Kamis, 16 Juli 2015

Khotbah Minggu, 19 Juli 2015 Minggu VII setelah Trinitatis Markus 6: 30-34; 53-56

 Saudara-saudara yang dikasihi Kristus Yesus, Kemana pun Yesus pergi ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepadaNya supaya mereka diperkenankan  hanya menjamah jumbai jubahNya. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh”.
SETIAP perjumpaan dengan Tuhan akan membawa perubahan dalam hidup manusia, baik secara lahir maupun secara batin. Perjumpaan dengan Yesus yang sungguh-sungguh terjadi dalam iman.
Dulu orang Yahudi dan orang Parisi kerap berjumpa dengan Yesus, tetapi tidak terjadi perubahan apa-apa dalam hidup mereka, karena mereka tidak percaya akan Tuhan Yesus. Sedangkan orang biasa yang sederhana dan tulus ingin menjumpai Yesus dengan iman kepercayaan mereka, sehingga seperti dikatakan dalam Injil: Semua orang yang menjamah jubahNya atau dijamah oleh Yesus menjadi sembuh.
 S eluruh perbuatan Yesus adalah pernyataan diri Allah yang memelihara dan mengarahkan hidup manusia menuju pemenuhan yang sempurna. TindakanNya tidak sekedar memuaskan tetapi memampukan manusia untuk mengerti dan mau menunaikan tugas panggilannya di tengah-tengah gejolak kehidupan. Dia tidak hanya memberi makanan dan minuman sebab hal-hal itu hanyalah sebahagian dari tanda-tanda kehidupan. Juga mereka tidak perlu putus asa ketika menghadapi kesulitan hidup bahkan dengan menghadapi serangan dan siksaan yang paling kejam sekali pun sebagaimana dialami oleh Yohanes pembabtis yang mati dibunuh dengan kepala dipenggal (ay 27). Seluruh pengalaman hidup itu membutuhkan pemaknaan dari sudut pandang iman.
 Dalam teks ini diberitakan bahwa para rasul-rasul berkumpul bersama Yesus dan melaporkan semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Pelayanan itu adalah penampakan pekerjaan Yesus karena itu harus didiskusikan dengan Yesus. Pelayanan itu datang dari Yesus oleh sebab itu juga harus dipertanggungjawabkan-pada Yesus. Pelayan yang benar adalah pelayan yang bertanggungjawab, yang berani melaporkan seluruh kegiatannya dalam persekutuan dengan Yesus. Pelayanan harus memiliki fondasi sebagaimana Yesus melakukannya dalam kata dan perbuatan. Pelayanan itu harus selalu memiliki waktu bertemu dengan Yesus. Bila seluruh pelayan mau mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya di hadapan Yesus maka tidak ada kekwatiran akan adanya ketidak beresan pelayanan. Laporan itu amat penting demi keberlanjutan pelayanan. Pelayan yang tidak membuat laporan sama dengan mempersempit ruang gerak pelayanan bahkan dapat merusak masa depan gereja. Yesus mengajak para rasul itu ke tempat yang sunyi sebagai bentuk penguatan sekaligus pernyataan bahwa pergerakan para rasul itu ada dalam wilayah tanggungjawabnya. Para rasul diajak untuk bertemu secara khusus sehingga mereka mendapat pemahaman yang khusus dan lengkap. Para pelayan yang dekat dekat Yesus akan semakin kuat dan mendapat semangat baru dalam melayani. Seringkali rasa frustasi datang bukan karena beratnya beban pelayanan tetapi karena persekutuan dengan Yesus diabaikan. Yesus mengajak mereka ke tempat khusus tidaklah untuk menjadikan pelayanan itu menjadi sulit dijangkau atau menjadi eksklusif. Pelayan tidak perlu mempersulit kedatangan jemaat. Pejabat gereja tidak menjadi lebih hebat ketika untuk menjumpainya saja teramat sulit atau dipersulit-sulit. Dalam pertemuanlah pemahaman diluruskan dan maksud baik diteruskan. Yesus mengajak rasul-rasul itu ke tempat yang sunyi tetapi mudah di jangkau (ay 33: banyak orang melihat dan mengetahui tujuan mereka). Waktu dan tempat khusus bagi pelayan adalah kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kemajuan pelayanan. Di tempat khusus itu justru mereka menggumuli lebih dalam bagaimana intensifikasi pelayanan dapat djalankan. Waktu dan tempat khusus bagi pelayanan adalah kesempatan instropeksi dan evaluasi demi perbaikan dan pengembangan. Menurut Injil Markus ini, rasa ingin berjumpa dari orang banyak itu begitu tinggi. Mereka bahkan orang banyak itu mampu mendahului rombongan Yesus tiba di tempat. Kejadian itu mencerminkan antusiasme yang tinggi karena kebutuhan yang mendesak. Mereka tidak hanya kekurangan dalam berbagai kebutuhan jasmani tetapi juga mereka kehilangan tuntunan sebab Yesus melihat "mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala" (ay. 34), di antara mereka banyak yang sakit (ay. 53). Gambaran ini mencerminkan hidup manusia yang penuh penderitaan.
 Menurut teks ini penderitaan yang paling besar bukan karena soal makanan (sebab baru pada tindakan selanjutnya di atasi sebagaimana terbaca dalam ay. 36-44), tetapi lebih mengarah kepada "ketercerai-beraian" sebagai dampak ketidakhadiran para gembala. Tetapi penulis Injil Markus dalam kaitan ini lebih menegaskan lagi bahwa prioritas pelayanan gereja bukanlah persekutuan atau diskusi tentang apa yang pernah Yesus ucapkan tetapi pemberitaan tentang Allah yang hidup yang menghadirkan berbagai keajaiban dalam situasi konkrit.
Saudara-saudara, Dalam "pengasingan" itu, Yesus dan para muridNya diserbu oleh tuntutan kesengsaraan manusia. Manusia terdesak oleh kebutuhan dan kepentingan dan seringkali tidak menemukan jawaban bahkan yang sering terjadi malah bertemu dengan pemangsa yang berkedok turut meringankan beban. Namun Yesus tergerak oleh belaskasihan sebab Dia adalah Kasih itu sendiri. Dia adalah jawaban atas semua kebutuhan bahkan Dia sanggup memberikan sukacita yang melampaui harapan manusia. KasihNya menggerakkan semua berkat tidak saja menyangkut kebutuhan rohani tetapi juga kebutuhan jasmani. Manusia tidak perlu menggunakan segala cara mempengaruhi Yesus untuk bertindak sebab Dia tahu apa yang dilakukan bahkan sebelum manusia memintanya. Dia memberikan berkat-berkatNya bukan karena dipengaruhi manusia seolah-olah karena permintaan itu yang menggerakkanNya bertindak. Kita meminta sebagai kesungguhan kita yang membutuhkannya. Jika dalam doa Bapa kami disampaikan "berikanlah kami makanan..." tidak berarti bahwa makanan dari Allah tidak tersedia atau ada setelah kita memintanya, tetapi supaya kita juga turut menikmatinya (bnd. Katekismus Luther).
Injil Markus menegaskan bahwa cara yang pertama Yesus lakukan mengasihi orang banyak itu adalah dengan "mengajarkan banyak hal" sebagai penegasan bahwa kebutuhan yang utama bukanlah makanan dan minuman tetapi "memahami kehidupan" sebagaimana Yesus jalankan. Sebanyak apapun makanan jika manusia "penuh ketidaktahuan" (bodoh) maka tidak akan menolong hidupnya bergerak ke masa yang akan datang. Pengetahuan itu bersumber dari Firman Allah dan itulah yang membebaskan manusia dari kemiskinan, kebodohan, kekacauan, penyakit dan lainnya. I.L. Nommensen pernah berkata "Kamu tidak akan dapat memimpin hidupmu dan orang lain keluar dari kemiskinan dan kebodohan, kamu harus belajar Firman Allah". Firman Allah adalah hati Allah, semakin mengerti Firman Allah semakin dekat dengan sumber-sumber kehidupan. Dalam kaitan ini perlu diingat teori ilmu ukur yang mengatakan bahwa "jarak terpendek dari dua titik adalah garis lurus yang menghubungkannya". Semakin mengerti Firman Allah semakin banyak jalan lurus yang terhubung dengan kegiatan / aktifitas yang menghasilkan berkat yang benar. Serpakin dekat kepada Yesus semakin banyak terobosan yang mengentaskan kehidupan dari beragam gejolak yang menggerogotinya. Banyak orang menderita, meskipun tidak semuanya tahu bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah itu. Sebahagian pergi ke dukun atau meminta kesembuhan dari kuburan nenek-moyang. Masih ada juga yang mencoba mengatasi penderitaannya dengan menuduh orang lain sebagai kambing hitam. Penderitaan seakan-akan tidak akan pernah lenyap dari dunia ini bahkan survey membuktikan semakin banyak penyakit yang timbul dalam ketidaktahuan. Semakin banyak dokter, semakin banyak pula penyakit yang tak terdiagnosa. Semakin banyak pakar semakin banyak pula masalah. Jika dahulu kala, ketika zaman permulaan Yesus datang di dunia ini banyak orang datang kepada Yesus mendapat kesembuhan, mengapa di jaman modern ini orang semakin sedikit membawa pergumulan hidupnya kepada Yesus? Rumah-rumah ibadah lebih sepi dari tempat-tempat hiburan yang gelap. Kegiatan rohani sekain tak menarik sebab manusia lebih tertarik dengan aktifitas duniawi. Manusia mengharapkan banyak hal tetapi tidak tahu sumber hidup yang benar. Manusia mengalami disorientasi kehidupan. Saudara-saudara yang dikasihi Kristus Yesus, Meskipun dunia makin asyik dengan dirinya dan mencoba mengatasi persoalan hidup dengan kekuatannya, kasih Allah tidak pernah sepi.
Yesus tetap menjadi penyembuh dan akan memulainya dari hal-hal mendasar untuk memulainya; bertolak dari iman. Bila dalam teks ini dinyatakan bahwa hanya dengan menjamah rumbai jubahNya saja mereka sembuh, tidak berarti bahwa sumber kekuatan itu ada pada jubah. Bukan jubah itu yang memberi kesembuhan kepada yang memegangnya seolah-oleh jubah itu punya kuasa magis tetapi seluruhnya (maupun benda) yang melekat dan mendekat pada Yesus telah menjadi saluran kuasa. Setiap orang yang imannya melekat pada Yesus adalah juga saluran berbagai kuasa yang Yesus ijinkan. Yesus tidak terlalu sulit untuk dijangkau hanya saja hati kita harus lurus dan tulus menghampirinya. Tidak ada usaha yang terlalu sulit dilakukan sebab Dia tidak mendasarkan tindakanNya pada perbuatan manusia. "Orang membuka jendela bukan supaya matahari terbit, tetapi karena matahari terbit jendela dibukakan". Yesus datang maka semua orang yang ingin mengalami perubahan seharusnya bergegas menyongsong kehadiran Yesus. Dia mengasihi kita dan kasihNya digerakkan oleh hatiNya. Hati Allah ada dalam FirmanNya. Amin.


Tidak ada komentar: