Selasa, 24 November 2015

MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN TUHAN


Membangun hubungan dengan Tuhan bukanlah sebuah langkah yang sulit. Sebab firman Tuhan berkata, Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu (Yak 4:8). Di dalam bahasa Inggris, pesan firman ini lebih jelas. Dikatakan bahwa draw near to God and he will draw near to you. Di dalam pengertian aslinya, draw near menggambarkan tangan kita yang mendekat, menyambut uluran tangan Tuhan, yang sudah terlebih dahulu terulur pada kita. Kalimat ini amat jelas tujuannya yaitu sebuah hubungan persekutuan di dalam doa antara manusia dan Allah, menggambarkan gairah dan keinginan bersekutu denganNya. Inisiatip hubungan itu adalah Allah sendiri dan bagian kita adalah menyambut inisiatipNya. Kita harus memberi respon. Saya suka membayangkan anak saya sewaktu bermain layangan. Ketika ia berusaha menarik turun layangan itu dengan benang, maka layang-layang tersebut makin dekat kepadanya. Berarti, di dalam hubungan dengan Tuhan, usaha untuk mendekat kepada Allah harus dimulai di dalam diri kita. Semakin kita menginginkanNya, bergairah, maka sikap itu akan menjadi sinyal bagi Allah untuk menjawab kegairahan kita kepadaNya.
Bahwa aturan di dalam membangun hubungan dengan Tuhan, ada di dalam diri kita. Bukan di dalam diri orang lain atau pengalaman orang lain. Gagalnya kita membangun hubungan dengan Tuhan seringkali terjadi karena kita terlalu terfokus pada pengalaman orang lain dan secara alamiah menjadikan itu sebagai sebuah standard yang juga harus kita alami. Ini jebakan iblis yang mau menggagalkan hubungan kita dengan Tuhan. Perhatikan aturan ini. (a) Setiap kita punya hubungan yang khas dengan Tuhan yang tidak harus sama dengan pengalaman orang lain. Tuhan kita sangat kreatif. (b) Hubungan dengan Tuhan tidak pernah dapat dimetodakan. Seringkali cara Tuhan intim dengan seseorang berbeda secara radikal dibandingkan caranya dengan orang lain.
Tuhan pasti punya cara berhubungan dengan kita. Di dalam Alkitab dengan jelas Yesus mengatakan, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Matius 6:5-6). Doa merupakan sebuah hubungan intim yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam kamar sewaktu sepasang suami isteri sedang berada di dalam. Keintiman dengan Tuhan seperti itu. Setiap orang punya cara yang khas untuk terhubung dengan Tuhannya di dalam “kamar”nya masing-masing. Tapi coba kita lihat apa yang terjadi hari-hari ini. Banyak orang justru memamerkan bagaimana ia cinta Tuhan dan berhubungan dengan Tuhan secara emosional di hadapan orang lain. Orang seperti ini biasanya tidak berakar di dalam hubungan intim. Bahkan apa yang mereka tampilkan bukanlah hubungan yang sejati. Mereka menyembah Tuhan tidak dengan roh tetapi di jiwa. Yesus mendeteksi kehadiran orang-orang ini disekelilingnya dan mencerca mereka dengan sebutan munafik! Orang seperti ini hanya memakai topeng di dalam setiap pekerjaan pelayanan yang dilakukannya. Saya banyak menjumpai orang-orang di dalam pelayanan saya yang memang terlihat sangat rohani dan antusias di depan jemaat dan orang lain, menyatakan kecintaannya kepada Tuhan. Tetapi dikemudian hari terungkap bahwa orang ini ternyata tidak seperti itu. Dia suka menceritakan kerinduannya untuk terhubung dengan Tuhan tetapi pada kenyataannya apa yang ditampilkannya adalah sesuatu yang emosional. Sesuatu yang ingin dilihat oleh orang lain.
Ada satu contoh kasus di dalam gereja. Pada waktu Yesus sedang berada di dekat kotak persembahan, Dia dengan jelas mengamati seseorang yang memberikan persembahan dalam jumlah besar agar orang di dalam gereja melihat siapa dia. Sesaat setelah itu, seorang janda miskin juga memasukkan persembahannya. Tetapi Yesus berkata maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43). Itu sebabnya saya seringkali berkata kepada teman-teman di dalam pelayanan, hati-hati menerima persembahan dari orang yang secara emosional tidak stabil. Hatinya dengan cepat dapat berubah dari mendekatimu menjadi membenci atau menjauhimu hanya karena kita – hamba hamba Tuhan – tidak mau menuruti apa yang menjadi keinginannya. Kekacauan di dalam gereja seringkali dipicu oleh ulah sejumlah orang yang secara finansial kuat tetapi mengatur gembala atau hamba Tuhan. Penyembahan, kerinduan dan hubungan yang sejati ada di dalam kamarmu! Bukan apa yang kamu tampilkan di depan orang banyak. Bukan persembahan persembahan materi yang engkau berikan kepada orang lain. Bukan gayamu saat memuji dan menyembah yang menarik perhatian orang lain. Tetapi ditentukan oleh bagaimana hatimu dengan sungguh-sungguh mencari wajahNya, pada saat engkau sedang terhubung denganNya di dalam kamar secara pribadi.
Perjumpaan di dalam kamar adalah sebuah intimacy. Allah bergairah terhadap setiap keintiman. Alkitab pernuh dengan firman yang bersifat janji. Perhatikan, janji selalu berhubungan dengan pemberian Allah kepada sdr dan saya. Dimana ada penyembahan, disanalah Allah hadir sebab Dia menginginkan penyembahan dan tentu saja penyembah. Penyembahan adalah sesuatu yang menyenangkan hatiNya. Ketika Daud memburu Tuhan dan berkeinginan berada di dekatNya setiap saat, Daud membentuk dirinya menjadi seorang penyembah. Dia bahkan membangun komunitas penyembahan disekeliling tabut Tuhan, duapuluh empat jam, imam-imam musik bergiliran menari, memuji dan menyembah Tuhan. Hadirat Allah hanya dapat ditarik dan dipertahankan melalui penyembahan. Rupanya ini kuncinya! Penyembahan adalah kunci keintiman kita dengan Tuhan. Alkitab berkata, Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. (Mazmur 22:3) .
Rasul Paulus mengingatkan kita untuk menyala-nyala terlebih dahulu sebelum melayani Tuhan. Penting sekali bagi kita untuk menyala terlebih dahulu. Itu akan membuat roh kita peka dan melayani bukan dengan kekuatan daging atau jiwa kita. Roh yang peka diperlukan untuk memutuskan apakah kita masuk ke dalam sebuah pintu yang terbuka atau tidak. Ingat sdr-sdr, tidak semua pintu yang terbuka harus kita masuki. Kita tidak pernah tahu siapa yang ada dibalik pintu itu. Terutama di dalam hal persembahan. Kalau kita membawa hadirat Tuhan, maka banyak pintu akan terbuka di depanmu. Orang akan berbondong-bondong mendatangi dan melekat kepadamu dengan motif yang berbeda-beda. Ada yang tulus dan ada yang punya kepentingan khusus. Saya mau jujur kepada sdr sebagai sesama hamba Tuhan. Saya banyak menemukan tipe-tipe orang dalam membangun motifnya saat mengatakan menjadi pendukung pelayanan. Hati-hati sdr. Orang yang semula bermuka manis dapat berbalik mencerca kita karena motivasinya di dalam memberi kurang baik. Oleh sebab itu, kita harus tetap memposisikan diri sebagai hamba Tuhan dan bukan hamba uang! Saya pernah punya pengalaman seperti ini. Seseorang yang mendekat kepadamu akan diuji dan dibuktikan motivasinya seiring dengan waktu. Bukan diuji oleh besar persembahannya kepadamu. Jangan lupa, hati manusia bisa berubah! Jika orang-orang ini kecewa dan tidak menerima sesuatu yang mereka harapkan dari pemberian persembahan kasih kepadamu, mereka bisa berbalik mencelamu dihadapan orang lain. sekali lagi berhati-hati. Tidak setiap orang yang ingin terhubungan dengan kita memiliki motivasi yang benar sampai kelak itu teruji dengan waktu.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk masuk di dalam keintiman? kita perlu mendekat kepada Tuhan melalui penyembahan dan hubungan pribadi. Aplikasi praktisnya sangat sederhana. Saya selalu memposisikan diri di depan Tuhan pada waktu saya berdoa atau cuma sekedar duduk diam menikmati hadiratNya di manapun saya pergi. Saat-saat paling menyenangkan adalah ketika menuju ke kantor di dalam mobil. Saya bisa merasakan urapan dan jamahanNya selama perjalanan dari rumah ke gereja. Kamar kita adalah ruang doa kita. Kita harus punya ruang privacy bersama Tuhan. Ruang privacy tidak melulu bicara tentang kamar (atau tempat) tetapi menyangkut waktu atau saat-saat berhubungan denganNya. Ada titik dimana saya sedang berada ditengah komunitas, saya merasa Dia sedang memberi sinyal untuk terhubung denganNya, maka saya akan langsung menyambut uluran tanganNya saat itu juga. Saya pergi menyingkir dan intim dengan Dia. Itu saat-saat yang indah dimana Dia sedang meminta sesuatu yang pribadi dengan kita. Jadi hal ini tidak berbicara tentang elevasi waktu belaka! Tetapi kualitas perjumpaan. Sama seperti Ester berjumpa dengan Raja, yang hanya berlangsung beberapa menit. Tetapi perjumpaan yang sesaat itu, mampu membuat hati raja terikat kepadanya. Itulah kualitas perjumpaan yang selalu menjadi kerinduan saya di dalam terhubungan dengan Tuhan baik saat memuji, menyembah, berdoa atau membaca firmanNya. Terlebih saat melakukan sejumlah aktifitas lainnya. Amen

Tidak ada komentar: