Kamis, 30 Oktober 2014

Khotbah Minggu 02 Nopember 2014 Mazmur 43:1-5 Tema : ”Allah Sumber/tempat Pengharapan Kita"

Ada sebuah lagu mengungkapkan “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain (Mzm 84:11) menunjukkan bagaimana kerinduan dan keyakinan pemasmur dekat bersama Allah. Keyakinan ini dinyatakan karena pengalaman bersama dengan Allah senantiasa lebih baik dari pada bersama atau ditempat lain. Pengharapan seperti ini tentu didasari keyakinan bersama dengan Allah senantiasa mendapatkan sukacita dan damai sejahtera.
Demikian halnya didalam kehidupan kita sekarang ini, ditengah kehidupan jaman yang semakin canggih, ditengah tawaran-tawaran dunia yang semakin hebat menawarkan segalanya bagi kita, sering sekali kita diperhadapkan dengan pilihan mana yang harus kita ambil. Ikut bersama dengan Tuhan atau bersama dengan dunia ini. Situasi ini semakin sulit ketika ikut dalam Tuhan sering sekali kita belum mendapatkan seperti yang kita inginkan, sementara kita menyaksikan ada pula orang yang ikut dunia ini terlihat semakin baik dan sukses di dalam kehidupannya, sementara orang yang setia mengikuti Allah seolah tidak baik dan selalu gagal bahkan banyak sekali tantangan yang harus dihadapinya. Semuanya ini dapat membuat tertekanya jiwa kita serta gelisah di dalam diri kita (Mzm 42:6).
Mengapa Engkau Tertekan, hai Jiwaku?
1. Seorang anak yang dibawa ibunya ke suatu acara, berdiri, meski dia mempunyai kursi untuk duduk. Ibunya memintanya untuk duduk. Anak itu duduk, tapi tidak berapa lama kemudian dia kembali berdiri. Dan hal ini berulang beberapa kali, sampai ibunya marah dan menekan kepada anaknya untuk menyuruhnya duduk. Lalu anak itu berkata, ‘ibu menyuruh aku duduk, tapi dalam diriku aku sedang berdiri!’
2. Illustrasi ini menggambarkan betapa sering kita ditekan, dipaksa untuk melakukan yang tidak kita inginkan. Kita ingin mengatakan kebenaran, tapi sistim melarang, budaya melarang, etika melarang, sehingga kita merasa tertekan, karena suara kita tidak dapat keluar. Ketika suatu hari kita berbeda dari kelmpok kta, maka kita akan dikucilkan, dianggap merusak komunitas dan hal sering membuat kita menjadi bingung untuk menentukan sikap.
3. Pemazmur, dalam perikope ini (termasuk dalam pasal 42), merasakan tekanan karena dikucilkan dari kelompoknya ketika dia menyatakan kebenaran. Di tengah masyarakat kafir, dia menjadi bahan olok-olok karena imannya. Dia merasa sendiri dan jauh dari omunitas dan Tuhannya. Maka dia berteriak melampiaskan kerinduannya akan pertolongan Tuhan karena dia rindu untuk pulang ke baitNya, bertemu dengan Tuhan.
4. Kesadaran bahwa hidup kita hanya aman bersama Tuhan membuat Pemazmur memasrahkan dirinya pada kehendak Tuhan. Ketika musuh (Orang yang tidak saleh, penipu dan orang curang) mengepung, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk membela diri, maka pemazmur berharap supaya Tuhan menjadi pengacaranya, membela dan memberi keadilan baginya. Itu yang dikatakan seorang anak pada ibunya, yang haknya sebagai anak perempuan dalam keluarga besarnya diabaikan. Keponakan ibu itu mengambil tanah yang diberikan ayahnya padanya karena dia perempuan dan tidak berhak atas marga ayahnya. Ketika ibu itu akan memperkarakan ketidakadilan itu, putrinya berkata: ‘Tuhanlah pembelamu, jangan andalkan hakim di bumi ini, sebab dia tidak akan membelamu di tengah masyarakat Batak yang kuat dengan adat dan garis keturunan ayah’. 
5. Tuhanlah kekuatan , yang memberi kekuatan di atas kelemahan kita. Tanah, warisan tidak akan membuat jiwa kita bergembira, sebalikny penderitaan sering membuat kita menderita karena hak kita dirampas. Kalau Tuhan kekuatan kita, kitapun akan dikuatkan. Itu berarti kita akan keluar dari ketertakanan jiwa hanya karena ketidakbenaran yang dikatakan orang pada kita. Apakah orang mengatakan kita curang, sombong, sok suci, sok pintar atau sok lainnya, kita tidak akan tertekan dengan olok-olok itu karena kita yang tahu siapa kita dalam diri kita. Struktur boleh menyuruh kita diam, tapi kita dalam diri kita akan terus berteriak bahwa kita tidak setuju pada ketidakbenaran.
6. Perikope ini sangat penting untuk meneruskan ketegaran kita dalam iman agar tetap setia, tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin, bahkan di tengah penderitaan sekalipun, kita setia dalam iman kita padaNya. Kita tidak terimbas dengan karakter dunia ini, karena kita telah dibangun dalam karakter kristus yang tegar dan kuat dalam penderitaan. Yang konsisten dalam perjalanan salibNya.
7. Apakah kita perlu berkabung karena penderitaan yang dibebankan orang di atas kita? Sejauh kita mengingat bahwa hidup kita adalah pertolongan Tuhan belaka, tentu kita akan keluar dari penderitaan itu. Meskipun dia dulu kelompok kita, tapi karena kita keluar karena berbeda pemahaman tentang keyakinan dengan kelompok tersebut, dan mereka mengucilkan kita, mengolok-olok kita, tapi pemazmur berkata: mengapa engkau berkabung, mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Pemazmur hendak menegaskan, bahwa perkabungan itu tidak perlu, sebab Allah lah kekuatan kita, yang akan menyuruh terang dan kesetiaanNya datang untuk menuntun kita masuk ke gunungNya yang Kudus. 
8. Ay 3, menegaskan bahwa Allah selalu membawa kita pada jalan-jalanNya, sehinggga kita tidak terkontaminasi dengan jalan-jalan orang curang, penipu dan umat yang tidak saleh tersebut. Tuhan memagari kita dari impitan dukacita supaya kita boleh memuji Tuhan di rumahNya yang kudus. Itu berarti kebaikan Tuhan akan selalu menolong kita untuk bertahan dalam kesetian. Kita akan membangun diri dengan menatalitas seorang pemenang. Kita tidak akan dikalahkan musuh, meskipun dia merancang pedang untuk memusnahkan kita, karena Allah lah yang ahli membuat dan memusnahkan pedang. Kita tidak kalah oleh penderitaan yang kita alami, karena Yesus pun megalami penderitaan di kayu Salib (I Petrus 2, 21-25 :epistel minggu). Nabi Yeremia (11,20); mengatakan bahwa dia mau melihat pembalasan Tuhan atas bangsa yang jahat itu, maka dia tidak memusingkan perkaranya lagi, tapi dia menyerahkan perkaranya pada Tuhan. 
9. Bila kita telah menyerahkan perkara kita pada Tuhan, kita akan selalu menang, seperti seorang yang di PHK, ketika dia akan bertemu dengan Pendetanya, pendeta itu berkata, bahwa dia akan melihat jemaatnya yang marah, sedih karena kehilangan pekerjaan. Tapi tahukah apa yang terjadi? Ketika pendeta itu bertemu dengan jemaatnya, dia melihat wajah yang tersenyum dan berkata, ‘saya sudah tidak sabar menanti apa yang akan diperlihatkan Tuhan kepadaku esok’. Sungguh, dia mempunyai mentalitas seorang pemenang. Dia tidak menyesali perusahaan yang mengeluarkannya, dia tidak menyesali Tuhan karena kehilangan pekerjaan, tapi dia sedang menanti pertolongan Tuhan dan apa yang sudah Tuhan rancang untuk masa depannya (Yer 29,11).
10. Menanti pertolongan Tuhan membawa kita masuk ke rumahNya yang kudus akan menegarkan kita di tengah persoalan hidup penderitaan tidak akan membuat kita menjadi tertekan sebab kita tahu bahwa Tuhan lah penolong kita, Dia akan membawa kita ke gunung yang kudus, masuk ke rumahNya yang kudus untuk memuji dan bersukacita dalam kasih setiaNya.
11. Meskipun kita merasa jau dari Tuhan, tapi Dia tidak jauh dari kita, sebab kasih setia Tuhan mengelilingi kita dan mengkuti kita seumur hidupku! Amin

Diambil dari Berbagai sumber.

Tidak ada komentar: