Rabu, 04 Juni 2014

Khotbah Minggu 06 Juli 2014 Nats : Mazmur 145:8-14 Thema : “Pemerintahan Allah Kekal Selamanya Dan Penuh Kasih Sayang” Minggu: 3 Set-Trinitatis


Pendahuluan
Nama kitab ini dalam Septuaginta adalah psalmoi yang artinya “memetik dan mendentingkan”. Mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik. Kemudian kata itu menunjukkan kepada nyanyian “psalmos”  artinya kumpulan nyanyian. Sedangkan dalam Bahasa Ibrani yaitu “mismor” yang artinya sebuah nyanyian yang dinayanyikan dengan iringan musik.
Kitab Mazmur 145 diterima sebagai mazmur yang berasal dari Daud. Mazmur ini merupakan mazmur pujian yang mengumandangkan keagungan Tuhan di dalam kemurahanNya yang mengasihi dan setiaNya yang dicurahkan kepada yang diciptakanNya. Dalam Mazmur 145 ini, pemazmur secara keseluruhan memperlihatkan kesaksian (pengakuan) iman yang mengambarkan segala kemaha-kuasaan, kemaha-muliaan, dan kemaha-murahan hati Tuhan yang nyata di dalam seluruh kehidupan
Secara khusus, nats kotbah ini, pemazmur menyatakan imannya bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang pengasih, penyabar, setia, dan Allah yang penuh rahmat kepada seluruh yang dijadikanNya, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Pemazmur memperlihatkan dinamika dan realitas dari Tuhan yang mengasihi itu nyata di dalam sikap secara ciptaanNya yang mau memuliakan dan memasyurkan namaNya
Penjelasan Nats
Ada bebarapa hal yang ingin dikatakan pemazmur melalui nats ini, yaitu:
Pengakuan iman: dalam nats ini dapat diperhatikan bahwa ada suatu pengakuan iman dari pemazmur yang menyatakan bahwa Tuhan itu adalah Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar, besar kasih setiaNya baik kepada semua orang, penuh rahmat kepada yang dijadikanNya. Tuhan yang memiliki kerajaan yang tidak berkesudahan. Tuhan yang menopang bagi yang terjatuh, penegak yang tertunduk. Pernyataan iman yang dipaparkan secara ringkas di atas ini menegaskan bahwa hakikat dan eksistensi (keberadaan) Allah nyata di dalam tindakanNya di tengah-tengah sejarah umat manusia dan segala ciptaanNya. Hal ini telah dibuktikan secara umum kepada segala makhluk di tengah-tengah dunia melalui penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan (lih Kej.1-11) dan secara khusus dibuktikan dalam pengalaman umat Israel selaku bangsa pilihanNya. Pengakuan iman ini merupakan pernyataan iman yang yang dirumuskan berdasarkan realitas karya dan perbuatan-perbuatan Allah. Orang-orang percaya selalu dituntut untuk menyatakan pengakuan imannya. Sebab pengaakuan iman bukan saja bermaksud untuk menyaksikan, melainkan juga sebagai pertanggungjawaban manusia terhadap Allah.
Realitas Tindakan Allah: pemazmur menyadari bahwa realitas tindakan Allah sebagaimana dinyatakan dalam pengalaman Israel ialah tindakan Allah yang membentuk umat itu menjadi suatu kerajaan yang kuat dan utuh di bawah pemimpin dari suatu bangsa yang dipilih Tuhan, merasakan bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi dan menyanyangi Israel disertai sikap yang panjang sabar dan setia, walaupun sesungguhnya umatNya itu sering memperlihatkan sikap yang tindakan tidak setia dengan melakukan tindakan penyelewengan terhadap ilahi-ilahi. Dalam keseluruhan kesaksian Perjanjian Lama diperlihatkan bahwa sekalipun umat manusia (khusus Israel) yang selalu bersikap jahat, tetapi Tuhan senantiasa membuka hati untuk mengampuninya. Allah dikisahkan selalu berulang-ulang mau mengalah dan menerima keberadaan umatNya dan mengampuninya. Sikap dan tindakan Allah yang mengampuni inilah yang memperlihatkan sikap yang mengasihi. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa Allah tidak bertindak di dalam angan-angan, melainkan di dalam realitas hidup, di mana orang-orang dan segala yang dicptakan Allah dapat merasakan dan mengalami secara real perbuatan-perbuatan Allah.
Kerajaan Allah Tidak berkesudahan: dalam kesaksian Perjanjian Lama pada umumnya konsep kerajaan di lingkungan umat Israel sebagai kerajaan yang bersifat “Teokrasi”[1] yang artinya Allah yang memerintah. Pertama: dalam keluaran 19:6 disebutkan melalui istilah “kerajaan imam”. Konsep kerajaan imam ini diimplementasikan melalui kepemimpinan para imam yang berperan sebagai wakil Tuhan untuk memimpin umat Israel. Dalam zaman Samuel, konsep teokrasi dengan model kerajaan imam tersebut ditolak oleh Israel (I Sam 8-10). Lalu dipakailah model yang sama dengan kerajaan dunia yaitu dengan mengangkat seorang raja Israel, seperti Saul dan kemudian untuk menggantikanya diangkatlah Daud. Sekalipun demikian, seseorang yang diangkat menjadi raja untuk memimpin umatNya, hal itu tetap dipahami sebagai konsep teokrasi. Allah yang memerintah melalui seorang raja, oleh karena Allah yang mengurapinya. Raja adalah wakil Allah untuk memelihara hidup umat dalam hubungannya dengan ketata-negaraan, keadilan dan kesejahteraan. Maka seorang raja yang diangkat untuk memimpin umat Israel, selalu dipahami sebagai bentuk kerajaan Allah. Kedua: di dalam kerajaan Daud, Allah yang telah menyatakan janjiNya untuk menetapkan dan menjadikan keturunan Daud sebagai raja yang memerintah Israel secara turun-temurun. Pemahaman tentang hal ini dikemudian hari berkembang dalam dua pandangan yaitu: kerajaan yang bersifat sekular  artinya sama dengan kerajaan dunia umumnya, dan kerajaan yang bersifat spritual. Kedua hal ini berkaitan dengan pecahnya kerajaan  Yehuda di Selatan, dan dikemudian hari tidak ada lagi pemimpin yang kuat di Israel. Maka keadaan Israel diarahkan kepada pengharapan akan kedatangan Mesias keturuan Daud.  Ketiga: gagalnya sistem kerajaan sekular di Israel mengalihkan segala pengharapan dan kerinduan Israel atas pemerintahan Allah melalui kedatangan seorang Mesias. Mesias yang dinanti-nantikan itu akan membangun suatu kerajaan yang tidak berkesudahan, Israel mengharapkan kerajaan yang tidak berkesudahan itu direalisasikan Allah melalui kerajaan yang masih bersifat sekular, sehingga pengharapan akan kedatangan Mesias tidak lain adalah kedatangan Mesias secara politis. Namun yang sesungguhnya bahwa kerajaan yang mau dibangun oleh Allah bukanlah kerajaan yang bersifat sekular dan temporal (sementara) melainkan kerajaan yang brsifat spiritual dan kekal yang akan diwujudkan oleh Yesus Kristus
Allah Penopang bagi orang yang jatuh dan tertunduk: dalam ayat 14 hal itu ditegaskan, bahwa tindakan Allah yang mengasihi dan menyanyangi manusia ialah karena Allah rela menopang (menolong, menguatkan, menyertai) orang-orang yang jatuh dan tertunduk. Dalam hal ini, Allah selalu berpihak pada mereka-mereka yang mengalami ketertekanan, keterbelengguan dan ketertindasan. Tuhan membangun dan mencurahkan kasih setianya kepada mereka yang lemah (bnd. Mat. 25:40-45). Pemazmur menyatakan bahwa Allah bukanlah Allah yang berdiam diri, tetapi Allah adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan manusia. Dosa secara umum diterima sebagai penyebab semua penderitaan itu. Karena itu, Allah berperan sebagai penopang dan penegak, agar manusia dapat berdiri dengan kokoh. Dengan kata lain, Allah mengampuni setiap orang, agar memperoleh keselamatan yang kekal.
