Rabu, 03 Desember 2014

Khotbah dari Yes 64


Pemulihan menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan ketika keterpurukan melanda kehidupan seseorang bahkan sekelompok orang. Harapan akan hadirnya pemulihan dinanti-nantikan juga oleh umat Allah saat mereka terpuruk sebagai suatu bangsa. Keterpurukan itu hampir-hampir membuat kehilangan seluruh identitas mereka. Simbol identitas mereka yaitu kota Yerusalem dan Bait Allah mengalami kehancuran (Ay 10-11). Bahkan sebagaian dari mereka harus diasingkan ke Babel, suatu negeri yang tidak mengenal Allah.
Sebagian umat Allah saat itu merefleksikan bahwa apa yang mereka alami adalah suatu tanda bahwa Allah yang selama ini memelihara mereka telah meninggalkan mereka. Di ayat 7 dikatakan, "Tidak ada yang memanggil namaMu atau yang bangkit untuk berpegang kepadaMu, itulah sebabnya Engkau menyembunyikan wajahMu terhadap kami…."
Allah kemudian membiarkan mereka terbuang dan hancur sebagai suatu bangsa karena dosa mereka sendiri. Hal tersebut dinyatakan dalam ayat 5-6, "……sesungguhnya Engkau murka sebab kami berdosa, terhadap Engkau kami memberontak sejak dulu kala. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor…..dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin."
Ada sebagian umat Israel yang kecewa dan berputus asa karena penderitaan hidup. Mereka kemudian meninggalkan Allah dan berbalik menyembah dewa-dewa bangsa Babel. Mereka ini tidak tahan dengan keadaan. Mereka menanti tetapi akhirnya putus harap dan meninggalkan Allah.
Namun diantara umat Allah itu tidak sedikit yang tetap setia. Mereka setia kepada Allah meski mereka belum melihat adanya pemulihan. Nabi Yesaya dan kelompoknya adalah yang tetap setia kepada Allah. Nabi Yesaya mewaliki mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka alami.
Dalam ayat 1-2, nabi Yesaya mengungkapkan permohonan kepada Allah. Ia mengatakan, "Sekiranya Engakau mengoyakkan langit dan Engkau turun sehingga gunung-gunung goyang di hadapanMu…….untuk membuat namamu dikenal oleh lawan-lawanMu, sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapanMu". Permohonan ini merupakan keyakinan mereka bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang berkuasa atas langit dan bumi. Allah sanggup mengoyakkan langit dengan dahsyat. KehadiranNya akan membuat gunung-gunung bergoncang.
Permohonan ini juga disampaikan kepada Allah dengan harapan supaya Allah mau bertindak. Dan tindakan Allah itu akan mencelikkan mata sebagian umat yang menganggap Allah telah terkalahkan oleh dewa-dewa negeri Babel. Nabi Yesaya gregetan terhadap mereka yang menganggap Allah tidak mampu bertindak memberikan pemulihan kepada umatNya.
Nabi Yesaya mewakili seluruh umat memohon belas kasihan kepada Allah. Pengakuan bahwa Allah yang adalah Bapa mereka, diungkapkan supaya Allah mengingat mereka. Allah sebagai Bapa mengetahui kesalahan umat sebagai anak yang memerlukan pengampunan. Gambaran yang lain diungkapkan yaitu Allah sebagai yang membentuk dan umat adalah buatan tanganNya. Umat tidak ada apa-apanya kalau tidak diberikan oleh penciptanya. Ini merupakan ungkapan diri yang jujur dihadapan Allah.
Umat yang diwakili nabi Yesaya juga melihat keberadaan diri mereka sebagai yang memerlukan belas kasihan. Nabi Yesaya mengatakan, "sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami adalah umatMu (ayat 9)." Belas kasihan yang dimohonkan tersebut terus dinantikan. Meskipun ketika permohonan ini diungkapkan Allah belum bertindah seperti yang mereka harpakn tetapi mereka terus menantikan pertolongan Allah. Mereka sungguh yakin akan kebesaran Allah dan kuasanya. Ada harapan bahwa mereka yang telah berpaling kepada dewa-dewa itu akan berbalik dan menyembah Allah. Umat Allah menunggu pertolongan Allah dalam waktu yang tidak mereka ketahui tetapi mereka setia.
Dari kisah pergunulan umat Allah jaman nabi Yesaya tersebut, kita melihat dan sekaligus juga diajarkan bahwa dalam menantika pertolongan Tuhan, perlu kesetiaan. Umat Allah itu setia dalam keadaan tidak pasif tetapi aktif. Mereka aktif melihat diri mereka. Mereka mengoreksi diri mereka. Mereka mengakui keberdosaan mereka. Mereka jujur melihat diri mereka apa adanya dan mereka bertobat. Mereka mengakui Allah yang memiliki kehidupan mereka, karena Dia adalah Bapa mereka.
Dalam minggu-minggu adven ini, kita juga diajak untuk terus menantikan pertolongan Allah dengan setia. Pertolongan Allah itu kita harus nantikan dalam hubungan dengan persoalan-persoalan hidup pribadi dan keluarga kita, gereja kita, negara dan bangsa kita bahkan dunia.
Dan yang lebih utama dari semua itu adalah kita terus menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya dengan setia. Dalam menanti, kita perlu terus mengoreksi diri, memperbaiki hati dan pikiran kita untuk semakin serupa dengan Dia. Jangan menjadi lemah dalam menanti, tetapi tetaplah teguh meski kita tidak tau kapan hariNya tiba. Amin. - 


Tidak ada komentar: