Kamis, 03 September 2015

Khotbah Minggu 06 September 2015. Yesaya 35 : 4 – 7a Tema : “Kuatkanlah Hatimu, Janganlah Takut, Allah Menyelamatkan”


Pengantar
Jesaya 35  termasuk dalam proto Yesaya, menuliskan tentang bangsa Israel yang terancam oleh bangsa-bangsa disekitarnya terutama Asyur yang pada saat itu mau memperluas daerah kekuasaannya. Dalam situasi ketakutan ini bangsa Israel mengharapkan jalan keluar yaitu mengandalkan Mesir bukan Tuhan. Jesaya Pasal 35 secara jelas menggambarkan situasi bangsa ini : seperti gurun, padang kering, tangan yang lemah lesu, lutut yang goyah. Digambarkan keadaan yang “tawar hati” patah semangat alias setengah pingsan. Dalam keadaan yang demikianlah Yesaya memberikan khabar sukacita tentang pengharapan akan datangnya penolong yaitu : ... Allahmu akan datang dengan pembalasan... Ia sendiri datang menyelamatkan kamu ! ( Yesaya 35 : 4 ). Dengan demikian bangsa Israel diberi pemahaman keselamatan dan kebahagiaannya tidak didapat dengan usaha sendiri atau pertolongan bangsa Mesir tetapi Allahlah yang menyelamatkan. “Habis gelap terbitlah terang” adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan isi berita bacaan kita hari ini. Suasana gelap itu dapat kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya di mana Yesaya memberitakan berbagai macam hukuman yang mengerikan. Sekarang Yesaya justru memberitakan datangnya terang, yaitu keselamatan dan pemulihan dari Tuhan
Beberapa tahun yang lalu sebuah tulisan berjudul “ The God is dead”. Dalam tulisan tersebut, dipertanyakan eksistensi atau kebaradaan kemahakuasaan dan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. “jika Tuhan masih hidup Dia tidak akan membiarkan terjadinya peperangan, kelaparan , penindasan dsbnya”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita katakan Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.
Yesaya 35:4-7a dimulai dengan instruksi singkat untuk untuk tidak takut. Instuksi ini juga menekankan pembalikan besar yang terjadi melalui kehadiran TUHAN. Padang pasir berubah dari tempat yang kering dan tandus menjadi tanah yang subur dengan kelimpahan air, orang buta akan melihat, orang tuli akan mendengar, dan orang lumpuh akan "melompat seperti rusa".
Renungan
Sukacita yang besar akan dinyatakan bagi umat Tuhan, suatu sukacita yang melebihi masa keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Dalam konteks yang lebih luas, teks ini seolah-olah menjawab balik masa-masa kesuraman oleh karena penghakiman Allah atas dunia (lih. Yesaya 24),
Seiring dengan ancaman hukuman Allah yang memang bukan sekadar omong kosong itu, ternyata Allah itu juga adalah pengasih dan setia. Ternyata Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).Ada kesembuhan, pemulihan hubungan, perubahan alam, kedamaian, pembaruan kondisi hidup. Janji ini tidak dibatasi oleh lingkup jasmani dan rohani saja, melainkan janji yang berdimensi kekal menembus batas-batas keberadaan manusia. Kata “Ia sendiri akan datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Hal ini merupkan eksistensi Allah terhadap umatNya: ketika manusia/Adam dan Hawa memakan buang yang dilarang oleh Tuhan, menusia ia bersembunyi/melarikan diri dari hadapan Allah, namun Allah berinisiatif, mencari: ”Dimanah engkau???”(Kej. 3 : 9).
Gambaran kehidupan yang dilakonkan bangsa Israel dalam banyak aspek mereka bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
Kenyataan yang dilakonkan oleh bangsa Israel, kini terjadi juga berulang-ulang terjadi dalam kehidupan bangsa pilihanNya. Jika kita dalam “komunitas” gambaran diatas maka BERTOBATLAH.
Sukacita besar dinyatakan karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap terungkap dalam ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran.: “sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”. Kiasan ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan (Ayat 6b-7)
Penutup:
Pernahkah Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup? Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantu-hantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini? Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini? Bagaimana perasaan kita melihat orang-orang yang telah merusak alam dan lingkungan hidup kita tapi malah bebas berkeliaran dan semakin “menggila” dalam usahanya merusak kehidupan di alam ini? Bagaimana dengan orang-orang yang sudah “resistan” terhadap kritikan karena ketidakadilan yang mereka lakukan?
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita tanyakan pada diri sendiri dalam hidup ini, bahkan dalam hidup berkelompok, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.
Apa yang dapati kita lakukan?
Pertama,kita harus tetap memercayai janji keberpihakanAllah bagi kita, sebab Dia sudah menunjukkan kita dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Kedua,kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan.
Ketiga, kita juga harus bisa menjadi agen perubahan dan pembaharu bagi manusia, alam dan lingkungan di mana kita berada.
Dia akan datang dan menyelamatkan kita. Dia akan datang kembali pada akhir zaman, untuk membinasakan mereka yang telah membuat kesusahan dan penderitaan di dunia ini. Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi mereka yang tadinya tertindas dan teraniaya. Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi kita semua seperti yang dikatakan-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Kalau begitu, masihkan kita lemah-lesu, goyah, tawar hati dan takut?
Kita harus tetap memercayai janji keberpihakan Allah bagi kita, sebab Dia sudah menyatakan KasihNya dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan.
Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai. Amen


Tidak ada komentar: