Senin, 08 September 2014

Khotbah Minggu 21 September 2014 Nats : Yunus 3:10-4:11 THEMA :" ALLAH MENGASIHI SEMUA BANGSA"

 Pendahuluan
Yunus, yang namanya berarti “merpati”, diperkenalkan sebagai putra Amitai (Yun 1:1). Ia disebut dalam (2Raj 14:23-25) sebagai 1) nabi kepada kerajaan Utara Israel semasa pemerintahan Yerobeam II (793-753 SM); 2) Ia berasal dari Gat-Hefer, tiga sampai lima kilometer Utara Nazaret di Galilea. Pelayanan nubuatan Yunus terjadi tidak lama sesudah masa pelayanan Elisa (2 Raj 13:14-19), bertumpang tindih dengan masa pelayanan Amos (Am 1:1) dan diikuti oleh pelayanan Hosea (Hos 1:1). Walaupun kitab ini tidak menunjukkan penulisnya, beberapa ahli teolog Perjanjian Lama menyatakan bahwa kita ini ditulis oleh Yunus sendiri, sekitar tahun +760M.
Yunus dipanggil Allah untuk mengingatkan Niniwe tentang hukuman Allah atas kota itu karena dosa-dosa mereka. Niniwe adalah ibukota Asyur, suatu bangsa yang amat fasik, kejam dan dursila (Nah 1:11; 2:12; 3:1,4,16,19). Israel membenci  orang Asyur dan memandang mereka sebagai ancaman besar. Niniwe terletak sekitar 800 KM Timu laut Galilea
kitab ini ditulis dengan tiga tujuan yaitu: 1) untuk menunjukkan kepada Israel dan bangsa-bangsa lainnya betapa besarnya dan luasnya kasih sayang tindakan Allah yang menyelamatkan melalui pemberitaan pertobatan, 2) untuk menunjukkan melalui pengalaman Yunus betapa jauhnya Israel telah jatuh dri panggilan missioner yang semula menjadi terang bagi orang-orang yang tinggal dalam kegelapan; dan 3) untuk memperingatkan Israel yang berpaling dari Allah bahwa Allah dalam kasih kemurahanNya telah mengutus bukan hanya satu tetapi banyak nabi untuk menyampaikan berita pertobatannya agar menghindarkan hukuman dan dosa yang tidak bisa dielakkan. Tetapi berbeda dengan Niniwe, Israel telah menolak nabi-nabi Allah dan tawaranNya untuk bertobat dan menerima kemurahanNya
Penjelasan
I. Kemarahan Yunus atas tindakan Allah yang mengampuni orang-orang Niniwe (3:10-4:5)
          Ketika Yunus pergi ke Niniwe, ia berseru: “40 hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan!”  Mendengar berita itu orang-orang Niniwe begitu terkejut dan ketakutan.  Itu artinya akan ada malapetaka besar yang akan membinasakan mereka.  Setelah itu, mulai dari rakyat jelata sampai raja Niniwe mulai bepuasa.  Mereka menyatakan mau berbalik dari segala kejahatan mereka.  Para prajurit mungkin berjanji bahwa mereka tidak akan lagi menyiksa tawanan perang dengan sangat kejam.  Atau seluruh rakyat mungkin berjanji bahwa mereka tidak akan lagi menyembah berhala.  Ketika Allah melihat respons mereka, Allah yang penuh kasih itu menunjukkan belas kasihan-Nya.  Allah membatalkan hukuman dan mengampuni dosa mereka. 
          Yunus tidak senang ketika ia melihat pengampunan Allah bagi orang Niniwe.  Dalam hatinya Yunus bertanya-tanya: “Mengapa Yahweh harus mengampuni orang-orang yang jahat itu?  Lalu Yunus merasa kesalsehingga ia marah.  Kemarahan Yunus ini seperti api yang menyala-nyala.
          Kemudian ia berdoa: “Ya TUHAN, aku tahu bahwa Engkau adalah Allah yang pengasih dan penyayang.  Aku tahu bahwa Engkau mengasihi umat-Mu.”  Yunus tahu benar siapa Allah yang ia layani.  Lalu apa masalahnya?  Kemudian Yunus berkata lagi: “Mengapa sekarang Engkau juga menunjukkan kasih-Mu kepada orang-orang Niniwe itu?  Mereka itu tidak pantas dikasihani, seharusnya mereka dihukum karena kejahatan mereka!  Aku tidak ingin melihat mereka diperlakukan sama seperti Engkau memperlakukan umat-Mu.  Kalau begini jadinya, lebih baik aku mati daripada hidup!”
          Setelah itu, Allah kemudian bertanya kepada Yunus: “Layakkah engkau marah?”  Yunus tidak menjawab pertanyaan Allah.  Mungkin Yunus merasa dia berhak marah kepada Allah karena menurutnya Allah telah salah bertindak.  Namun sebenarnya Yunus tidak mempunyai hak untuk marah.  Kalau Yahweh adalah Allah yang pengampun dan Yunus hanyalah hamba-Nya, apa haknya untuk marah terhadap tindakan Allah? 
II. Pelajaran dari Allah bagi Yunus (ay 6-11)
Yunus tidak tahu bahwa Allah, Sang Pencipta sedang mempersiapkan suatu pelajaran bagi dirinya.  Allah akan memakai ciptaannya-Nya supaya Yunus bisa memahami kasih Allah kepada orang Niniwe.  Allah menumbuhkan sebatang pohon jarak di dekat pondoknya.  Yunus terkejut dan sangat gembira melihat ada sebatang pohon jarak yang sangat rindang.  Yunus sudah membayangkan betapa sejuknya ketika ia berada di dalam naungan pohon itu khususnya di siang hari yang sangat panas.
            Keesokan harinya, ternyata ada dua buah kejutan bagi Yunus.  Ketika fajar menyingsing, Allah mengirimkan seekor ulat kecil untuk merusak batang maupun akar pohon itu.  Memang pohon jarak ini tampak kokoh dan sangat rindang.  Namun ternyata pohon ini mudah patah bahkan rusak walaupun oleh kerusakan ringan pada batangnya.  Pada akhirnya daun dan pohon itu layu sebelum matahari terbit. 
Belum hilang rasa terkejut dan kebingungan Yunus, datanglah kejutan berikutnya.  Allah mengirimkan angin timur dari arah gurun.  Angin timur atau sirocco ini terkenal dengan temperatur panasnya yang menyengat.  Sungguh Yunus begitu tersiksa dengan kondisi ini.  Ia menjadi sangat dehidrasi, lemas, dan lesu.  Lalu kemarahanitu berkobar kembali seperti api yang menyala-nyala dalam hati Yunus.  Yunus merasa ia tidak sanggup lagi bertahan hidup.  Ia berharap supaya ia mati saja. 
          Pada saat itu, untuk yang kedua kalinya Allah bertanya “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?”  Kali ini dengan sisa-sisa kekuatannya Yunus menjawab: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”
            Kemudian Allah berkata kepada Yunus: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.  Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
          Saudara, memang Alkitab tidak mencatat apa reaksi Yunus terhadap perkataan Allah ini.  Namun tidaklah berlebihan jika kita menduga bahwa perkataan Allah ini seperti anak panah yang menancap tepat di hati Yunus.  Kalau dirinya saja begitu sayang pada pohon jarak, apalagi Allah, Sang Pencipta tentunya lebih lagi menyayangi ciptaan-Nya.  Rupanya Yahweh tidak hanya mengasihi Israel sebagai umat pilihan-Nya, tetapi Ia juga mengasihi semua manusia dari bangsa manapun.
Saudara, bukankah Yesus juga mengasihi semua orang?  Sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang layak untuk dikasihi oleh Tuhan Yesus karena semuanya adalah manusia berdosa.  Namun, Ia datang ke dunia ini untuk mencari orang-orang berdosa (Luk. 5:31-32).  Karena kasih-Nya, Yesus rela mati untuk orang-orang yang sebenarnya tidak layak untuk dikasihi ini.  Justru karena ketidaklayakkan itulah maka Ia menganugerahkan kasih-Nya kepada manusia berdosa.  Allah tidak ingin Yunus terjebak dalam pemahamannya yang salah sehingga Allah menggunakan cara yang tepat untuk mengajari hamba-Nya ini.
Renungan
sering sekali kita manusia membentuk Allah seperti konsep pola pikir kita sebagai manusia. Jika manusia berbuat baik kepada orang yang baik kepadanya, maka “harusnya” Allah juga hanya peduli kepada orang-orang yang memperhatikan orang yang setia kepadaNya. Konsep pikiran manusia membuat manusia gagal memahami eksistensi Allah. Kita mengenal Allah, kita bekerja untuk Allah, kita hidup di rumah Allah tapi kita oleh pikiran kita menjadi tidak mengenal Allah sebagai Allah yang penuh cinta kasih, di mana kasihNya melampaui dosa manusia, sehingga memberi AnakNya yang tunggal untuk manusia, supaya manusia berdosa bisa beroleh keselamatan, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh3:16-21)
Kasih Allah tidak terbatas, tidak berkesudahan dan tidak pilih kasih. Meskipun kita ingin lebih diutamakan Tuhan dan membatasi  kasihNya kalau boleh menghukum orang yang berbuat jahat pada kita, tapi kasih Alllah tidak dapat dimonopoli. Kalau sebelumnya Allah Israel melihat Allah, sebagai Allah mereka, dan mereka adalah bangsa Allah, Kitab Yunus membuka tabir keuniversalan Allah, bahwa Allah terbuka secara luas bagi semua orang, bahkan kepada orang yang tidak tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya sekalipun.

kecemburuan, egoisme, dan sombong diri membuat kita lebih hebat dari Allah, sehingga keputusan Allahpun harus sesuai dengan keinginan kita. Maunya, Allah menyesuaikan kehendakNya kedalam kehendak kita, buka kita yang menyesuaikan kehendak kita kepada kehendakNya. Manusia membatasih Allah seukuran dengan pikirannya. sudaut pandang yang berbeda inilah menjadikan kita lebih mencintai pohon jarak dari hidup manusia. Maka sebagai umat pilihan, marilah kita menunjukkan kepedulian kita bagi semua orang (Luk, 18-19), cinta alam, tapi lebih cinta pada manusia. Menjadi umat yang pro-kehidupan.  Amen

Tidak ada komentar: