Rabu, 03 September 2014

Khotbah Minggu 07 Sep 2014 Yehezkiel 33:7-11 Thema: "Diutus Untuk Memberitakan Pertobatan"


 Kebanyakan orang kalau diingatkan akan kesalahannya tidak akan mau, apalagi yang mengingatkan itu adalah seorang yang lebih muda atau seorang yang lebih rendah kedudukannya dalam lembaga atau dalam sistem masyarakat. Bisa-bisa orang yang mengingatkan kesalahan orang lain itu akan dibenci atau dimusuhi. Contoh: Ada seorang pemuda gereja yang protes terhadap kinerja majelis gerejanya yang kurang memperhatikan Komisi Pemuda, dalam suatu kesempatan pemuda itu menyampaikan keluhannya dan mengingatkan kepada majelis bahwa para pemuda juga adalah warga gereja yang harus diperhatikan, para pemuda juga merupakan warga gereja yang memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dengan warga gereja yang lain. Tetapi apa yang pemuda ini dapatkan, bukanlah suatu ucapan terimakasih maupun jawaban yang memuaskan, tetapi sebuah statement yang mengecewakan. “Anak muda kok crewet, sudah tahu, apakah kalian tidak tahu bahwa pekerjaan majelis banyak.” Akibatnya si pemuda tadi jarang dilibatkan dalam kegiatan gereja, karena takut banyak bicara dan dianggap crewet. Tetapi inilah yang terjadi bahwa sebenarnya manusia itu memiliki kecenderungan tidak mau diingatkan oleh orang lain.
Di sisi lain pada jaman sekarang ini banyak juga orang yang enggan mengingatkan kesalahan orang lain; acuh-tak-acuh; bukan urusan saya; yang penting saya aman, saya tidak salah, dsb, atau karena takut mengingatkan, budaya ewuh-pekewuh (segan). Contoh: Ada seorang warga gereja yang menjadi pejabat pemerintah, orang ini baik hati, suka menolong orang lain, ramah, rajin ke gereja. Tetapi orang ini juga terkenal sebagai pejabat yang korup. Pada suatu waktu orang ini akan menyumbang kepada gereja untuk pembangunan gedung. Apa sikap gereja terhadap orang ini? Di satu sisi orang tersebut adalah koruptor, tentu saja kekayaannya juga berasal dari hasil korupsinya dan itu adalah dosa. Dan kalau gereja mau menerima uang itu berarti gereja memaklumi akan tindakan korupsi, bisa dikatakan sebagai money laundry. Sedangkan ketika gereja mau menolak dan mengingatkan orang itu, majelis merasa segan dan takut karena ia pejabat tinggi. Di sisi lain gereja juga membutuhkan banyak uang untuk pembangunan. Lalu apa yang harus dilakukan oleh gereja?
Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan,
Nats Firman dari  Yehezkiel 33:7-11 mengingatkan akan tugas panggilan kita sebagai hamba-hamba Tuhan untuk mengingatkan saudara-saudara kita yang hidup di dalam dosa supaya kembali bertobat. Dalam bacaan ini Yehezkiel diberi tugas oleh Allah untuk menjaga umat Israel dari kejatuhan dalam dosa dan ketidaktaatan. Ia diperintahkan untuk memperingatkan umat Israel yang berbuat jahat supaya bertobat, dan ketika mereka tidak bertobat mereka akan mati, tetapi ketika umat Israel berbuat jahat dan Yehezkiel tidak memperingatkan mereka sehingga mereka tidak bertobat, maka orang jahat itu akan mati dan Yehezkiel pun dimintai pertanggungan jawab atas kematian itu.
Dari sini kita belajar bahwa kita sebagai umat Allah supaya saling menjaga, yaitu dengan saling mengingatkan. Kalau ada saudara kita yang berbuat salah, berbuat dosa, menjauh dari kehidupan dengan Tuhan, maka sudah menjadi kewajiban kita saudara seiman untuk mengingatkannya. Tentu dalam kapasitas sebagai manusia biasa yang tidak terluput dari kesalahan juga, artinya kita pun bisa jatuh dalam kesalahan dan dosa yang sama. Dan bukan berarti juga seorang yang mengingatkan memiliki kedudukan yang lebih tinggi, atau lebih suci. Oleh sebab itu dalam kita mengingatkan orang yang berdosa itu bukan dalam rangka menghakimi mereka, tetapi menyelamatkan mereka, yaitu supaya mereka terbebas dari penghukuman karena dosa-dosa mereka  sebab  Tuhan berkata:
“Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup”. Ini adalah Firman Tuhan bagi umatNya yang hidup dalam dosa. Tuhan menetapkan Yehezkiel menjadi penjaga umat Israel, yaitu memperingatkan mereka agar berpaling dari dosa untuk menerima keselamatan dari Allah.
Pertobatan menjadi pintu keselamatan bagi umatNya yang masih hidup dalam keberdosaan, karena Tuhan tidak begitu saja melupakan umatNya yang walaupun hati mereka telah berpaling dari Tuhan. Seruan pertobatan tidak lain adalah kasih Allah yang begitu besar kepada umatNya, betapapun besar dosa umatNya namun keselamatan terbuka bagi mereka. Ini menjadi tugas Yehezkiel untuk memastikan bahwa semua umat Israel menerima peringatan ini. Dalam seruan pertobatan kita dapat melihat betapa besar kasih Allah kepada umatNya, supaya umatNya tidak binasa dalam keberdosaanNya.
 Demikianlah kita juga setiap orang yang telah percaya kepada Kristus, kita menerima kasih Allah yang besar melalui pengorbanNya di kayu salib, telah membuka bagi kita keselamatan Tuhan.
Melalui nas ini kita akan memasuki lebih dalam lagi makna kasih Allah yang dicurahkanNya kepada kita orang-orang percaya, seperti perintah Tuhan Yesus “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Jika kita telah menerima kasih Tuhan, maka orang lain juga memerlukan kasih Tuhan agar kita sama-sama diselamatkan. Kasih itu tidak egois yang hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tetapi keselamatan orang lain.
Tuhan mencurahkan kasihNya yang besar bagi kita supaya kita juga dapat mengasihi sesama kita. Sehingga bagaimana mungkin kita hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa perduli keselamatan orang lain. Kasih Allah yang perduli kepada kita orang yang berdosa haruslah kita nyatakan dalam kehidupan kita, supaya kita juga menyatakan kasih kita bagi mereka yang masih hidup dalam dosa yakni bagi mereka yang langkah-langkah kehidupannya masih jauh dari perintah Tuhan. Tuhan Yesus mengajarkan bagi kita dalam Lukas 17:3 “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dan jikalau ia menyesal ampunilah dia”. Ini adalah perintah Tuhan Yesus yang harus kita nyatakan dalam kehidupan kita ketika kita mendapati bahwa ada saudara kita yang hidupnya telah menjauh dari perintah Tuhan.
Sehingga makna kasih jauh lebih dalam lagi yang tidak sekedar mematahkan sikap negatif dan mencurahkan sikap yang positif bagi orang lain, sebab jauh lebih dari itu bahwa Tuhan memakai hidup kita menjadi “penjaga” saudara kita agar tidak menjauh dari perintah Tuhan. Seperti halnya Yehezkiel yang ditugaskan oleh Allah memberitakan keselamatan bagi orang yang berdosa, demikian halnya kepada kita diberi tugas untuk senantiasa menegor saudara kita jika jalan hidupnya telah jauh dari Tuhan. Dalam Galatia 6:1 Paulus menyampaikan:
“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus MEMIMPIN ORANG ITU KE JALAN YANG BENAR dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.
Tuhan menuntut kasih kita nyata bagi orang lain. Supaya kita jangan justru senang melihat orang jatuh ke dalam dosa dan merasa diri lebih benar dari orang lain. Namun baiklah kita dapat saling menolong dalam kelemahan saudara-saudara kita. Sehingga kita memiliki tanggungjawab untuk menegur saudara kita yang melakukan dosa, bukan sebaliknya menjadi bahan pembicaraan (gosip) yang tidak membangun kerohanian satu dengan yang lain. Teguran itu adalah karena kasih kita kepada saudara kita bukan sebaliknya dengan sengaja menyampaikan teguran justru adalah karena wajud kebencian dan kemarahan untuk menjatuhkan seseorang.
Ada beberapa kendala yang mungkin akan kita hadapi ketika memberikan teguran kepada saudara kita yang melakukan dosa:
Takut menegur karena dapat menyebabkan kesalahpahaman yang membuat hubungan kita tidak baik dengannya.
Perbuatan dosa yang dilakukannya adalah tanggungjawabnya sendiri dan bukan tanggungjawab kita
Kita tidak tahu bagaimana caranya untuk menegur dengan baik
Kita merasa percuma memberikan teguran, karena tetap saja tidak akan ada pengaruhnya
Ada status dalam sosial maupun adat yang mungkin membuat kita sulit memberikan teguran
Untuk menyampaikan teguran maupun peringatan memang memiliki seni tersendiri, bagaimana kita dapat memasuki kehidupan seseorang dengan tata krama yang sopan dan santun yang dilandasi oleh kasih. Yang pasti bahwa kita mesti memiliki keperdulian terhadap sesama, ada motivasi dalam diri ingin menyatakan kasih kepada sesama kita. Sehingga kita membangun persekutuan yang saling menopang dan membangun di dalam kebenaran Tuhan. Dengan demikian Tuhan perintahkan kita bukan untuk saling menghakimi, justru sebaliknya untuk saling menolong dan mendoakan untuk hidup bersama di dalam kebenaran dan kasih Tuhan.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik
Ibrani 10:24. Amen


Tidak ada komentar: