Sabtu, 26 September 2015

Khotbah Minggu 27 September 2015 17 Sert Trinitatis Markus 9: 38 – 50 Thema: Tuhan Menepati JanjiNya”


Nas Firman Tuhan ini adalah kelanjutan dari pembicaraan Tuhan Yesus dengan murid-muridNya sebelumnya di Markus 9: 30-37 yaitu perkataan Yesus yang tidak dimengerti para muridNya dan juga pembicaraan murid-muridNya tentang siapa yang terbesar diantara mereka. Dalam nas khotbah kali ini ini memperlihatkan pada kita bahwa ternyata murid Yesus juga belum mengerti sepenuhnya akan apa yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Pikiran tentang siapa yang terbesar diantara mereka masih jelas terlihat ketika Yohanes mengungkapkan bahwa mereka telah mencegah orang yang diluar murid Yesus yang selalu bersamaNya untuk mengusir setan dalam nama Yesus. Anggapan murid-murid Yesus bahwa mereka tidak memiliki hak untuk berbuat sesuatu atas nama Yesus sementara mereka bukanlah bagian dari murid-murid yang selalu bersama Yesus.
Yesus menjawab: “Tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku” Jawaban Yesus sebenarnya memiliki makna yang sama dengan apa yang diungkapkanNya sebelumnya. Bahwa akan tiba waktunya Yesus akan menderita, disiksa dan akan dibunuh, dan orang-orang yang berbuat atas nama Yesus saat itu bisa saja kembali berbalik untuk mengumpat Yesus.
Perikop ini terdiri dari dua bagian: pertama ayat 38-42 membicarakan tugas untuk saling bermurah hati dan bersabar; kedua: 43-50 membicarakan hal perlunya penertiban diri. Bagian pertama mengatur sikap para murid terhadap orang lain; sedang bagian kedua, mengartur sikap mereka terhadap diri mereka sendiri. Terhadap orang lain mereka harus bermurah hati, terhadap diri sendiri mereka harus keras.
Jika hidup menjadi diberkati serta dibebaskan dari kuasa kejahatan, pekerjaan semacam itu tidak boleh dirintangi, jika motif pekerjaan itu benar. Panggilan untuk hidup bertoleransi ditegaskan di sini.
Yesus berkehendak supaya kehidupan kita tidak menjadikan anak-anak kecil (dapat diartikan orang-orang yang sederhana) tersandung.
Dalam arti kiasan Yesus menegaskan bahwa perlu dilakukan operasi/ pembedahan rohani guna menyelamatkan jiwa orang.
Ayat 49: api mengandung pengertian pemurnian/penyucian; (ayat 50) garam di sini bisa berarti karunia tabiat Kristen.

Kehadiran sesorang atau sesuatu selalu membawa dampak tertentu terhadap lingkungannya baik dalam arti poristif maupun negatif. Kehadiran yang membawa dampak negatif, kehadiran yang membawa tanda-tanda kematian. Sebaliknya kehadiran yang membawa dampak positif, hampir dapat dipastikan kehadiran yang membawa tanda-tanda kehidupan (bandingkan dengan bacaan1).
Dunia di mana kita berada dan hidup sekarang ini hampir bisa dikatakan sedang berada dalam situasi dan kondisi yang menunjukkan tanda-tanda kematian. Bahkan mungkin dapat dikatakan berada dalam kematian secara menyeluruh, lahir, batin, mental, spiritual, jiwa, rasa/ perasaannya, pikirannya, kesadarannya, dst.. mati sajroning urip.
Di tengah-tengah sikon yang demikian itu, gereja/ orang Kristen dipanggil untuk hadir membawa tanda-tanda kehidupan, sehingga hidup dan kehidupan menjadi hidup secara menyeluruh.
Kehadiran yang membawa tanda kehidupan, diwujudkan dengan:
Mengembangkan sikap toleransi:
a. Menghormati hak dan pemikiran orang lain. Setiap orang punya hak untuk memikirkan sesuatu dan memikirkannya benar-benar sampai ia sendiri tiba pada kesimpulan dan keyakinannya sendiri. Jangan terlalu cepat memberikan penilaian terhadap sesuatu yang sebetulnya tidak kita mengerti. Jangan memandang enteng dan jangan menentang apa yang tidak kita mengerti.
b. Menyadari bahwa setiap orang bukan hanya memiliki hak untuk berpikir, melainkan juga hak untuk berbicara. Dari semua hak demokratis, yang paling berharga adalah kebebasan berbicara. Tentu saja ada batas-batasnya, yaitu sepanjang orang tersebut tidak menanamkan ajaran-ajaran yang bermuara pada kehancuran moralitas dan runtuhnya dasar-dasar dari semua masyarakat yang berbudaya dan yang Kristiani.
c. Selalu harus ingat bahwa setiap ajaran atau kepercayaan pada akhirnya harus dinilai dari hasilnya: orang macam apakah yang dihasilkannya? Yang perlu selalu kita pertanyakan, bukanlah “bagaimana gereja ditata?” melainkan “0rang macam apakah yang dihasilkan oleh gereja?”
Memberi pertolongan kepada yang membutuhkan. Perlu diperhatikan betapa sederhana pertolongan itu, yaitu hanya secangkir air. Kita tidak diminta untuk melakukan
hal-hal di luar kekuatan kita. Kita diminta untuk memberikan hal-hal sederhana, hal-hal yang dapat diberikan oleh siapapun
Tidak menyebabkan yang lemah tersandung. Sebab siapapun yang melakukannya pasti mendapat hukuman yang berat, dikalungi batu kilangan yang besar dan dimasukkan ke dalam laut, artinya sama sekali tidak mempunyai harapan untuk selamat.
Tidak mengajari orang lain untuk berbuat dosa. Berdosa adalah sesuatu yang mengerikan. Akan tetapi, lebih mengerikan lagi apabila seseorang mengajar orang lain untuk berbuat dosa. Allah bersikap keras terhadap orang bedosa, tetapi Ia akan bersikap tegas dan keras terhadap orang yang mempermudah orang menuju pada jalan dosa dan yang kelakuannya, entah sengaja atau tidak, menaruh batu sandungan di jalan orang yang lebih lemah.
Menyadari bahwa dalam hidup ini ada satu tujuan yang untuknya seseorang pantas berkurban. Dalam hal-hal fisik, seseorang mungkin harus memotong/ melakukan amputasi anggota tubuhnya, demi keselamatan tubuh secara keseluruhan dan kadang-kadang merupakan jalan satu-satunya untuk mempertahankan kehidupan tubuh secara keseluruhan. Dalam kehidupan rohani, hal yang serupa dapat terjadi. Artinya, jika ada sesuatu dalam hidup kita yang menjadi penghalang bagi kita untuk mematuhi kehendak Allah sepenuhnya, sekalipun itu adalah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan dan bagian hidup kita selama ini, maka penghalang itu harus dibasmi. Pembasmian itu bisa jadi sama sakitnya dengan mengalami operasi salah satu bagian dari tubuh kita. Akan tetapi, jika kita benar-benar mau mengenal kehidupan yang sebenarnya, kebahagiaan dan kedamaian yang sesungguhnya, hal itu mau tidak mau, suka tidak suka, harus dijalani.
Memberikan cita rasa baru dan gairah baru sama seperti yang dilakukan oleh garam terhadap makanan, kepada dunia yang telah dipenuhi oleh berbagai macam kelelahan dan kebosanan.
Membawa antiseptik terhadap racun kehidupan, memberikan pengaruh yang membersihkan ke dalam dunia yang penuh dengan berbagai kebusukan. Sama seperti garam mengalahkan kebusukan yang akan menyerang daging mati, demikian juga kekristenan menyerang kebusukan dunia.
Selalu mempunyai garam dalam diri kita dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain. Garam dalam ayat ini berarti “kemurnian”. Orang-orang zaman itu mengatakan, tidak ada yang murni selain garam, sebab garam terbuat dari dua hal termurni, yakni matahari dan laut. Hendaklah kita selalu memiliki pangaruh yang memurnikan dari Roh Kudus. Kita murnikan diri kita dari sifat mementingkan diri sendiri, dari kepahitan, dari amarah dan dendam kesumat. Kita bersihkan diri kita dari rasa jengkel, muram, egois. Hanya dengan demikian kita mampu hidup berdamai dengan sesama.
Penutup
Pasti tidak kita inginkan bersama dan jauh dari harapan kita, dunia di mana kita tinggal semakin hari semakin menghembuskan tanda-tanda kematian dalam berbagai bidang dan segi kehidupan. Tetapi, inilah keinginan, kerinduan dan harapan kita, dunia ini selalu dipenuhi oleh tanda-tanda kehidupan secara menyeluruh dan merata dalam berbagai bidang dan berbagai segi kehidupan. Dan pasti ini sebuah keinginan dan harapan yang sangat indah, baik dan benar. Tetapi keinginan dan harapan yang baik, indah dan benar itu, harus diwujud nyatakan dalam sikap, tindakan, perilaku, tutur kata nyata.! Amin.


Kamis, 24 September 2015

Epistel : Bilangan 11 : 4-6, 10-16, 24-29 Tema : JANJI TUHAN KEPADA JEMAAT YANG SETIA MELAYANINYA Nama Minggu : 17 Set Trinitas (Tritunggal) Rabu, 30 September 2015


A. Pengantar
Bagian Alkitab ini mengetengahkan bagaimana perjalanan umat Israel ketika mereka keluar dari tanah Mesir, tanah perbudakan. Suatu perjalanan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Bagi mereka mungkin perjalanan menuju Kanaan adalah perjalanan yang menyenangkan. Perjalanan dimana keadaan mereka tidak lagi berada dibawah kuasa tentara Mesir, mereka bisa mengatur hidup mereka sendiri. Mungkin bagi mereka perjalanan ke Tanah perjanjian tentunya tidak akan membuat mereka bosan dan pastinya perjalanan itu adalah perjalanan yang menjanjikan kemudahan dimana keinginan mereka bisa terpenuhi. Tetapi ternyata yang mereka alami tidak seperti yang mereka harapkan dan bayangkan.
B. Penjelasan Nas
          Dikisahkan, orang Israel mulai bersungut-sungut dan menggerutu. Mereka mulai mengeluh dengan keadaan yang mereka hadapi. Sungut-sungut bukan karena jarak tempuh dari Mesir ke Kanaan yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Menggerutu bukan disebabkan oleh karena kelelahan ditengah perjalanan. Tetapi mereka bersungut-sungut dan menggerutu soal perut mereka. Bukan perut yang lapar melainkan karena kerakusan dan keserakahan untuk makan daging.  Orang Israel sangat bernafsu untuk makan daging. Lapar daging membuat mereka bersungut-sungut. Dan mereka sepertinya menyesal dengan perjalanan yang dituntun Tuhan ini. Bagi mereka, lebih baik mereka masih tinggal di Mesir karena bisa makan makanan yang sesuai dengan keinginan mereka.
Makanan Manna yang diberikan Tuhan bagi mereka selama dalam pengembaraan ini sepertinya tidak memuaskan mereka. Bahkan ketidakpuasan ini membuat mereka menangis. Ini menunjukkan bagaimana kuatnya keinginan bangsa Israel untuk menikmati makanan yang melebihi Manna. Makanan tidak dilihat sebagai kebutuhan pokok untuk menopang tubuh yang lelah, lemah dan menunjang untuk aktivitas manusia tetapi ternyata hanya dilihat sebagai sejauh mana bahan yang dimakan itu memenuhi selera lidah.
Disini kita melihat bahwa ternyata kerakusan dan keserakahan dapat menyeret dan mengantar umat Tuhan untuk melupakan Tuhan, bahkan lebih fatal lagi mempersalahkan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Mencermati keadaan ini Musa yang adalah pemimpin umat saat itu menjadi stress dan tak berdaya. Dalam ayat 11-15 kita mendapati bagaimana Musa mengira bahwa ia ditinggalkan Tuhan dalam menata dan mengatur umat Tuhan ini. Musa merasa tidak mampu lagi bahkan ia berpikir bahwa Tuhan memberikan beban yang sangat berat baginya. Apalagi kini mereka menuntut sesuatu yang sepertinya sulit untuk diberikan



Kemudian Tuhan menyuruh Musa untuk mengumpulkan 70 orang tua-tua Israel yang nantinya mendampingi dan membantu Musa mengatur bangsa ini. Pengangkatan 70 orang ini dimaksudkan Tuhan agar Musa tidak bekerja sendirian melainkan bersama dengan orang-orang ini untuk dapat memimpin orang Israel. Dan akhirnya Tuhan mendengar keluhan dan gerutu bangsa ini sekalipun keluhan dan gerutu ini sebenarnya merupakan dosa dan kekejian di mata Tuhan. Tuhan menjawab mereka. Tetapi perlu diingat bahwa jawaban Tuhan atas keinginan mereka sesungguhnya adalah hukuman Tuhan juga atas mereka.
C. Refleksi
1.    Perjalanan kehidupan orang percaya adalah perjalanan yang tidak pernah sepi dari berbagai pergumulan dan tantangan kehidupan. Tantangan tersebut yang menantang keberimanan kita bukan saja hanya datang dari luar diri dan hidup kita, tetapi juga ternyata tantangan yang lebih besar justru datang dari diri kita sendiri.
2.    Ketika kesabaran dan ketabahan menggapai harapan dan cita-cita, tergantikan dengan kerakusan dan keserakahan maka disitulah awal kejatuhan kita. Ketika keinginan perut menguasai hati kita, maka biasanya nalar dan akal sehat tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bersyukur dengan setiap berkat yang diberikan Tuhan, entah menurut kita itu kecil ataupun besar. Manakala pemberian Tuhan dalam hidup kita dinilai dengan rasa syukur maka tidak akan terlihat berkat Tuhan itu besar atau kecil.
3.       Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa ternyata kepemimpinan dalam komunitas orang percaya bukanlah kepemimpinan yang terpusat pada satu orang. Melainkan Tuhan memakai semua orang dengan talenta dan karunia yang ada untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

D. Diskusi
1.    Tuhan telah menepati janjiNya kepada orang yang percaya sehingga kita memperoleh berkat, tetapi mengapa orang yang percaya itu tetap bersungut sungut dalam hidupnya?
2.    Apa janji Allah kepada umat pilihanNya?
3.    Apa yang pesan dalam perikop ini kepada kita ?


Janji TUHAN Manis Bagi Jemaat Yang Setia MelayaniNya, Pahit Bagi Jemaat Yang Melanggar Firman TUHAN

Jumat, 11 September 2015

Evangelium : Markus 8 : 27 -38 Tema ; MENGIKUT YESUS : MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB Nama Minggu, 15 Set Trinitas (Tritunggal) Minggu, 13 September 15


A. Pengantar
Untuk menjadi pengikut Yesus membutuhkan pengorbanan. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan dijalani. Tahapan itu adalah menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Ketiga tahapan ini merupakan syarat mutlak bagi setiap orang yang telah memutuskan jalan hidupnya untuk beriman kepada Yesus. Menerima Yesus adalah gampang dan mudah, tetapi memeliharan dan mempertahankan menjadi mengikut Yesus adalah perkara yang sulit. Menerima Yesus adalah murah sekali tetapi mengikut Yesus harus dibayar mahal. Karena itu, dalam khotbah hari ini kita akan membahas secara mendalam apa yang dimaksud dengan mengikut Yesus dan menjadi murid Yesus. Apa tanggung jawab dan konsekuensi yang harus kita terima sebagai pengikut Yesus.
B. Pengantar Nas
Ay.27-28 Ketika Yesus dan murid-muridNya berangkat ke Kaisarea Filipi, kira-kira 40 km di sebelah utara danau Galilea, Yesus bertanya tentang siapakah Dia menurut orang banyak. Ada yang mengatakan Yesus adalah Yohanes Pembabtis, Elia dan seorang dari para nabi (Markus 1:4,6:14-15;Lukas9:7-8 ). Menurut mereka (pemahaman orang Yahudi), dengan kedatangan Yohanes Pembabtis,Elia dan seorang dari para nabi,maka Mesias tidak lama lagi akan datang. Tokoh ini dipercayai sebagai perintis jalan dan pembawa berita dari Mesias.
Ay.29-30 Menurut Petrus, Yesus adalah Mesias. Petrus mengakui bahwa Yesus adalah orang yang dipilih dan di urapi oleh Allah(Yoh.6:68-69). Kata “Mesias”berasal dari kata Ibrani yang berarti “yang diurapi”. Sama artinya dengan Kristus dalam bahasa Yunani” Christos”. Yang di urapi adalah para Imam(1 Taw.29:22), dan Nabi (Yes.61:1), yang paling sering disebut di urapi adalah Raja (1 Sam.10:1). Yang di urapi adalah seseorang yang di pilih untuk melayani Tuhan dan umatNya dan sebagai Raja, bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan damai Allah di dunia,yaitu menolong dan membebaskan korban ketidak adilan, khususnya orang miskin
 Ay.31-33 Yesus mengajarkan pengertian Mesias yang berbeda dari pemahaman orang banyak, bukan sebagai raja yang berkuasa, tapi sebagai anak manusia yang harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh dan bankit pada hari yang ketiga. Yesus sedang berbicara tentang penangkapan dan kematianNya di kayu salib dan Allah yang membangkitkanNya dari kematian.
Ay.34-38 Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus, artinya penurunan tahta diri(keinginan,kehendak dan hawa nafsu manusiawi), agar hidup hanya berpusat kepada Kristus. Dalam hubungan kita dengan Tuhan harus mengikutinya dengan memasrahkan diri kepada Tuhan dan menerima konsekwensi dan menanggung resiko terhadap penderitaan oleh karena panggilan sebagai murid atau orang percaya.(Yoh.15:19,Gal.6:14). Dan Yesus mengatakan tentang kehilangan nyawa, sebagai penyataan kesetiaan terhadap kehendak Allah, bukan perjuangan kepada sifatnya sementara tapi kekekalan. Pengajaran tentang persyaratan mengikut Yesus memang cukup keras dan tegas tapi hal itu bukan lah hal yang mustahil bagi orang percaya sebab Yesus membuat perjanjian yang pasti tentang kedatanganNya(8:38), dan kerajaanNya(9;1). Sekalipun penderitaan yang menanti namun nubuat Mesianis tentang pemerintahanNya akan mewujudnyatakan kemenangan keselamatan.
C. Refleksi
1.    Pengenalan yang benar akan Yesus menentukan kesetiaan seseorang dalam mengikut dan  melakukan kehendakNya.
2.    Mengikut Yesus dan melakukan kehendaknya berarti menyangkal diri dan memikul salib. Memberi diri untuk dibentuk, diubah seturut dengan kehendakNya
3.    Kapan dan dimana pun sebagai pengikut Yesus tidak ragu dan tidak malu menderita demi kebenaran dan keadilan.


Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah tegu, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (I Kor 15 : 58)

Khotbah Epistel : Mazmur 116 : 1 – 9 Tema : YA TUHAN, LUPUTKANLAH AKU Nama Minggu : 15 Set Trinitas (Tritunggal) Rabu, 16 September 2015


A. Pengantar
Mazmur 116 ini merupakan doa permohonan kepada TUHAN untuk meluputkan pemazmur dari genggaman kematian. Dalam pengalaman kesaksian pemazmur  ini dia tidak memiliki daya lagi untuk melepaskan diri, dia sudah diikat oleh tali tali maut dan dunia orang mati yang menggemgamnya bahkan sudah pasrah pada kematian dengan memahami bahwa kematian orang benar berharga di mata TUHAN.  Dalam keadaan terpuruk pemazmur berdoa memhon pertolongan agar Tuhan meluputkannya.
B. Penjelasan Nas
1. Keyakinan Pemazmur
Hal pertama yang kita perhatikan dari Nas ini adalah pengakuan dan keyakinan iman pemazmur kepada TUHAN. Dia memiliki hubungan yang baik dengan TUHAN. Keyakinan pemazmur yang kita temukan dalam perikop ini menunjukkan kekuatan iman pemazmur. Dia memiliki hubungan yang baik dengan TUHAN. Percaya bahwa TUHAN adalah mengawasi dan memilihara hidup orang yang sederhana dan lemah dan sekaligus menjadi pembela. Bagi pemazmur TUHAN itu adil dan segera menjawab doa orang yang mengalami pergumulan berat.
2. Keadaan Pemazmur
Ayat 3 – 6, menunjukkan bahwa pemazmur sangat terpuruk dan nampaknya tidak ada celah baginya untuk keluar dari permasalahan. Celah itu hanya ada pada satu titik saja yaitu doa dan permohonan agar TUHAN meluputkannya. TUHAN itu baik, penyayang dan pemelihara semua hidup orang. Dia bertindak pada waktu yang tepat. Tidak dibiarkanNya orang orang yang dikasihiNya tertindas dan ditenggelamankan oleh beban.

 3. pertolongan TUHAN dan Respon Pemazmur
Hal yang ketiga yang kita lihat dalam Mazmur 116 ini adalah pertolongan TUHAN dan respon pemazmur. Pemazmur merasakan sendiri pertolongan TUHAN dalam ketidakberdayaannya, TUHAN meluputkan dan menyelamatkannya. Pemazmur dapat keluar dari pergumulan bukan karena kekuatannya sendiri atau kerena kemampuan untuk mengelola konflik yang terjadi dalam kehidupannya melainkan karena TUHAN sendiri. TUHANlah yang memelihara, TUHAN yang mendengar doa permohonannya dan TUHAN sendiri yang bertindak meluputkan dan menyelamatkannya.
C. Refleksi
1.    Jika mengalami pergumulan berat tetaplah memiliki hubungan yang baik kepada TUHAN dan berharap akan pertolonganNya
2.    Yang membuat pemazmur berani berseru memanggil nama TUHAN ialah pengenalannya akan TUHAN dan karakterNya . Dari seruan yang terjawab itulah muncul seruan seruan Seruan pemazmur ialah pernyataan tekadnya untuk membalas pertolongan TUHAN

3.   Dalam keadaan terhimpit sekalipun tidak akan memutus hubungan kita dengan TUHAN, karena TUHAN dpat disapa dan dihubungi sejauh doa. AMIN 

Khotbah pada Pesta Pembangunan GKPI Jemaat Khusus Helvetia Medan. Thema: AKU MENCINTAI RUMAH-MU, OH TUHAN! (I LOVE THY HOUSE, O LORD!) “I Love Thy Kingdom, Lord”


TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam” (Mazmur 26:8).

I.    mengapa kita mencintai jemaat ini, I Timotius 3:15.
II.   apa yang kita cintai dalam jemaat ini, II Korintus 5:19;
       I Timotius 1:15; Yohanes 3:16.
III. bagaimana kita menunjukkan kasih kita untuk jemaat
kita ini, Yakobus 1:22.

I. Mengapa kita mencintai jemaat ini.
Kita mencintai jemaat oleh karena jemaat adalah kediaman Tuhan, tempat di mana Tuhan bersemayam dalam hati umat-Nya. Allah diam dalam hati umat-Nya, dan ketika kita berkumpul bersama di sini di tempat untuk menyembah Tuhan, kita benar bila berkata bahwa ini adalah tempat dimana Tuhan hadir, ini adalah kediaman-Nya! Ketika umat yang mengenal Allah ada di sini, maka Allah sendiri hadir, hidup di antara mereka, dimanifestasikan di dalam puji-pujian mereka dalam
“Keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup”
      (I Timotius 3:15).
Saya mengasihi gereja ini oleh karena Allah ada di sini. Di dalam hati kita, di dalam pujian-pujian penyembahan kita, di dalam doa-doa kita, ada kesucian dan sukacita yang anda tidak akan pernah temukan di mana pun juga di tempat lain.
Keluarlah sendirian, di kegelapan jalanan kota ini, Dan masuklah ke night Club sdr tidak akan merasakan kehadiran Allah disana. Masuklah ke bar atau tempat dansa sdr akan melihat lampu-lampu yang bergemelapan dan mendengar musik yang bising – namun sdr akan keluar dari sana dengan kekosongan, karena Allah yang Kudus tidak akan memanifestasikan Diri-Nya disana. Sdr harus datang ke gereja agar sdr merasakan dan menemukan realitas Allah dan arti serta tujuan hidup sdr.
Aku mencintai rumah-Mu, Oh Tuhan, karena Engkau bersemayam di sini! Engkau ada di sini dalam puji-pujian dan penyembahan kami! Engkau ada di sini di dalam hati kami – ketika kami berkumpul bersama untuk bersekutu! Itu lah sebabnya mengapa aku mencintai gereja kami!
II. Apa yang kita cintai dalam jemaat ini.
Kita mencintai orang-orang dalam jemaat ini. Karena di jemaat ada Kasih, maka Gereja yg tdk mewujudkan Kasih bukanlah gereja. ada sesuatu yang kita semua cintai tentang orang-orang di jemaat ini. Seseorang yang pernah mengunjungi kita, orang yang sebelumnya belum pernah ada di sini, harus merasakan itu. Ada sukacita, ada Damai jika kita masuk ke jemaat ini. Kita juga mengasihi khotbah yang dikhotbahkan di gereja ini, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami”
      (II Korintus 5:19).
 “TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam” (Mazmur 26:8).
III. Bagaimana kita menunjukkan kasih kita untuk jemaat kita ini.
Kita tidak menunjukkan kasih kita hanya dalam kata-kata belaka. Kita dapat berkata ribuan kali bahwa kita mengasihi jemaat kita ini namun sesungguhnya itu tidak ada artinya. Rasul Yakobus menegaskan itu ketika ia berkata,
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yakobus 1:22).
Kita tidak menunjukkan kasih kita untuk jemaat ini dengan kata-kata saja, namun juga dengan tindakan-tindakan kita, dengan apa yang kita lakukan yang lahir dari ketaatan kita terhadap FirmanNya. Masuk Give the Best to the Lord ................! Pemberian menurut Reymon Olson
 “TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam” (Mazmur 26:8).

Amin.

Kamis, 03 September 2015

Khotbah Kebaktian R. Tangga Epistel Minggu 06 Sep 2015 Markus 7 : 24 – 37.



Perjalanan Tuhan Yesus ke daerah dekat kota Tirus, ke daerah yang bagi orang Yahudi adalah daerah kafir, adalah bukti bahwa Kristus sedang menunjukkan kasih Allah yang terbuka bagi semua orang. Di sana Kristus didatangi oleh seorang Ibu, yang bukan orang Yahudi, kelahiran daerah Fenisia di Siria. Daerah ini adalah kampung halaman Izebel yang keji itu, isteri dari Raja Ahab yang merampas kebun anggur Nabot. Lihatlah, betapa kasih Allah yang menyelamatkan merengkuh dan menembus sekat-sekat dosa-dosa manusia. Diceriterakan, bahwa dalam perjalanan-Nya dari pantai Danau Galilea menuju daerah Tirus(Pesisir Utara Galilea), Yesus mampir sejenak di sebuah rumah untuk beristirahat. Maksudhati tidak ingin diketahui, tetapi kehadiran-Nya memang selalu menarik perhatian banyak orang, sehingga mereka mengerumuni-Nya.
Di antara orang banyak itu, terdapat seorang perempuan Siro-Fenisia, yang anaknya sedang kerasukan roh jahat. Perempuan itu segera datang kepada Tuhan Yesus dan tersungkur sambil memohon agar anaknya disembuhkan. Tapi apa jawab Yesus ? "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak danmelemparkannya kepada anjing." (Markus 7 : 27)
Jawaban Yesus terkesan mengesankan keengganan-Nya untuk menolong perempuan itu. Selain itu, terkesan pula bahwa Dia ingin lebih mendahulukan karya-Nya kepada umat Israel sebagai umat pilihan Allah. Sebab kita tahu, bahwa secara ritual, status anak hanya ditujukan kepada orang-orang Israel sebagai umat pilihan Allah. Sedangkan status "anjing" ditujukan kepada orang-orang non-Israel sebagai ganti istilah "kafir" atas penyembahan mereka kepada berhala atau ilah-ilah lain. Ya, mereka telah menajiskan dirinya karena mencemarkan diri kepada kuasa kegelapan.
Apa respon perempuan itu terhadap jawaban Tuhan Yesus ? Markus 7 : 28 menyebutkan begini : "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak”. Wanita Siro-Fenisia tidak membantah terhadap perkataan Kristus yang begitu pedas dan menyakitkan itu. Dia membenarkan perkataan Tuhan Yesus bahwa dia secara ritual hanya berstatus sebagai “anjing”. Karena itu dia hanya berhak makan remah-remah yang jatuh dari meja perjamuan yang disediakan Allah kepada “anak-anak-Nya”. Dia tidak menuntut untuk memperoleh makanan di meja perjamuan yaitu persekutuan umat Allah. Wanita ini hanya meminta sisa-sisa makanan yang terbuang dari meja perjamuan Allah.
Dari jawaban wanita Siro-Fenisia tersebut justru kita dapat melihat kebesaran hatinya yang lahir dari iman kepada Kristus. Tepatnya wanita Siro-Fenisia tidak memperlakukan Tuhan Yesus sebagai obyek untuk memperoleh apa yang diinginkan hatinya, melainkan sebagai Mesias yang memiliki kuasa untuk mengusir roh jahat yang merasuki tubuh anaknya. Perempuan itu rela bersikap rendah serendahnya di hadapan Yesus sebagai bukti imannya kepada Tuhan Yesus.
Dengan demikian, ada dua hal yang bisa kita tangkap dari bacaan itu :
(1). Sikap yang terkesan kasar dari Tuhan Yesus hanyalah sebuah ujian atas kesungguhan iman dari perempuan Siro-Fenisia yang memohon anaknya untuk disembuhkan itu. Nyatanya, iman perempuan itu benar-benar teruji, sekalipun ia seakan-akan merasa terhina atas usahanya untuk memohon penyembuhan bagi anaknya. Keseriusan atas imannya nampak dari sikapnya dalam memohon kepada Tuhan Yesus…..sekalipun merasa direndahkan….. Jadi ada perbedaan antara meminta dan memohon. Perempuan itu menjadi contoh bagaimana seseorang memohon kepada Tuhan dalam iman yang sungguh-sungguh, yang dibuktikannya melalui sikap yang merendah serendahnya.
(2). Dua kisah penyembuhan Tuhan Yesus yang diawali kepada orang non-Yahudi lalu kepada orang tuli dan gagap, memperlihatkan bahwa tindakan Tuhan Yesus tidak pilih kasih. Ia melakukannya sesuai dengan kebutuhan orang-orang yang dilayani-Nya. Sekalipun pemohon pertama adalah orang bukan Israel, hal itu tidak menghambat-Nya untuk tetap menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya. Itu berarti, Sikap Tuhan Yesus sama sekali tidak membedakan latar belakang dan status seseorang ketika disembuhkan…… Semua orang di mata Tuhan adalah pantas untuk ditolong. Begitulah perbuatan yang benar-benar dilandasi oleh iman yang benar….
Lalu apa pesan Firman Tuhan kali ini ?
 Dalam gereja, ada tradisi "Siapa yang berpendapat, maka dialah yang harus mengerjakannya". Kondisi ini jelas membuat orang enggan berpendapat, apalagi bertindak dalam pelayanan nyata. Ironisnya, seringpula terjadi di mana di dalam gereja menjadi kumpulan orang-orang yang hanya berpendapat/berkomentar tentang banyak hal soal pelayanan gereja. Banyak orang yang mengambil posisi sebagai para pemikir, tetapi tidak untuk para pelayan yang mau berjerih lelah dengan pelayanan yang nyata. Di sini, Firman Tuhan jelas menginginkan kita untuk memberikan waktu, tenaga, pikiran dan segala talenta yang Tuhan berikan untuk perbuatan yang nyata dalam pelayanan.
Lalu Yesus menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepadaNya. Yesus memisahkan ia dari orang banyak, Yesus ingin berdua saja dengan si tuli dan gagap itu, Yesus ingin berelasi secara personal dan akrab. Dengan begitu, Yesus dapat ‘membuka’ ketulian dan kegagapan yang menghalangi orang itu untuk berelasi dengan orang lain.
Injil hari ini sungguh indah. Jika kita ingin merenungkannya secara lebih mendalam, kita dapat merefleksikan bahwa sebenarnya kita semua juga sakit. Kita juga terkadang sakit Tuli dan gagap. Kita terkadang tuli terhadap Tuhan yang hadir melalui orang-orang yang berada disekitar kita. Banyak sekali orang-orang yang memerlukan bantuan dari kita, tapi terkadang kita menutup telinga dan berpura-pura tuli sehingga kita memiliki alasan untuk tidak mendengarnya. Kita juga terkadang Gagap. Kita gagap dalam hal mewartakan kasih Allah kepada sesama. Entah mungkin karena takut, malu, minder atau alasan lain. Karenanya kita jarang membantu orang lain. Kita tidak bisa melihat Tuhan dalam diri orang lain.
Mungkin juga kita kerap menjadi tuli dan gagap yang membuat kita tidak dapat berelasi dengan sesama, kita tidak peduli dengan orang disekitar kita, kita acuh dan tidak mau tau, kita sibuk dengan diri sendiri, kita tidak ‘meng-orangkan’ orang yang disamping kita karena kita begitu sibuk dengan hp-hp/BB BB kita, kita sibuk berselancar di dunia maya, hingga tidak heran kalau kita menjadi lupa akan banyak hal, kita tidak tau apa yang terjadi di sekeliling kita, dan parahnya lagi kita tuli akan panggilan Tuhan.

Oleh karenanya baiklah kita datang kepada Yesus sendiri agar Dia berkenan menyembuhkan ketulian dan kegagapan kita. Amen 

Khotbah Minggu 06 September 2015. Yesaya 35 : 4 – 7a Tema : “Kuatkanlah Hatimu, Janganlah Takut, Allah Menyelamatkan”


Pengantar
Jesaya 35  termasuk dalam proto Yesaya, menuliskan tentang bangsa Israel yang terancam oleh bangsa-bangsa disekitarnya terutama Asyur yang pada saat itu mau memperluas daerah kekuasaannya. Dalam situasi ketakutan ini bangsa Israel mengharapkan jalan keluar yaitu mengandalkan Mesir bukan Tuhan. Jesaya Pasal 35 secara jelas menggambarkan situasi bangsa ini : seperti gurun, padang kering, tangan yang lemah lesu, lutut yang goyah. Digambarkan keadaan yang “tawar hati” patah semangat alias setengah pingsan. Dalam keadaan yang demikianlah Yesaya memberikan khabar sukacita tentang pengharapan akan datangnya penolong yaitu : ... Allahmu akan datang dengan pembalasan... Ia sendiri datang menyelamatkan kamu ! ( Yesaya 35 : 4 ). Dengan demikian bangsa Israel diberi pemahaman keselamatan dan kebahagiaannya tidak didapat dengan usaha sendiri atau pertolongan bangsa Mesir tetapi Allahlah yang menyelamatkan. “Habis gelap terbitlah terang” adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan isi berita bacaan kita hari ini. Suasana gelap itu dapat kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya di mana Yesaya memberitakan berbagai macam hukuman yang mengerikan. Sekarang Yesaya justru memberitakan datangnya terang, yaitu keselamatan dan pemulihan dari Tuhan
Beberapa tahun yang lalu sebuah tulisan berjudul “ The God is dead”. Dalam tulisan tersebut, dipertanyakan eksistensi atau kebaradaan kemahakuasaan dan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. “jika Tuhan masih hidup Dia tidak akan membiarkan terjadinya peperangan, kelaparan , penindasan dsbnya”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita katakan Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.
Yesaya 35:4-7a dimulai dengan instruksi singkat untuk untuk tidak takut. Instuksi ini juga menekankan pembalikan besar yang terjadi melalui kehadiran TUHAN. Padang pasir berubah dari tempat yang kering dan tandus menjadi tanah yang subur dengan kelimpahan air, orang buta akan melihat, orang tuli akan mendengar, dan orang lumpuh akan "melompat seperti rusa".
Renungan
Sukacita yang besar akan dinyatakan bagi umat Tuhan, suatu sukacita yang melebihi masa keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Dalam konteks yang lebih luas, teks ini seolah-olah menjawab balik masa-masa kesuraman oleh karena penghakiman Allah atas dunia (lih. Yesaya 24),
Seiring dengan ancaman hukuman Allah yang memang bukan sekadar omong kosong itu, ternyata Allah itu juga adalah pengasih dan setia. Ternyata Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).Ada kesembuhan, pemulihan hubungan, perubahan alam, kedamaian, pembaruan kondisi hidup. Janji ini tidak dibatasi oleh lingkup jasmani dan rohani saja, melainkan janji yang berdimensi kekal menembus batas-batas keberadaan manusia. Kata “Ia sendiri akan datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Hal ini merupkan eksistensi Allah terhadap umatNya: ketika manusia/Adam dan Hawa memakan buang yang dilarang oleh Tuhan, menusia ia bersembunyi/melarikan diri dari hadapan Allah, namun Allah berinisiatif, mencari: ”Dimanah engkau???”(Kej. 3 : 9).
Gambaran kehidupan yang dilakonkan bangsa Israel dalam banyak aspek mereka bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
Kenyataan yang dilakonkan oleh bangsa Israel, kini terjadi juga berulang-ulang terjadi dalam kehidupan bangsa pilihanNya. Jika kita dalam “komunitas” gambaran diatas maka BERTOBATLAH.
Sukacita besar dinyatakan karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap terungkap dalam ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran.: “sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”. Kiasan ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan (Ayat 6b-7)
Penutup:
Pernahkah Anda kehilangan harapan, atau paling tidak hampir kehilangan pegangan hidup? Bagaimana rasanya hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan? Bagaimana rasanya bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantu-hantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya? Bagaimana rasanya hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini? Bagaimana pula perasaan kita melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, termasuk orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini? Bagaimana perasaan kita melihat orang-orang yang telah merusak alam dan lingkungan hidup kita tapi malah bebas berkeliaran dan semakin “menggila” dalam usahanya merusak kehidupan di alam ini? Bagaimana dengan orang-orang yang sudah “resistan” terhadap kritikan karena ketidakadilan yang mereka lakukan?
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita tanyakan pada diri sendiri dalam hidup ini, bahkan dalam hidup berkelompok, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.
Apa yang dapati kita lakukan?
Pertama,kita harus tetap memercayai janji keberpihakanAllah bagi kita, sebab Dia sudah menunjukkan kita dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Kedua,kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan.
Ketiga, kita juga harus bisa menjadi agen perubahan dan pembaharu bagi manusia, alam dan lingkungan di mana kita berada.
Dia akan datang dan menyelamatkan kita. Dia akan datang kembali pada akhir zaman, untuk membinasakan mereka yang telah membuat kesusahan dan penderitaan di dunia ini. Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi mereka yang tadinya tertindas dan teraniaya. Dia akan datang untuk memberi kelegaan bagi kita semua seperti yang dikatakan-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Kalau begitu, masihkan kita lemah-lesu, goyah, tawar hati dan takut?
Kita harus tetap memercayai janji keberpihakan Allah bagi kita, sebab Dia sudah menyatakan KasihNya dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan.
Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai. Amen