Kamis, 30 Oktober 2014

Khotbah Minggu 02 Nopember 2014 Mazmur 43:1-5 Tema : ”Allah Sumber/tempat Pengharapan Kita"

Ada sebuah lagu mengungkapkan “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain (Mzm 84:11) menunjukkan bagaimana kerinduan dan keyakinan pemasmur dekat bersama Allah. Keyakinan ini dinyatakan karena pengalaman bersama dengan Allah senantiasa lebih baik dari pada bersama atau ditempat lain. Pengharapan seperti ini tentu didasari keyakinan bersama dengan Allah senantiasa mendapatkan sukacita dan damai sejahtera.
Demikian halnya didalam kehidupan kita sekarang ini, ditengah kehidupan jaman yang semakin canggih, ditengah tawaran-tawaran dunia yang semakin hebat menawarkan segalanya bagi kita, sering sekali kita diperhadapkan dengan pilihan mana yang harus kita ambil. Ikut bersama dengan Tuhan atau bersama dengan dunia ini. Situasi ini semakin sulit ketika ikut dalam Tuhan sering sekali kita belum mendapatkan seperti yang kita inginkan, sementara kita menyaksikan ada pula orang yang ikut dunia ini terlihat semakin baik dan sukses di dalam kehidupannya, sementara orang yang setia mengikuti Allah seolah tidak baik dan selalu gagal bahkan banyak sekali tantangan yang harus dihadapinya. Semuanya ini dapat membuat tertekanya jiwa kita serta gelisah di dalam diri kita (Mzm 42:6).
Mengapa Engkau Tertekan, hai Jiwaku?
1. Seorang anak yang dibawa ibunya ke suatu acara, berdiri, meski dia mempunyai kursi untuk duduk. Ibunya memintanya untuk duduk. Anak itu duduk, tapi tidak berapa lama kemudian dia kembali berdiri. Dan hal ini berulang beberapa kali, sampai ibunya marah dan menekan kepada anaknya untuk menyuruhnya duduk. Lalu anak itu berkata, ‘ibu menyuruh aku duduk, tapi dalam diriku aku sedang berdiri!’
2. Illustrasi ini menggambarkan betapa sering kita ditekan, dipaksa untuk melakukan yang tidak kita inginkan. Kita ingin mengatakan kebenaran, tapi sistim melarang, budaya melarang, etika melarang, sehingga kita merasa tertekan, karena suara kita tidak dapat keluar. Ketika suatu hari kita berbeda dari kelmpok kta, maka kita akan dikucilkan, dianggap merusak komunitas dan hal sering membuat kita menjadi bingung untuk menentukan sikap.
3. Pemazmur, dalam perikope ini (termasuk dalam pasal 42), merasakan tekanan karena dikucilkan dari kelompoknya ketika dia menyatakan kebenaran. Di tengah masyarakat kafir, dia menjadi bahan olok-olok karena imannya. Dia merasa sendiri dan jauh dari omunitas dan Tuhannya. Maka dia berteriak melampiaskan kerinduannya akan pertolongan Tuhan karena dia rindu untuk pulang ke baitNya, bertemu dengan Tuhan.
4. Kesadaran bahwa hidup kita hanya aman bersama Tuhan membuat Pemazmur memasrahkan dirinya pada kehendak Tuhan. Ketika musuh (Orang yang tidak saleh, penipu dan orang curang) mengepung, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk membela diri, maka pemazmur berharap supaya Tuhan menjadi pengacaranya, membela dan memberi keadilan baginya. Itu yang dikatakan seorang anak pada ibunya, yang haknya sebagai anak perempuan dalam keluarga besarnya diabaikan. Keponakan ibu itu mengambil tanah yang diberikan ayahnya padanya karena dia perempuan dan tidak berhak atas marga ayahnya. Ketika ibu itu akan memperkarakan ketidakadilan itu, putrinya berkata: ‘Tuhanlah pembelamu, jangan andalkan hakim di bumi ini, sebab dia tidak akan membelamu di tengah masyarakat Batak yang kuat dengan adat dan garis keturunan ayah’. 
5. Tuhanlah kekuatan , yang memberi kekuatan di atas kelemahan kita. Tanah, warisan tidak akan membuat jiwa kita bergembira, sebalikny penderitaan sering membuat kita menderita karena hak kita dirampas. Kalau Tuhan kekuatan kita, kitapun akan dikuatkan. Itu berarti kita akan keluar dari ketertakanan jiwa hanya karena ketidakbenaran yang dikatakan orang pada kita. Apakah orang mengatakan kita curang, sombong, sok suci, sok pintar atau sok lainnya, kita tidak akan tertekan dengan olok-olok itu karena kita yang tahu siapa kita dalam diri kita. Struktur boleh menyuruh kita diam, tapi kita dalam diri kita akan terus berteriak bahwa kita tidak setuju pada ketidakbenaran.
6. Perikope ini sangat penting untuk meneruskan ketegaran kita dalam iman agar tetap setia, tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin, bahkan di tengah penderitaan sekalipun, kita setia dalam iman kita padaNya. Kita tidak terimbas dengan karakter dunia ini, karena kita telah dibangun dalam karakter kristus yang tegar dan kuat dalam penderitaan. Yang konsisten dalam perjalanan salibNya.
7. Apakah kita perlu berkabung karena penderitaan yang dibebankan orang di atas kita? Sejauh kita mengingat bahwa hidup kita adalah pertolongan Tuhan belaka, tentu kita akan keluar dari penderitaan itu. Meskipun dia dulu kelompok kita, tapi karena kita keluar karena berbeda pemahaman tentang keyakinan dengan kelompok tersebut, dan mereka mengucilkan kita, mengolok-olok kita, tapi pemazmur berkata: mengapa engkau berkabung, mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Pemazmur hendak menegaskan, bahwa perkabungan itu tidak perlu, sebab Allah lah kekuatan kita, yang akan menyuruh terang dan kesetiaanNya datang untuk menuntun kita masuk ke gunungNya yang Kudus. 
8. Ay 3, menegaskan bahwa Allah selalu membawa kita pada jalan-jalanNya, sehinggga kita tidak terkontaminasi dengan jalan-jalan orang curang, penipu dan umat yang tidak saleh tersebut. Tuhan memagari kita dari impitan dukacita supaya kita boleh memuji Tuhan di rumahNya yang kudus. Itu berarti kebaikan Tuhan akan selalu menolong kita untuk bertahan dalam kesetian. Kita akan membangun diri dengan menatalitas seorang pemenang. Kita tidak akan dikalahkan musuh, meskipun dia merancang pedang untuk memusnahkan kita, karena Allah lah yang ahli membuat dan memusnahkan pedang. Kita tidak kalah oleh penderitaan yang kita alami, karena Yesus pun megalami penderitaan di kayu Salib (I Petrus 2, 21-25 :epistel minggu). Nabi Yeremia (11,20); mengatakan bahwa dia mau melihat pembalasan Tuhan atas bangsa yang jahat itu, maka dia tidak memusingkan perkaranya lagi, tapi dia menyerahkan perkaranya pada Tuhan. 
9. Bila kita telah menyerahkan perkara kita pada Tuhan, kita akan selalu menang, seperti seorang yang di PHK, ketika dia akan bertemu dengan Pendetanya, pendeta itu berkata, bahwa dia akan melihat jemaatnya yang marah, sedih karena kehilangan pekerjaan. Tapi tahukah apa yang terjadi? Ketika pendeta itu bertemu dengan jemaatnya, dia melihat wajah yang tersenyum dan berkata, ‘saya sudah tidak sabar menanti apa yang akan diperlihatkan Tuhan kepadaku esok’. Sungguh, dia mempunyai mentalitas seorang pemenang. Dia tidak menyesali perusahaan yang mengeluarkannya, dia tidak menyesali Tuhan karena kehilangan pekerjaan, tapi dia sedang menanti pertolongan Tuhan dan apa yang sudah Tuhan rancang untuk masa depannya (Yer 29,11).
10. Menanti pertolongan Tuhan membawa kita masuk ke rumahNya yang kudus akan menegarkan kita di tengah persoalan hidup penderitaan tidak akan membuat kita menjadi tertekan sebab kita tahu bahwa Tuhan lah penolong kita, Dia akan membawa kita ke gunung yang kudus, masuk ke rumahNya yang kudus untuk memuji dan bersukacita dalam kasih setiaNya.
11. Meskipun kita merasa jau dari Tuhan, tapi Dia tidak jauh dari kita, sebab kasih setia Tuhan mengelilingi kita dan mengkuti kita seumur hidupku! Amin

Diambil dari Berbagai sumber.

Selasa, 21 Oktober 2014

Khotbah Minggu 26 Oktober 2014 1 Tesalonika 2:1-8 “Menyukakan Allah yg Menguji Hati”


Apakah Indikator Keberhasilan Jemaat dan seorang Pelayan….?

1 Tesalonika 2:1-8 merupakan apologia Paulus atas serangan dari pihak-pihak yang tidak senang terhadap pelayanan pemberitaan Paulus. Pertama, adanya tuduhan bahwa Paulus telah memberitakan ajaran palsu tentang kedatangan Mesias yang kedua kali dan dianggap telah melanggar ketetapan-ketetapan Kaisar (Kis. 17:7). Kelompok berpendapat kemungkinan perlawanan ini berasal dari orang-orang Yahudi terutama kaum Saduki karena mereka tidak mempercayai kedatangan Mesias yang kedua kali dan kebangkitan orang mati bahkan dalam 1 Tes. 2:14-16 Paulus mengecam orang-orang Yahudi. Kedua, adanya anggapan bahwa Paulus mempunyai motivasi yang tidak murni dalam pemberitaan Injilnya (1 Tes 2:3).
Paulus yang telah mengalami kasih Allah yang besar menggerakkannya untuk pergi memberitakan keselamatan dari Tuhan bagi dunia (Kis.9:15) . Sehingga Paulus menyatakan “celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16).
Paulus menekankan bahwa pelayanannya bukan berdasarkan tipu daya manusia maupun untuk mencari pujian dari manusia, namun karena Tuhan mempercayakan dan menolong Paulus memberitakan Injil. Maka keberhasilan pekabaran Injil semata-mata adalah karena pertolongan Tuhan dan juga semangat kasih Allah yang tertanam dalam dirinya, sehingga segala bentuk rintangan dan tantangan yang dihadapinya dalam pekabaran Injil dapat dilalui.
Dasar pekabaran Injil yang boleh diterangkan oleh Paulus ini adalah supaya pelayanan yang telah tertanam pada jemaat Tesalonika tidak rusak akibat tuduhan-tuduhan orang Yahudi yang iri  tentang dirinya yang menyatakan ajarannya adalah suatu tipu daya, kebohongan dan juga memberikan ajaran dengan maksud lain.
Maka Paulus mengungkapkan sikapnya, yaitu motivasi dalam dirinya untuk memberitakan Injil seperti perbuatan “seorang ibu mengawasi dan merawati anaknya” (ay. 7). Bagaimana seorang ibu yang mengasihi anaknya akan mencurahkan kasih sayang dengan ketulusan dan kemurnian yang akan mengarahkan dan mendidik anaknya kejalan yang benar.
Motivasi memberitakan Injil tidak lahir dari keinginan untuk menyukakan hati manusia, tetapi hanyalah untuk menyukakan hati Allah. Hal ini terjadi karena panggilan iman kepada Kristus untuk menjadi saksi keselamatan Tuhan, yakni memberitakan Injil yang lahir dari kesaksian akan apa yang dilihat dan dialami bersama Tuhan, maka itu jugalah yang akan diberitakan. Seperti pengutusan Tuhan Yesus “pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mrk. 16:15), maka tugas pemberitaan Injil menjadi panggilan iman, sebab para muridNya telah menjadi “saksi dari semuanya itu” (Luk. 24:48). 
Pengalaman iman bersama Tuhan yang akan mendorong kita untuk mampu menjadi pelayan dan jemaat yang missioner. Jika seseorang tidak dapat menyadari dan mengakui kasih Tuhan dalam hidupnya, bagaimana mungkin dia mampu menyatakan kasih Tuhan kepada sesamanya? Maka dalam nas ini, Paulus ingin menyatakan bahwa kelayakannya memberitakan Injil lahir dari responnya atas kasih Tuhan yang telah dinyatakan atas hidupnya. Sehingga yang dilakukannya hanyalah untuk menyukakan hati Allah sebagaimana dia telah menjadi saksi akan kasih Allah yang besar. Motivasi pelayanan Paulus ini mengingatkan kita akan panggilan Tuhan bagi umatNya untuk menjadi saksi-saksiNya di dunia. Sebagai seorang yang telah merasakan kasih Allah yang besar, maka selayaknyalah kita bersaksi akan kasih yang telah kita terima dari Tuhan. 
Paulus memperlihatkan kuasa kasih Allah telah mengubah pandangan hidupnya, bahwa pemberitaan Injil yang dilakukannya adalah wujud dari respon kasih Allah yang dicurahkan atas hidupnya. Maka kesadaran kita akan kasih Allah pastinya akan mengubah cara pandang hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan seperti pohon di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya (Mzm. 1:1-6), bahwa kita memuliakan Tuhan karena kasih Tuhan itu mengaliri kehidupan kita.
Sebagai pelayan maupun orang-orang yang percaya kepada Kristus bukan sedang mencari dan berbuat sesuatu yang akan binasa, tetapi untuk berbuat untuk hal yang kekal. Seperti yang dikatakan oleh Paulus “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus” (Gal. 1:10). Maka setiap pelayanan, kasih dan keramahan yang kita lakukan adalah buah keselamatan yang telah dinyatakan Allah atas hidup kita, dan bukan karena niat yang lahir dari kehendak dan keinginan daging kita.
Dalam memberitakan Injil, Paulus mendapat banyak sekali tantangan dari pihak luar. 1 Tesalonika 2:1-8 Paulus memaparkan pembelaannya terhadap tuduhan-tuduhan dari pihak yang tidak senang dengan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus. Baik tuduhan bahwa Paulus memberitakan kebohongan maupun mementingkan diri sendiri (mencari keuntungan pribadi). Namun tuduhan itu bisa menjadi positif apabila kita gunakan sebagai bahan evalusai terhadap pelayanan kita. 1. Apakah yang kita beritakan atau sampaikan merupakan hal yang benar dan sesuai dengan Alkitab? 2. Apakah dalam pelayanan kita kepentingan pribadi menjadi yang utama? 3. Sudah murnikah motivasi kita dalam melayani?

Perikop ini mengajak kita memeriksa pelayanan kita selama ini. Pelayanan yang benar dan murni pasti memberikan dampak positif terhadap jemaat yang dilayani. Paulus memberikan teladan dalam melayani Tuhan. Ia tidak mencari keuntungan pribadi dan selalu berusaha memberitakan kebenaran Injil kepada jemaat. Seorang pelayan tidak harus seorang yang istimewa tetapi seorang yang melayani sepenuh hati bahkan rela memberikan nyawanya bagi pelayanan Tuhan. Amen RHLT

Jumat, 17 Oktober 2014

Khotbah Minggu 19 Okt 2014. Mateus 22:15-22


Secara keseluruhan kitab Matius ini menekankan tindakan yang nyata dan murni, dan dalam perintah tersebut diteguhkan bahwa Allah menyertai (Lih. 1:23; 28:20). Jadi, lakukan dan percaya!! Pada perikop kali ini bercerita ‘tentang membayar pajak kepada Kaisar’. Secara umum, tentu sudah sering kita mendengar cerita tentang pajak tersebut. Dan umumnya tidak jarang pendeta berkhotbah perikop ini dan menekankan menjadi “warga negara yang baik”, tetapi apakah hanya sebatas itu yang diinginkan di sini?
Jemaat yang dikasihi Tuhan, dalam prikop ini dikatakan bahwa orang-orang Farisi berniat jahat terhadap Yesus. Mereka memberikan satu pertanyaan terhadap Yesus: ayat 16-17: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
1)   Dalam Mat 21:28-22:14, Yesus menyerang / menegur para tokoh Yahudi dengan menggunakan 3 buah perumpamaan bertu­rut-turut. Teguran itu bukannya membuat mereka bertobat, tetapi sebaliknya membuat mereka menjadi marah / benci kepada Yesus (21:45-46). Dan sekarang mereka berusaha menyerang balik!
Penerapan:
seorang hamba Tuhan yang berani menyatakan / menegur dosa, pasti akan banyak mendapat serangan dari jemaat-jemaat tertentu yang tidak senang ditegur
kalau saudara sering memberitakan Injil / menegur dosa, saudarapun akan mendapat serangan balik, khususnya pada waktu orang-orang yang biasanya saudara tegur itu melihat saudara berbuat dosa.
2)   ‘Menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan’ (ay 15 bdk. Luk 20:20).
a)   Menunjuk pada pertanyaan orang Farisi.
b)   Menunjuk pada jawaban Yesus.
Penerapan:
Banyak orang berusaha menjerat orang kristen dalam kata-katanya. Karena itu kita harus hati-hati dalam berbicara (bdk. Amsal 10:19).
3)   Orang Farisi bergabung dengan orang Herodian (ay 16a).
a)   Sekalipun tak diketahui dengan pasti siapa orang Herodian itu, tetapi dari namanya bisa diperkirakan bahwa mereka adalah orang-orang dari partainya Herodes, atau orang- orang yang pro Herodes.
b)   Sebetulnya, orang Farisi bertentangan / bermusuhan dengan orang Herodian karena:
·        orang Herodian terjun dalam politik; orang Farisi terjun dalam agama Yahudi.
·        orang Herodian bekerja sama dengan Roma; orang Farisi tidak mau bekerja sama dengan Roma.
·        orang Herodian menyetujui pajak (karena pajak ini penting untuk Herodes!); orang Farisi menentang pajak.
c)   Tetapi sekarang, dalam menghadapi Yesus, mereka bersatu (bdk. Mark 3:6).
Fakta bahwa mereka bisa ‘baik’ satu sama lain, padahal mereka sebetulnya bermusuhan, sudah menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang jahat dan munafik! Hati-hatilah terhadap orang-orang seperti itu!
2)   Mereka mengatakan / memuji bahwa Yesus ‘tidak takut pada siapapun’. Tetapi sebetulnya, tujuan mereka adalah: supaya Yesus berani mengucapkan sesuatu yang menentang pajak / pemerintah Roma.
3)   Kata-kata mereka dalam ay 16b ini sebetulnya memang meng­gambarkan seorang guru yang baik:
a)   ‘jujur’.
 ‘true’ (= benar).
 ‘truthful’ (= benar).
 ‘a man of integrity’ (= ).
Ini menunjukkan bahwa guru yang baik selalu berbicara benar dan jujur. Tidak mencla-mencle!
Sekalipun hal ini lebih ditekankan untuk seorang guru, tetapi orang kristen biasapun pasti juga harus seperti itu. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara selalu berbicara benar / jujur?
b)   ‘dengan jujur mengajar jalan Allah’.
 ‘in truth’ (= ).
 Ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik tidak membelokkan arti dari Firman Tuhan, baik demi keuntungan pribadi, maupun karena sungkan / takut / malu dsb
Ini juga berlaku untuk orang kristen biasa. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara sering membelokkan arti dari Firman Tuhan:
·        supaya tidak kalah dalam berdebat?
·        supaya Firman Tuhan itu tidak menyerang diri saudara sendiri?
·        karena takut, sungkan, malu dsb?
c)   ‘tidak takut kepada siapapun ... tidak mencari muka’.
Ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik tidak takut kepada manusia, tidak berusaha menyenangkan manusia dan tak membeda-bedakan / bersikap tak adil / berat sebelah.
Orang kristen biasapun jelas juga harus seperti ini! Bagaimana dengan saudara?
Ay 17:
Ini adalah pertanyaan yang menempatkan Yesus dalam posisi yang serba salah. Kalau Yesus menjawab ‘tidak boleh’, maka orang Herodian pasti akan marah dan akan melaporkan kepada tentara Roma, dan Yesus pasti akan ditangkap. Sebaliknya, kalau Yesus menjawab ‘boleh’, maka semua orang Yahudi pasti akan menganggap Yesus sebagai seorang pengkhianat yang pro Roma.
Catatan: William Barclay mengatakan bahwa orang Yahudi menentang pajak itu karena alasan agama. Mereka menganggap pajak itu sebagai penghinaan kepada Allah, karena Allah adalah satu-satunya raja yang berhak menerima pajak.
Ay 18-21:
Jawaban Yesus:
1)   Ay 18: ini menunjukkan kemahatahuan Yesus (yang juga menunjukkan keilahian Yesus), dan sekaligus merupakan teguran terhadap:
tindakan mereka mencobai Yesus.
sikap munafik mereka.
2)   Ay 19-21a:
Pada jaman itu, setiap ada raja baru naik tahta, maka ia langsung membuat uang logam sendiri dengan gambar dan tulisannya pada uang logam itu.
Karena itu, pada mata uang 1 dinar yang ditunjukkan kepada Yesus itu, pasti terdapat gambar dan tulisan dari kaisar Roma yang saat itu sedang berkuasa.
3)   Ay 21b:
a)   Sekalipun Yesus tak secara terang-terangan menjawab ‘boleh’, tetapi jelas bahwa Ia bukan hanya mengijinkan tetapi bahkan mengharuskan setiap orang untuk membayar pajak (bdk. Roma 13:6-7).
Penerapan:
Apakah saudara membayar pajak dengan benar?
b)   Ayat ini menunjukkan bahwa orang kristen mempunyai kewajiban ganda yaitu:
·        kewajiban duniawi - kepada negara (bdk. Roma 13:2).
·        kewajiban rohani - kepada Tuhan / gereja.
Kewajiban rohani tidak menghapuskan kewajiban duniawi dan sebaliknya!
Dengan kata lain, orang kristen (di Indonesia) harus menjadi:
¨      Warga Negara Indonesia yang baik. Misalnya dengan mentaati hukum, membayar pajak, menjaga kebersihan, dan juga mentaati peraturan.
Sudahkah saudara menjadi WNI yang baik?
 (warga negara surga) yang baik.
c)   Ayat ini juga menunjukkan adanya pembatasan di antara kedua kewajiban itu. Kita tidak boleh memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak dari Allah. Kalau kaisar menuntut sesuatu yang menjadi hak Allah (misalnya pe­nyembahan), maka berlaku Kis 5:29!
Penerapan:
Apa yang saudara lakukan kalau RT/RW mengadakan rapat / kerja bakti pada hari minggu yang menyebabkan saudara tak bisa berbakti kepada Tuhan?
Dan sebaliknya, kita juga tidak boleh memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak kaisar (misalnya: memberikan pajak kepada Tuhan / gereja).
Jadi, kalau saudara adalah pegawai, maka saudara punya tanggung jawab kepada boss saudara, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan. Kalau saudara adalah seorang murid / mahasis­wa, maka saudara punya tanggung jawab kepada guru / dosen, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan. Kalau saudara adalah seorang anak / istri, maka saudara punya tanggung jawab kepada orang tua / suami, dan saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan.
Jangan menekankan hanya salah satu saja dari 2 tanggung jawab ini. Dan juga jangan memberikan kepada yang satu, apa yang menjadi hak dari yang lain!
Ay 22:
Mereka menjadi heran, karena tadinya mereka sudah begitu yakin bahwa Yesus pasti akan terjerat, tetapi ternyata Yesus menjawab sedemikian rupa sehingga baik pihak Romawi maupun pihak Yahudi tidak mungkin bisa menyalahkanNya
Tetapi anehnya, sekalipun heran / kagum / takjub dsb, tetapi mereka tidak bertobat!
Penerapan:
Ada banyak orang yang pada waktu mendengar Firman Tuhan merasa bahwa Firman Tuhan itu bagus / indah / hebat / benar dsb, tetapi mereka tetap tidak bertobat / melaksanakan Firman Tuhan itu dalam hidup mereka. Apakah saudara sering / kadang-kadang bersi­kap seperti itu? Kalau ya, bertobatlah!

Amen