Senin, 08 September 2014

Khotbah Minggu 28 September 2014 Nats : Matius 21:23-32 Thema :MENYAKINI KUASA YESUS KRISTUS


I.                   Pendahuluan
Dalam buku Injil ini si pengarang tidak menyebut namanya. Namun “Injil Matius[2]” yang biasanya dipakai, hanya berdasarkan satu tradisi yang tua. Matius adalah seorang pemungut cukai di Kapernaum, tetapi ia dipanggil oleh Yesus dan dijadikan muridNya (Mat. 9:9-134). Injil ini di tuliskan untuk orang-orang Yahudi sezamannya.  Kitab ini hanya mempunyai satu maksud yaitu: membuktikan dengan jelas, bahwa Yesus adalah Mesias yang sekian lamanya dijanjikan oleh Allah. Di dalam Yesus segala nubuat dalam Perjanjian Lama telah digenapi. Tidak kurang dari 47 kali Matius mengutip nats-nats dari Perjanjian Lama, hal itu untuk membuktikan, bahwa dalam diri Yesus telah digenapi apa yang dulu dituliskan oleh para nabi. Tujuan dari maksud Matius ini adalah agar orang-orang Yahudi pada masa itu, membaca nubuat lama dengan teliti, dan melihat bahwa seluruh hidup Yesus adalah penggenapan dari apa yang telah lama dinubuatkan. Jelas, kalaupun Matius adalah seorang pemungut cukai namun dia tetap paham tentang hal-hal yang tertulis dalam Perjanjian Lama.
Para Ahli Perjanjian Baru menduga, bahwa Injil Matius ini baru dikarang oleh Matius kira-kira tahun 80, dengan dua alasan:
1.      Pada tahun 70 terjadi satu peristiwa yang penting. Pada Tahun itu Bait Allah yang indah di Yerusalem dibakar habis oleh tentara Romawi, ketika orang Romawi mengalahkan oran Tahudi, yang telah memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Ahli-ahli pada umumnya menganggap hal itu sebagai suatu tanda bahwa injil Matius dikarang setelah pembakaran Bait Allah yang terjadi pada tahun70. Justru oleh sebab pembakaran Bait Allah sudah terjadi maka Injil Matius menekankan “pembakaran kota” sebagai hukuman Tuhan terhadap orang yang tidak mendengar peringatan dari Tuhan
2.      Orang Yahudi yang masih hidup, setelah Bait Allah dibakar dan setelah banyak orang Yahudi yang dibunuh oleh tentara Romaawi, tidak dapat lagi mengejar tujuan politis lagi. Mereka memusatkan perhatian kepada suatu reorganisasi rohani di bawa pimpinan ahli-ahli Taurat.

II.                Pembahasan
Ayat 23-24: Dikatakan diayat ini, bahwa Yesus masuk ke Bait Allah dan Ia hendak mengajar. Matius dan Lukas sama-sama mengatakan bahwanya Yesus sedang mengajar ketika para pemuka agama datang menghampiri Dia, namun Markus katakan Yesus sedang berjalan di Bait Allah lalu para pemuka-pemuka mendatangi Dia, dapat penafsir simpulkan bahwa kemungkinan Yesus mengajar sambil berjalan, lalu para pemuka-pemuka agama datang menhampiri Dia serta bertanya kepada Ia: “dengan kuasa manakah Engkau melakukan-hal-hal itu? ”. “Hal-hal itu”  yang dimaksud oleh para pemuka-pemuka agama itu dalam pertanyaannya adalah apa yang telah dilakukan Yesus dalam dunia pelayananNya. “dan siapakah yang yang memberikan kuasa itu kepadaMu”, dalam hal ini, apa yang di persoalkan orang-orang para pemuka agama adalah bukan mengenai benar atau tidaknya apa yang telah dilakukan Yesus, namun yang menjadi masalahnya adalah “otoritas kuasa” siapa yang digunakan Yesus dalam dunia pelayanNya , yang dalam sepengetahuan mereka “pemuka-pemuka agama” bahwa Yesus bukanlah iman dan ahli Taurat.  Yang jelas isi dari pertanyaan para pemuka agama itu adalah hanya untuk mencari kesalahan Yesus di hadapan rakyat dan di muka pemerintah Romawi serta para pemuka-pemuka agama ingin menghentikan pengajaran yang sedang dilakukan Yesus di Bait Allah. Sebanarnya apa yang dilakukan oleh Yesus sudah sangat jelas siapa yang ber-otoritas dalam pelayananNya, dalam mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus menunjukkan Ke-Illahian Yesus dan itulah otoritasNnya.
Setelah para pemuka agama Yahudi menanyakan suatu pertanyaan kepada Yesus dan Yesus-pun tidak langsung menjawab apa yang menjadi pertanyaan mereka, dan Yesus berbalik bertanya kepada kepada para pemuka-pemuka agama itu. Sikap yang ditunjukkan oleh Yesus adalah sikap rabi-rabi Yahudi yang sering menjawab pertanyaan dengan mengajukan suatu pertanyaan pula. Memang jelas dalam nats ini, Yesus membuka ruang untuk berdialog kepada para pemuka-pemuka agama Yahudi pada saat itu.
Ayat 25-27: “Megapa Yesus menanyakan mengenai Yohanes Pembaptis?”. Pertanyaan yang diajukan Yesus memang tepat pada tempatnya, karena ada hubungan yang erat antara Yesus dan Yohanes. Yohanes telah menjadi perintis jalan untuk Yesus, dan Yesus sendiri telah dibaptis oleh Yohanes (Mat.3:13). Yohanes adalah orang yang mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah (Yoh. 1:32-34), hasil dari jawaban pertanyaan Yesus ini merupakan inti dari pertanyaan yang disampaikan para Ahli-ahli Taurat kepada Yesus mengenai “ dengan kuasa manakah Engkau melakuka hal-hal itu”. Dalam hal ini Yesus ingin tekankan “siapa kah yang berkuasa akan baptisan Yohanes”. Pertanyaan Yesus membuat dilema bagi seluruh ahli-ahli Taurat dan para Imam yang mendengarkan pertanyaan itu. “Jika mereka katakan dari sorga, maka Yesus akan bertanya lagi kepada mereka ‘mengapa kalian tidak mempercayainya?’”, dan “jika mereka mengatakan manusia, maka orang banyak akan menganggap Yohanes adalah nabi”. Para Imam dan ahli Taurat tidak mampu memjawab pertanyaan Yesus dengan realita apa yang mereka saksikan, sehingga mereka menjawab “kami tidak tahu”. Dengan jawaban para Ahli Taurat itu, Yesus-pun tidak menjawab pertanyaan yang mereka sampaikan sewaktu Yesus mengajar di Bait Allah.
Setelah Yesus berdialog dengan para Imam dan ahli taurat maka Yesus kembali bercerita kepada para pemuka agama Yahudi mengenai “Perumpamaan dua orang anak”.
Ayat 28-30 ““Penyesalan merupakan awal untuk masuk ke dalam kerajaan sorga[3]”, ayat ini dilatarbelakangi dari ayat sebelumnya, dimana para pemimpin agama Yahudi menanyakan kekuasaanNya, Yesus mengajukan kepada mereka dua pilihan yang sangat sulit untuk dipilih, Apakah Yohanes pembaptis berasal dari Allah atau manusia. Para pengecam menunjukkan betapa kurangnya iman mereka dengan berpura-pura mengatakan bahwa mereka tidak tahu. setelah itu Yesus meneruskan percapakan dengan anggota-anggota pemuka agama, Ia menyerang mereka dalam sebuah perumpamaan. Dan Yesus menyampaikan kepada para pemuka Agama Yahudi itu mengenai gambaran iman mereka, Yesus mengambarkan bagaikan anak yang pertama yang menjawab bapanya dengan sopan namun tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya[4], sedangkan anak yang kedua yang menolak suruhan bapanya namun melaksanakannnya setela ia menyesali diri, ini diwakili oleh orang-orang non Yahudi yang sering digambarkan sebagai anggota masyarakat yang berdosa yang diasingkan dari komunitas masyarakat Yahudi. Namun Yesus dalam ini, menitikberatkan kepada sebuah penyesalan. Sering orang-orang Yahudi mengatakan secara khusus bahwa mereka menyebut diri mereka sebagai orang yang benar, yang patuh dan menurut, itulah mengapa Yesus mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah gambaran anak yang pertama.
Ada  apa dengan istilah penyesalan, sehingga menyesal menjadi hal yang amat penting dalam kaitannya kepada kerajaan sorga? (ayat 31-32), Menyesal dapat disamakan dengan istilah dalam Bahasa Yunani “metanoia” yang kemungkinan lebih tepat dikatakan sebagai “bertobat” atau mengubah jalan pikiran yang mengarah kepada jalan yang benat dan jalannya Tuhan. Namun diakhir ayat 31 ini, Yesus mengatakan “mendahului kamu” yang artinya adalah bahwa para tokoh Yahudi belum tertutup harapannya untuk merasakan kerajaan Sorga, asalkan mereka mau bertobat dan mau merendahkan diri.
Dalam ayat 32 ini, peranan Yohanes pembaptis disinggung, karena ia melakukan tugasnya melalui baptisan pertobatan yang ternyata banyak orang bersama pemungut cukai yang membaptiskan diri dan mengaku/menyesali dosa-dosanya serta betobat.
Yohanes datang dengan “jalan kebenaran”, yang berarti hidup sebagai seorang yang adil, dan hidup dalam kebenaran Allah. Adalah mereka pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal, yang percaya kepada Yohanes; mereka mengaku dosanya dan menerima baptisan Yohanes sebagai materai pengampunan Tuhan, dan mereka memulai suatu kehidupan yang baru (Mat.3). Dulu mereka menentang Allah, tetapi mereka menyesali semua dosa-dosa mereka, sama seperti anak laki-laki yang kedua itu. Namun para pemimpin agama itu puas dengan ucapan-ucapan yang saleh saja, tetapi tidak menghormati Yohanes pembaptis sebagai utusan Allah dan tidak mau dibaptis olehnya. Ada dua hal yang boleh diajarkan perumpaan ini kepada kita yakni: 1.) kata-kata yang bagus dan saleh tanpa perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ucapan merupakan suatu sikap yang munafik. 2.) orang yang menentang Tuhan dengan  terus terang, kadang-kadang lebih cepat bertobat dari pada orang-orang yang memakai kata-kata yang bagus,




III.             Renungan
Seorang yang disebut sebagai orang Kristen adalah orang yang mengakui Yesus Kristus Jurus’lamat (dapat dikatakan orang yang telah bertobat dan orang yang mengakui kuasa Allah). Banyak orang yang dahulu berbuat jahat atau yang dulunya hidup dalam kegelaan, namun sekarang telah mengenal jalannya Tuhan bahkan firman Tuhan telah menjadi standart dalam hidupnya. Orang yang hidup di dalam Tuhan adalah orang yang mengarahkan hati dan pikirannya hanya kepada Allah. Firman Tuhan menjadi yang menggerakkan hati manusia untuk menyatakan kesalahannya, dan oleh karena Roh Allah manusia saat ini dikuatkan untuk memperbaharui hidupnya sehingga apa yang kita hidupi sekarang ini adalah kehidupan yang dianugerahkan Allah kepada kita.
Manusia menyakini kuasa Allah maka manusia disatukan didalam cinta kasih Tuhan, dan oleh karena firmanNya kita dikembalikan kepada kepercayaan yang menyatakan bahwa Allah yang berkuasa dalam kehidupan ini, bukan ada allah lain. 


[1] Dibawakan dalam sermon Wilayah Jabodetabek, pada tanggal : 08 September 2014, di GKPI Jemaat Khusus Rawalumbu
[2] Matius Septuaginta Bahasa Yunani: Ματθαίος, Matthaios adalah seorang Kristen yang hidup pada abad pertama Masehi dan termasuk dalam keduabelas murid Yesus, yang dicatat dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ayahnya bernama Alfeus, dan ia pernah bekerja sebagai seorang pengumpul pajak di Kapernaum.  
[3] Matius  lebih menggunakan Kerajaan Sorga daripada Kerajaan Allah sebab sifatnya yang lebih ke arah Yahudi. Injil ini memberitahukan  kita bahwa Kerajaan Sorga sudah mendekat dengan kedatangan Yesus. Yesus datang bukan untuk memimpin pasukan pemberontak melawan Roma. Yesus adalah sosok yang lemah lembut dan rendah hari, dan Ia mengatakan bahwa orang yang demikian yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jalan masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah kasih karunia sebagaimana menurut perumpamaan “Tentang dua orang anak”. Maka dari itu, di sini sangat ditekankan tentang kasih karunia dan bukan karena perbuatan manusia yang begitu berjasa.  Matius menggambarkan bahwa Kerajaan Sorga adalah sesuatu yang sudah ada dan akan datang. Sudah ada saat Yesus datang ke dunia untuk mati dan menebus dosa manusia.  Akan datang yaitu saatØ Anak Manusia datang untuk kedua kalinya. Pada saat inilah akan terjadi waktu menuai dan akhir zaman (Mat.13:30;39) di mana orang yang setia dan tidak setia akan dipisahkan untuk memperoleh kebahagiaan kekal dan hukuman kekal. Yesus banyak menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk mengajar. Namun Matius-lah yang mencatatnya paling banyak dibanding Injil-injil Sinoptis yang lain. Frasa “hal Kerajaan Sorga seumpama …” ditemukan 12 kali dalam Injil Matius.  Menurut Penafsir, perumpamaan itu digunakan oleh Matius sebagai jawaban atas setiap permasalahan yang sedang dihadapi oleh Yesus pada masa pelayananNya.
[4] Dalam bahasa Yunani anak yang pertama itu menyapa bapanya dengan “kurie” yang diterjemahkan dalam terjemahan indonesia LAI kata “bapa”, yang menunjukkan suatu gelar penghormatan

Tidak ada komentar: