gereja untuk ketemu dengan Tuhan, untuk menikmati Tuhan. Mazmur 63:1-2, Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu……., Orang yang haus selalu mencari Tuhan, mencari hadirat Tuhan. Bukan cuma jiwa, tapi juga tubuh rindu kepada Tuhan. Kangen itu sakit sekali, ada perasaan ingin ketemu. Mazmur 42:1-2, Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah…..! Kita punya Allah yang hidup. Dia tidak kelihatan tapi kita bisa merasakan kehadiran-Nya. Allah yang hidup itu mau berjalan bersama-sama kita. Kita bisa merasakan jamahannya, hadirat-Nya. Orang yang haus pasti ingin minum. Orang yang haus akan Tuhan, pasti dari keluar kata-kata cinta pada Tuhan dari mulutnya. Rusa ketika bertemu sungai akan langsung melompat ke dalam air, seluruh tubuhnya ada dalam air tinggal moncongnya saja keluar untuk bernapas. Air itu menekan rusa itu, membilas bau tubuhnya, rasanya tidak enak dalam tekanan. Namun ada kalanya Tuhan mengizinkan kita ada dalam tekanan. Tapi itu bukan untuk menghancurkan kita, tapi untuk semakin mendekatkan kita kepada Tuhan. Hadirat-Nya berdiam bersama-sama dengan kita Yohanes 14:20-21, 23,; Tidak cukup hanya seminggu sekali kita ke Gereja. Kita harus setiap hari membaca Alkitab. Kita harus baca Alkitab dan merenungkan. Yosua 1:8, Selalu senang menyembah Tuhan Yohanes 4:23, Melalui persoalan yang terjadi, Tuhan menarik manusia untuk mendekat kepada-Nya. Namun apa yang harus kita lakukan ketika mengalami persoalan? Ada 3 hal yang harus kita lakukan: 1. Mencari Tuhan. Tuhan ingin agar kita mencari Dia dengan sikap hati yang haus. Ketika kita mencari Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kepada kita jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya dan meraih kemenangan yang sempurna. 2. Memakai mulut, bibir dan lidah kita untuk memuji, bersorak dan bersyukur kepada Tuhan. Sangat mudah untuk bersyukur kepada Tuhan di saat kondisi hidup kita berjalan dengan baik. Tapi, Tuhan mau agar kita bersyukur kepada Dia dalam segala kondisi, entah baik atau pun buruk. Jangan terlalu membesarkan masalah yang ada, tetapi kita harus meninggikan nama Tuhan di atas segala persoalan yang terjadi dan tetaplah percaya kepada Dia. 3. Kita harus terus-menerus merenungkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Tuhanlah tempat kita berlindung. Ia menolong dan menopang kita. Marilah kita mulai mempraktekkan ke 3 hal ini dalam hidup kita. Percayalah bahwa setiap persoalan yang kita hadapi pastilah Tuhan telah menyediakan jalan keluar bagi kita. Amen RHLT