Semua ciptaan memuji, mensyukuri dan bersaksi: Pemazmur  juga dalam nats ini mengemukakan bahwa segala ciptaan akan bersyukur dan memuji Tuhan; mengumumkan, membicarakan, memberitahukkan kemuliaan kerajaan Allah. Melalui ucapan itu pemazmur hendak menyatakan bahwa oleh karena kasih setia Tuhan yang dilimpahkan kepada segala ciptaan, maka segala ciptaan itu akan bersaksi tentang kemuliaan Allah. Bersyukur dan bersaksi merupakan tugas penting yang seharusnya diperlihatkan oleh umat Tuhan disepanjang masa. Aktualisasi dan implementasi pemujaan dan kesaksisan kepada dan tentang Allah dapat direalisasikan melalui banyak cara seperti: nyanyian, doa, pemberian persembahan, pengakuan dan perbuatan.
Renungan
Dalam perjalanan orang –orang percaya dewasa ini, mau tidak mau harus berhadapan dengan berbagai perubahan, khususnya dampak era keterbukaan dan perkambangan Zaman, maka gereja senantiasa harus memiliki identitas yang jelas untuk menciptakan syalom Allah di tengah-tengah kehidupan dunia ini:
Dapat mengaktualisasikan pengakuan-pengakuan imannya, bahwa Allah yang disaksikan oleh Pemazmur ini bukanlah Allah yang ketinggalan zaman, melainkan Allah yang dipersaksikan oleh Pemazmur selalu hadir dan menyatakan diri di setiap zaman dan tempat. Allah adalah Allah yang kekal, Dialah Allah yang menciptakan ruang dan waktu. Allah itu selalu mengasihi dan menyanyangi setiap orang dan seluruh makhluk di dunia ini. Inilah yang senantiasa perlu diaktualisasikan oleh gereja.
Kerajaan Allah yang dibangun dan dihadirkaan di tengah-tengah dunia ini adalah gereja sebagai persekutuan yang kudus, persekutuan di dalam Kristus atau persekutuan tubuh Kristus. Gereja adalah wujudnyata dari kehadiran Allah di tengah-tengah dunia ini. Kerajaan Allah yang mau dibangun adalah adanya persekutuan orang-orang percaya. Untuk  bagaimanakah orang-orang percaya dapat merefleksikan dirinya selaku anggota persekutuan di dalam kerajaan Allah
Gereja harus menyadari peranannya sebagai wakil Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Melalui pengutusan dalam amanat agung Yesus, gereja di utus untuk terus menerus bersaksi, melayani dan bersekutu. Kehadiran gereja ialah menyatakan syalom kerajaan Allah untuk menopang dan membebaskan mereka-mereka yang lemah, tertindas, menderita dan dll. Gereja harus hadir sebagai sarana kesembuhan bagi dunia yang sedang sakit.
Pemujaan terhadap Allah dapat kita wujudkan melalui dua hal yaitu: peribadahan yang diwujudnyatakan melalui dinamika persekutuan antar orang-orang percaya, dan yang kedua adalah pengaktualisasian pemujaan di dalam realitas kehidupan dunia dan ciptaanya.  Amen



[1] Teokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu Teos yang artinya adalah Allah dan Kratos artinya kuasa atau pemerintahan. Jadi dapat dikatakan bahwa teokrasi adalah pemerintahan Allah, atau Allah yang menjadi raja suatu umat.

Tidak ada komentar: