Selasa, 21 Oktober 2014

Khotbah Minggu 26 Oktober 2014 1 Tesalonika 2:1-8 “Menyukakan Allah yg Menguji Hati”


Apakah Indikator Keberhasilan Jemaat dan seorang Pelayan….?

1 Tesalonika 2:1-8 merupakan apologia Paulus atas serangan dari pihak-pihak yang tidak senang terhadap pelayanan pemberitaan Paulus. Pertama, adanya tuduhan bahwa Paulus telah memberitakan ajaran palsu tentang kedatangan Mesias yang kedua kali dan dianggap telah melanggar ketetapan-ketetapan Kaisar (Kis. 17:7). Kelompok berpendapat kemungkinan perlawanan ini berasal dari orang-orang Yahudi terutama kaum Saduki karena mereka tidak mempercayai kedatangan Mesias yang kedua kali dan kebangkitan orang mati bahkan dalam 1 Tes. 2:14-16 Paulus mengecam orang-orang Yahudi. Kedua, adanya anggapan bahwa Paulus mempunyai motivasi yang tidak murni dalam pemberitaan Injilnya (1 Tes 2:3).
Paulus yang telah mengalami kasih Allah yang besar menggerakkannya untuk pergi memberitakan keselamatan dari Tuhan bagi dunia (Kis.9:15) . Sehingga Paulus menyatakan “celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16).
Paulus menekankan bahwa pelayanannya bukan berdasarkan tipu daya manusia maupun untuk mencari pujian dari manusia, namun karena Tuhan mempercayakan dan menolong Paulus memberitakan Injil. Maka keberhasilan pekabaran Injil semata-mata adalah karena pertolongan Tuhan dan juga semangat kasih Allah yang tertanam dalam dirinya, sehingga segala bentuk rintangan dan tantangan yang dihadapinya dalam pekabaran Injil dapat dilalui.
Dasar pekabaran Injil yang boleh diterangkan oleh Paulus ini adalah supaya pelayanan yang telah tertanam pada jemaat Tesalonika tidak rusak akibat tuduhan-tuduhan orang Yahudi yang iri  tentang dirinya yang menyatakan ajarannya adalah suatu tipu daya, kebohongan dan juga memberikan ajaran dengan maksud lain.
Maka Paulus mengungkapkan sikapnya, yaitu motivasi dalam dirinya untuk memberitakan Injil seperti perbuatan “seorang ibu mengawasi dan merawati anaknya” (ay. 7). Bagaimana seorang ibu yang mengasihi anaknya akan mencurahkan kasih sayang dengan ketulusan dan kemurnian yang akan mengarahkan dan mendidik anaknya kejalan yang benar.
Motivasi memberitakan Injil tidak lahir dari keinginan untuk menyukakan hati manusia, tetapi hanyalah untuk menyukakan hati Allah. Hal ini terjadi karena panggilan iman kepada Kristus untuk menjadi saksi keselamatan Tuhan, yakni memberitakan Injil yang lahir dari kesaksian akan apa yang dilihat dan dialami bersama Tuhan, maka itu jugalah yang akan diberitakan. Seperti pengutusan Tuhan Yesus “pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mrk. 16:15), maka tugas pemberitaan Injil menjadi panggilan iman, sebab para muridNya telah menjadi “saksi dari semuanya itu” (Luk. 24:48). 
Pengalaman iman bersama Tuhan yang akan mendorong kita untuk mampu menjadi pelayan dan jemaat yang missioner. Jika seseorang tidak dapat menyadari dan mengakui kasih Tuhan dalam hidupnya, bagaimana mungkin dia mampu menyatakan kasih Tuhan kepada sesamanya? Maka dalam nas ini, Paulus ingin menyatakan bahwa kelayakannya memberitakan Injil lahir dari responnya atas kasih Tuhan yang telah dinyatakan atas hidupnya. Sehingga yang dilakukannya hanyalah untuk menyukakan hati Allah sebagaimana dia telah menjadi saksi akan kasih Allah yang besar. Motivasi pelayanan Paulus ini mengingatkan kita akan panggilan Tuhan bagi umatNya untuk menjadi saksi-saksiNya di dunia. Sebagai seorang yang telah merasakan kasih Allah yang besar, maka selayaknyalah kita bersaksi akan kasih yang telah kita terima dari Tuhan. 
Paulus memperlihatkan kuasa kasih Allah telah mengubah pandangan hidupnya, bahwa pemberitaan Injil yang dilakukannya adalah wujud dari respon kasih Allah yang dicurahkan atas hidupnya. Maka kesadaran kita akan kasih Allah pastinya akan mengubah cara pandang hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan seperti pohon di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya (Mzm. 1:1-6), bahwa kita memuliakan Tuhan karena kasih Tuhan itu mengaliri kehidupan kita.
Sebagai pelayan maupun orang-orang yang percaya kepada Kristus bukan sedang mencari dan berbuat sesuatu yang akan binasa, tetapi untuk berbuat untuk hal yang kekal. Seperti yang dikatakan oleh Paulus “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus” (Gal. 1:10). Maka setiap pelayanan, kasih dan keramahan yang kita lakukan adalah buah keselamatan yang telah dinyatakan Allah atas hidup kita, dan bukan karena niat yang lahir dari kehendak dan keinginan daging kita.
Dalam memberitakan Injil, Paulus mendapat banyak sekali tantangan dari pihak luar. 1 Tesalonika 2:1-8 Paulus memaparkan pembelaannya terhadap tuduhan-tuduhan dari pihak yang tidak senang dengan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus. Baik tuduhan bahwa Paulus memberitakan kebohongan maupun mementingkan diri sendiri (mencari keuntungan pribadi). Namun tuduhan itu bisa menjadi positif apabila kita gunakan sebagai bahan evalusai terhadap pelayanan kita. 1. Apakah yang kita beritakan atau sampaikan merupakan hal yang benar dan sesuai dengan Alkitab? 2. Apakah dalam pelayanan kita kepentingan pribadi menjadi yang utama? 3. Sudah murnikah motivasi kita dalam melayani?

Perikop ini mengajak kita memeriksa pelayanan kita selama ini. Pelayanan yang benar dan murni pasti memberikan dampak positif terhadap jemaat yang dilayani. Paulus memberikan teladan dalam melayani Tuhan. Ia tidak mencari keuntungan pribadi dan selalu berusaha memberitakan kebenaran Injil kepada jemaat. Seorang pelayan tidak harus seorang yang istimewa tetapi seorang yang melayani sepenuh hati bahkan rela memberikan nyawanya bagi pelayanan Tuhan. Amen RHLT

Tidak ada komentar: